Captain Casanova

2. Iliana Jung Have Some Trust Issues

Bukannya berganti baju setelah menyelesaikan foto sesi pakaian dalam terbaru milik Young Curves, Ily justru memilih duduk melamun di wardrobe seraya menimang kotak perhiasan Van Cleef and Arpels yang hanya bisa dibuka-tutup dengan tanpa minat. Ada dua perhiasan indah di sana yang malah membuatnya merinding disko alih-alih membuatnya kagum tiap kali ia merenunginya. Sudah dua tahun tidak punya kekasih sementara tiga tahun lagi usia dua puluhannya berakhir, seharusnya Ily senang jika pada akhirnya ada seseorang yang datang melamar. Bukannya takut, menghindar dan ingin kabur seperti ini.

Lagipula Park Hyun-Sang bukanlah orang sembarangan. Dia seorang dewan penasehat startup terkemuka di negeri ini dan menjadi sosok mentor favorit anak muda karena dedikasinya. Mereka menjadi banyak bertemu saat Ily ditunjuk sebagai brand ambassador StockIt, aplikasi saham terbaru miliknya yang baru diluncurkan.

Sementara kotak ini diserahkan padanya setelah perayaan satu juta users beberapa hari silam. Tanpa sepengetahuan lainnya, diam-diam dia mengajak Ily ke balkon hotel tempat pesta dan mengatakan segalanya. Tentang ketertarikannya pada gadis itu sekaligus keinginannya menjadikan Ily istri sekaligus ibu satu putrinya. Ya, dia duda anak satu yang Ily akui masih sangat mampu membuatnya gerah.

Tanpa pernah melalui tahap mengenal lebih dalam, terang saja Ily terkejut dan tidak bisa menjawab apa-apa bahkan sampai satu minggu sudah berlalu. Ily sengaja pergi dan menghindari pekerjaan dengan StockIt karena belum menemukan jawaban penolakan yang sopan dan tidak terkesan kurang ajar.

Apa yang diharapkan dengan gadis tidak bermutu sepertinya---yang punya keluarga berantakan, hidup sebatang kara, mantan pilot yang tidak becus menerbangkan pesawat, serta hal-hal traumatis di masa lalu yang banyak mempengaruhi kepercayaan pada hubungan percintaannya saat ini?

Rasanya tidak adil. Ily hanya tidak mau Park Hyun-Sang menyesal sudah memilihnya, atau sebenarnya dia masih punya cinta lain yang ingin ia kejar.

"Iliana Jung!!"

Gadis itu terlonjak kaget saat kepala asisten pribadinya melongok lewat selambu ruang ganti. Sialan! Beruntungnya Ily masih mengenakan kimono. Meskipun pria itu licin dan setengah matang, tetap saja Ily tidak mau dia melihat dalaman berharganya yang belum disentuh siapapun.

Matanya otomatis melotot begitu melihat sang majikan masih belum berganti baju sejak masuk satu jam lalu. "Demi dugong-dugong yang berenang di laut... Kau berencana siaran langsung dengan pakaian dalam begitu?" Pekiknya dengan emosi tertahan.

"Bukankah itu cara tercepat untuk populer?" timpal Ily tak mau kalah gila dengannya. "Bagaimana kalau kita coba saja? Mana tahu penontonnya makin meningkat?"

Julio memutar bola matanya dengan jengah. "Pinkiss barusan meneleponku untuk mengingatkan kalau siaran peluncuran produknya di G-Market dilakukan lima belas menit lagi."

Seketika baru ingat, Ily memukul kepalanya dan segera bangkit meraih baju yang akan dikenakan. Gara-gara memikirkan jawaban lamaran, ia jadi mudah melamun, mendadak lumpuh otak dan tidak bisa berpikir dengan benar.

Melihat Ily yang bergerak kelimpungan, Julio mendesah lelah. "Nah... Bagaimana kalau nasibmu kalau aku tidak menengokmu tadi? Kau mungkin tidak akan dipercaya oleh mereka lagi karena terlambat."

"Oke, oke.. Ini salahku. Sekarang menyingkirlah... Bagaimana bisa aku ganti baju kalau kau terus nyerocos seperti ini?"

"Di sini aku hanya ingin mengingatkanmu kalau kau harus banyak-banyak bersyukur karena telah memilikiku selama ini. Aku rajin, pandai mengatur jadwal dan keuanganmu, bahkan, semua kopermu buat penerbangan besok pagi sudah siap kukirim ke bandara. Jadi tolong pertimbangkan kapan kau mau menaikkan gajiku, setidaknya 10 persen saja dari biasanya."

Ily tidak mengacuhkan permintaan naik gaji terselubungnya karena perutnya mendadak bergejolak saat kembali diingatkan kalau besok adalah jadwal terbang ke Maldives untuk kepentingan syuting iklan di sana. "Sebenarnya aku lebih bersyukur kalau kita naik kapal laut saja." ucapnya lirih dengan tersenyum pedih. "Kenapa kau setuju-setuju saja saat mereka meminta kita naik pesawat?!"

Semenjak insiden bird strike tiga tahun lalu yang hampir merenggut nyawanya, Ily sudah tidak lagi berani naik pesawat karena trauma. Perutnya juga selalu mendadak mulas dan teraduk-aduk jika mendengar benda melayang itu disebut-sebut.

Tiga tahun lalu, helikopter Sikorsky S-76 yang ia bawa diserang sekawanan burung gagak hitam yang menghantam kaca depan serta menyerang mesin hingga terbakar dan kehilangan daya sebelum sengaja ia jatuhkan ke tengah laut.

Ily hampir mati konyol karena burung, namun setelah kecelakaan itu, namanya malah menjadi bulan-bulanan seluruh negeri.

Lisensi pilot helikopternya dicabut.

Teman-teman seprofesinya menghina Ily dengan sebutan 'Gagak Hitam'.

Seumur hidup, Ily selalu merasa kepayahan karena dunia tidak pernah berpihak kepadanya. Keberuntungannya seperti sudah ia habiskan dalam kehidupan sebelumnya.

"Naik kapal apanya..." Julio melotot dan mulai mengomel.  "Kita mungkin baru tiba di Maldives bulan depan kalau kita naik kapal. Lagipula kau ini mantan pilot, Ily. Jangan berlebihan! Aku yakin kau bahkan masih bisa parkour di badan pesawat yang sedang terbang. Oke, kita hentikan topik tentang penerbangan sampai sini. Kuberi waktu lima menit untuk ganti baju. Kalau kau masih belum siap dan malah berniat kabur, aku bersumpah akan segera menyeretmu ke liang kuburan almarhum ibuku!"

Julio menarik kepala. Selambu kembali tertutup.

Ily tidak punya jalan ninja untuk kabur kemana-mana selain menghadapi penerbangan esok hari. Juga jawaban yang harus ia berikan pada Park Hyun-Sang begitu kembali dari Maldives nanti.

✈✈✈✈✈