10. It's Our Beginning

2.1K 187 77
                                    

Jung Il-Lee

Diam-diam aku mencuri pandang pada laki-laki yang fokus menyetir di sebelahku—yang tetap diam mematung, tidak berusaha membuka obrolan sepanjang jalan yang telah terlewati. Kemudian saat dia tiba-tiba menoleh untuk memastikan apakah aku sedang memperhatikannya, tatapanku segera kabur beralih ke arah lain. Begitu seterusnya sampai kita mampir di toko mainan sesuai permintaan Sa-Eun hingga akhirnya tiba di rumah Hyun-Sang ssi, menurunkan gadis kecil itu beserta nanny-nya.

"Janji ya... Kita bertiga harus main-main lain kali!" seru Sa-Eun untuk yang terakhir kali sebelum berjalan memasuki gerbang rumahnya.

Aku mengangguk kecut, apalagi setelah sadar mobil kosong dan hanya menyisakan kita berdua. Sepanjang jalan tadi masih terasa hangat karena perbincangan aku dan Sa-Eun.

Kenapa sekarang situasinya menjadi dingin sangat canggung begini?

"Katakan dimana rumahmu. Biar aku bisa mengantarmu pulang sekarang." saat Lionel menyalakan mesin, aku memberanikan diri untuk mengeluarkan kalimat agar pertemuan kami tidak berlalu begitu saja.

"Tunggu." aku menyentuh lengannya yang hendak memutar roda kemudi, kemudian menariknya lagi setelah berlalu dua detik. "Sepertinya ada yang harus kita bicarakan."

Lelaki itu mengangguk sepakat, lalu menarik tuas rem sebelum mengubah duduknya miring menghadapku, mengulitiku dengan tatapannya yang dingin. "Okay. Let's just talk now."

Diam-diam aku menahan napas seraya menelusuri penampilannya yang cukup berbeda dibanding biasanya. Rambut berantakan, kumis tipis yang mulai tumbuh kasar, serta simple style yang sungguh tidak mencerminkan dirinya selama ini yang selalu tampil fashionable dan rapi.

Apa yang terjadi dengannya? Dia baru saja diterjang badai siklon tropis atau bagaimana?

"Sa-Eun itu benar-benar keponakanmu?" tanyaku hati-hati. "Kalau begitu kau dan Hyun-Sang ssi—"

"Dia saudaraku."

Jawaban cepatnya seketika membuatku membelalak kaget. "Maksudnya bagaimana? Marga kalian saja berbeda."

"Saudara tiri lebih tepatnya. Almarhum ayahnya menikah dengan ibuku. Then here we are. Kami menjadi satu keluarga seperti sekarang."

"Ah... saudara tiri, ya." aku bingung mau menanggapi bagaimana lagi. Bisa jadi dia mengerti hubunganku dengan Hyun-Sang karena mereka berdua pernah saling bercerita tentang aku?

Oh Tuhan, perempuan macam aku ini? Bagaimana bisa aku dilamar kakaknya tapi malah berlaku kurang ajar tidur dengan adiknya?

"Mana lagi yang masih belum jelas?" tanyanya saat melihat aku diam cukup lama.

Aku menggeleng. "Tidak. Hanya merasa terkejut saja mendengarnya."

"Lalu kau sendiri..." dia menurunkan tuas rem dan mulai menjalankan mobilnya. "Bagaimana kabarmu?"

"Aku baik, sehat. Dan sibuk bekerja." jawabku singkat. Sepertinya aku tidak perlu tanya kabarnya lagi karena jelas sudah ada perempuan lain yang bertugas mengurusnya.

"Tapi kau tidak menghubungiku lagi sejak saat itu." kalimatnya terdengar seperti gumaman namun sayangnya aku bisa mendengarnya cukup jelas. Mungkin ini saatnya kita menyelesaikan masalah yang itu.

Setelah menarik napas agar emosiku stabil, aku mulai bicara. "Jujur saja aku tidak tahu kenapa kau marah dan mengabaikanku begitu saja, padahal kita masih bisa bicara baik-baik. Asal kau tahu, saat itu aku sudah berusaha menunggumu turun dari pesawat dan sempat meneleponmu—"

"Kapan kau menelepon?!"

Aku sungguh terkejut saat dia berkata dengan setengah berteriak begitu.

"Satu hari setelah kepulangan kita di tengah malam. Aku bingung karena tidak tahu jadwal terbangmu dan benar-benar takut jika teleponku mengganggu pekerjaanmu atau kedekatanmu dengan seseora—"

Captain CasanovaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang