66. Forever, It's Only You

1.4K 169 184
                                    

Ily... If you need someone to talk, please call me. Let's get together and hash it out. I put my schedule off until next week.

Tanpa membalas pesan dari Charlie, Ily membalik ponselnya, demi bisa kembali melamun menatap tetes-tetes air hujan di jendela kamarnya seperti yang sudah ia lakukan sejak tadi.

Beberapa hari sendiri, ia masih belum selesai dalam menenangkan perasaannya dan mengurainya satu per satu. Saat ini yang terlihat hanya bagian terkejam dirinya yang mencoba melakukan balas dendam atas kepergian Lionel—apapun alasan kepergiannya, pria itu sudah jelas meminta Ily untuk bersabar dan menunggu.

Namun yang luput dari pandangan, selama ini Lionel mungkin belum sepenuhnya mengenal Ily. Pria itu sungguh berpikir kalau Ily bisa melakukan tugasnya menjadi istri sekaligus ibu yang baik sembari menunggu kepulangannya—tidak peduli pada kenyataan bahwa ia sudah menggagalkan pesta ulangtahun yang sudah dirancang Ily, membiarkan wanita itu menjalani hari-hari tanpa kabar, sampai berujung pada kenyataan tak diduga, Ily akhirnya tahu dengan siapa pria itu pergi.

Mungkin ia lupa jika seorang wanita bisa melakukan tindakan terkejam jika ia sudah terluka parah.

Tapi yang menjadi pertanyaan, apakah Ily benar-benar menyakitinya? Apakah Lionel benar-benar terluka atau masalah ini hanya akan menjadi alasan perpisahannya? Satu bulan lebih pria itu memilih untuk menemani Louisa, rasa sakit atas pengkhianatan Ily mungkin sudah tidak lagi terasa untuknya.

Semestinya, Ily sudah terlebih dulu berhasil menyelamatkan hatinya sejak ia tahu Lionel tidak bisa ia andalkan sebagai sandaran hati dan pelindungnya. Hidup sempurna yang dibangunnya, seharusnya berhenti tepat saat ia berada di Tokyo.

"Dia pasti mencarimu." suara Jae-Han menggetarkan gendang telinganya namun tak sampai mampu membuatnya memandang pada sang ayah sedikitpun. Seharian penuh ia lebih suka memandang keluar jendela, dan hanya bergerak dari tempatnya ketika Sky merengek.

"Dia marah sekali padaku dan tidak akan mungkin mencariku." jawabnya asal.

Laki-laki paruh baya itu menghela napas sebelum duduk di sisinya.

Sudah tiga hari Ily dan Sky menjadi 'parasit' di rumahnya. Tengah malam itu Jae-Han mendapati pintu rumahnya diketuk dan dengan tangan terbuka ia menerima mereka tanpa bertanya apa yang sebenarnya terjadi—selain karena dia merasa sangat senang dengan kehadiran Sky yang meramaikan rumahnya. Berapa lama mereka menginap tidak pernah menjadi masalah. Hanya saja sebagai orangtua, dia merasa punya kewajiban untuk memberi nasehat.

"Kau tidak akan pernah tahu kalau kau tidak mencoba meminta maaf dengan tulus. Ayah yakin dia mau mendengarmu."

"Ayah tidak tahu apa-apa."

"Memangnya apalagi yang kau lakukan? Apakah dia akhirnya tahu kalau kau main belakang dengan pria Amerika itu?"

Bergeming, Ily hanya melirik Jae-Han dengan tatapan 'oke kau akhirnya tahu', kemudian beralih pada televisi yang menayangkan acara komedi. Acara yang sama sekali tidak membuatnya merasa geli sedikitpun.

"Begini... Dengarkan Ayah..." Jae-Han menggeser duduknya mendekat, memijat keningnya sendiri yang tiba-tiba pening, berusaha berpikir bagaimana caranya membuat putrinya ini kembali akur pada suaminya. "Ayah tidak tahu apa yang kurang dalam diri suamimu sampai kau bisa melakukan hal itu... Tapi... Setidaknya apapun yang terjadi, jika dia tidak bisa mengalah, maka kau yang harus melakukannya."

Tangan Ily terulur untuk mengganti saluran tv yang semakin hari semakin memuakkan."Jangan coba-coba menceramahiku soal kesetiaan kalau kau sendiri tidak bisa menjaga setiamu pada ibuku." tukasnya menohok.

Sesaat Jae-Han kehilangan kata sebelum ia berhasil mencari alasan yang tepat. "Oke... Saat itu aku memang salah. Aku masih muda, dipenuhi oleh keingintahuan dan gairah menggebu. Sementara tidak ada satupun yang bersedia menasehatiku. Tentu saja kasusnya berbeda dengan kau. Bersyukurlah ada ayah di sini yang mau membantumu berpikir lebih jernih."

Captain CasanovaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang