Bab 9:
Indonesia di Culik ?!===
Hari demi hari telah berlalu. Pencapaian N.K, S.K, dan Indo sedikit ada kemajuan. Ya walaupun hanya ada beberapa negara yang mempercayai N.K. tidak lebih dari 20 dan kurang dari 20 negara.
"Aku penasaran, siapa pelaku di balik semua ini." Kata Indo sambil berjalan di koridor. "Hai Ukhti!" Sapa seorang negara bernama KSA (Arab Saudi).
"Hai juga Akhi! Apa kabar?" Ujar Indo sambil membalas sapaan KSA. KSA adalah salah satu negara yang saat ini sudah mempercayai N.K.
"Alhamdulillah, ana (saya dalam bahasa Arab) dalam keadaan sehat dan baik-baik saja." Jawan KSA kembali. "Alhamdulillah, aku pun juga begitu." Indo berucap kembali.
"Oh ya Ukhti, kenapa Ukhti sendirian? Bukankah Ukhti biasanya bersama Malaysia dan Philippines?" Tanya KSA. "Aku ingin sendiri saat ini."
KSA mengangguk mengerti. Saat mereka sedang berbincang, mendadak ada sebuah pengumuman yang menggembirakan.
"Yey! Pulang cepat! Arab Saudi, aku pergi dulu, ya." Pamit Indo sambil berlari meninggalkan KSA. KSA hanya dapat tersenyum melihat tingkah laku negara yang satu ini.
"Gaes! Kita PulCep (pulang cepat)." Teriak Indo saat di kelas. "Udah tau!" Jawab kesemua temannya. "Ah elah nggak usah ngegas kek motor kali jawabnya. Aku kan cuman ngasih tau." Indo pergi ke mejanya yang bersebelahan dengan Singapore dan Brunei.
"Eh Indo mau pulang bareng nggak?" Tawar Brunei. "Ah maaf, tapi aku sudah janji dengan Si Duo kembar (S.K dan N.K) untuk pulang bersama." Ucap Indo sambil menggendong tasnya.
"Oh ya sudah kami pulang duluan, ya. Ingat jangan lama-lama pulangnya." Pesan Singapore. Indo mengacungkan jempol. "Eh Indo, mau pulang bareng nggak?" Ajak MalPhil. "Nggak dulu. Aku ada urusan!" Sahut Indo sambil berlari ke luar kelas.
S.K dan N.K sedang menunggu Indo di depan gerbang sekolah. "Maaf di buat menunggu!" Ucap Indo sambil berlari ke arah si kembar. "1 menit 45 detik kami sudah lama menunggu di sini." Ujar S.K sambil melihat ke arah jam tangannya. "Ngapain dihitung coba? Kurjang banget dah." Sahut N.K kesal karena kembarannya.
Indo langsung mengingatkan kembali, "Ya sudah ayo kita pergi." Si Dou kembar mengangguk. "Eh eh tunggu...kok headphone ku nggak ada yak." Seru S.K bingung. "Makanya ngeliatin jam mulu sih. Kelupaan kan jadinya." Sahut N.K kesal.
"Hehehe, maaflah. Hyung, temankan aku dong buat ambil headphone ku ke kelas. Sekolah ini sudah mulai sepi." Pinta S.K. "Dasar manja! Ambil aja sendiri!" Tolak N.K. Dengan paksa S.K langsung menarik tangan N.K untuk menemaninya.
"Hey...hey...lepaskan aku!" Kata N.K tidak setuju. "Indo, kami tinggal sebentar, ya."
"Dasar Korsel." Indo masih dapat melihat mereka berdua dari kejauhan. Tiba-tiba ada mobil hitam berhenti di depan Indo dan Indo tidak menyadarinya. Seorang pria keluar dari dalam mobil dan menarik tangan Indo untuk masuk ke dalam mobil.
"Lepaskan aku!" Teriak Indo. "Diamlah dan tutup mulutmu!" Mobil tersebut meninggalkan sekolah sambil membawa Indo pergi.
Tidak berapa lama kemudian Si Kembar datang kembali. "Ayo kita pergi!" Seru S.K. "loh kok Indo nggak ada di sini." N.K jadi kebingungan. Tidak mungkin Indo langsung pergi begitu saja. Mereka bertiga kan sudah berjanji untuk pulang bersama.
"Eh Hyung lihatlah. Ini kan bulu sayap Indo." N.K lalu mendekati S.K. Pandangan N.K teralihkan ketika melihat ke arah jalan yang terdapat bekas roda.
"S.K!" Panggil N.K panik. "Ada apa Hyung?" Sahut S.K. "Firasatku buruk. Sepertinya Indo di culik!"
"Apa serius?!" Kaget S.K masih kurang percaya. N.K lalu menunjukkan bekas roda yang berada di jalan. "Hyung, mari kita ikuti bekas roda ini."
N.K mengerti apa yang dimaksud S.K. "Ayo kita cari!" Mereka berdua mengikuti jejak mobil yang memungkinkan besar adalah orang yang membawa pergi Indo.
Tiba-tiba jejak tersebut berhenti. "Sudah berakhir...jalan di sini ada 2 cabang. Kita harus pergi kemana?" Ujar S.K bingung. "Bagaimana kalau kita berpencar. Kau kesebelah kanan dan aku kesebelah kiri." Perintah N.K.
Mereka mulai berpencar untuk mencari Indo. "Indo...kau dimana. Tunggu aku Indo..." Ucap N.K masih terus berlari.
"Huh dimana aku? Apa ini di kamarku?" Indo mencoba membuka matanya dan dia melihat ruangan yang tidak pernah ia temui sebelumnya.
"Rupanya kau sudah bangun, bocah." Kata Seorang laki-laki dan 4 orang anak buahnya. "Kalian siapa?" Tanya Indo lirih. Tangan dan kaki Indo di ikat. Indo tidak dapat berbuat apa-apa saat ini.
"Apa hubunganmu dengan si penyuka nuklir itu?" Tanya pria yang rupanya adalah bos mereka. "Maksudmu apa?" Tanya Indo lagi. "Apa hubunganmu dengan North Korea?"
"Kenapa kau menanyakan seperti itu? Kau bukan siapa-siapanya diriku, jadi kau tidak berhak tau." Tolak Indo mentah-mentah. "Dasar pembohong! Katakan yang sejujurnya!"
"Tidak mau...Tidak akan. Memangnya apa yang akan kau lakukan terhadapnya?!" Teriak Indo tidak terima.
Bos tersebut mulai tertawa meremehkan. "Biar aku ceritakan kepadamu, Bocah."
Flash Back N.K
Saat itu aku melihat dirinya sedang berjalan sendiri untuk pulang ke rumahnya. Dengan sengaja aku mendekatinya dan menabrak dirinya dengan mobilku. Lalu aku langsung pergi dari meninggalnya yang sedang kesakitan.
Negara lain yang melihat kejadian tersebut langsung membawa N.K ke rumahnya.
Ketika malamnya, aku datang ke kamarnya lewat jendela yang sudah ku rusak terlebih dahulu. Aku mencuri salah satu nuklirnya dan bergegas pergi.
Keesokan harinya, dugaan ku benar. N.K izin karena sakit. Dan saat itulah aku melancarkan aksiku dengan menyerang sekolah dengan nuklir yang ku curi darinya.
Ketika warga sekolah melihat serpihan nuklir tersebut, mereka melihat bahwa ada nama N.K di sana. Mereka semua yakin bahwa N.K hanya berpura-pura sakit agar dapat menghancurkan sekolah.
Flash Back N.K End
"Saat itu, semua warga sekolah tidak ada yang dapat percaya lagi padanya."
"Memangnya salah apa dirinya kepadamu?!" Indo tanpak kesal dan sedih tentunya melihat temannya sendiri merasa terpukul dengan semua tuduhan yang harus ia terima.
"Dia tidak salah. Hanya saja aku hanya ingin melihat dia menderita." Ucap bos itu lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴛʜᴇ ᴅᴀɪʟʏ: ᴋɪᴍɪʟꜱᴜɴɢɪᴀ ꜰʟᴏᴡᴇʀ
Fanfiction••• 'Aku sudah lama menyukainya...Semenjak aku datang ke negaranya, Aku di sambut dengan baik.' "Sesampainya di sana, Aku di beri sebagai hadiah sekaligus kenang-kenangan dan sampai sekarang bunga itu bahkan menjadi bunga nasional negaraku..." "Bis...