🌿↷Chapter 41↶🌿

277 47 19
                                    

N.K nampak tidak percaya dengan pendengarannya tapi ia berharap bahwa ini benar-benar terjadi.

"Maaf...mengganggu waktumu..."

N.K berusaha untuk tenang. Ia membuang nafasnya sebelum kembali berbicara.

"Kau ada dimana?" Tanya N.K yang langsung masuk ke pembicaraan yang paling utama. Ia berusaha untuk sabar walaupun sebenarnya ia ingin marah. Tapi tidak mungkin kan ia marah di dalam telpon sehingga membuat keributan di sekolah? Tentu saja tidak.

Indo menelan ludahnya sendiri. Ia menggigit bawah bibirnya. 'Ya ampun...aku harus jawab apa? Aku yang meneleponnya tapi aku kebingungan karena tidak bisa berbasa-basi.'

"Apa suaraku tadi tidaklah terdengar?" N.K berusaha bertanya kembali. "Aku tidak bisa menjawabnya..." Jawabnya ragu ditambah takut.

"Kau kabur kan? Apa kau berencana untuk mempermainkan kami semua? Aku bertanya kepadamu sekali lagi. Ada dimana kau sekarang."

Ucapan itu bukanlah sebuah bentakan. Tapi itu sudah membuat mata Indonesia berkaca-kaca.

"Apa kau mengakhiri hubungan kita? Apa jawaban saat aku menembakmu hanyalah permainan semata hanya untuk menghiburku namun sebenarnya kau tidak ingin menerimaku. Apa kau juga juga ingin membuat paman ASEAN dan teman-temanmu kerepotan?"

Indo menggeleng lemah. "Tidak! Aku tidak mau sampai Papa dan yang lainnya kerepotan. Ya kau benar. Aku kabur. Aku kabur karena tidak ingin membebani kalian. Aku selalu menganggap diriku adalah beban!"

"Tapi karena kau kabur, kau malah membuat beban! Kalau saja kau tidak kabur, kami tidak akan susah-susah untuk mencarimu."

Indo tidak kuat menahan tangisannya.  "Maaf..." Ujarnya lirih. "Aku kecewa padamu, Indonesia." N.K lalu mematikan telponnya. "Membuang-buang waktu."

Nit! Nit! Nit!

"Korut! Aku belum selesai bicara!" Indo langsung mematikan hpnya dan menyeka air matanya yang sudah tumpah banyak.

"Hikd...Aku memang beban rupanya..."

Lombok dan NTB lalu mendekati Indonesia. "Negaraku, kau kenapa? Apa yang telah terjadi padamu? Kenapa kau menangis?" Tanya NTB yang merasa khawatir.

"Kalian tidak pantas menyebutku negara!" Teriak Indo frustasi. NTB dan Lombok melihat Indo dengan aneh.

"Apa maksudnya! Kau itu tetaplah negara kami dan kami harus mengakuinya!" Jawab Lombok tegas. "Apa karena aku juga, negara kita jadi kurang maju?" Lagi-lagi ia berkata aneh.

NTB dan Lombok sambil berpandangan. "Ada apa sih? Kok aku nggak ngerti ya?" Tanya Lombok berbisik. "Nggak tau tuh. Beberapa menit yang lalu Indonesia tidak kenapa-kenapa. Eh sekarang, jadi kenapa-kenapa. Coba tanya Ucok. Mungkin dia tau."

"Hih...Ucok siapa? Kok aku nggak kenal ya?" Kalau kita aja nggak tau, apalagi dia. Haduh..."

Mereka pun berbalik dan Indonesia sudah tidak ada disana. "Indonesia pergi kemana? Lagian kita sih pakai bahas Ucok segala. Indonesia jadi hilang kan." Lombok menimpali.

"Apa jangan-jangan Indonesia di culik sama Ucok."

"Yang jadi pertanyaanku dari tadi, Ucok itu siapa? Dari tadi itu mulu dah. Nggak ada nama lain apa, seperti Ujang, Asep, Udin atau Budi gitu. Jangan Ucok mulu."

"Hm ya udah. Ucok di culik sama mereka berempat kira-kira di bawa kemana?"

"Baku hantam sini kuy!"

"Sepertinya setelah ini hubunganku dengan Korut harus berakhir. Aku yakin pasti tadi Korut kesal. Dasar bodohnya aku? Sialan...Aduh Sial...Sial sekali aku ini."

Tiba-tiba di benaknya terlintas 1 pertanyaan. "Kenapa Korut harus menyukaiku. Apa ada hal yang istimewa dari ku? Begitu juga dengan Russia dan Belanda."

"Sudah ku duga kau disini, Indonesia."
Indo menoleh ke belakang. "Palestina?!"

Palestine mendekat ke arah Indonesia lalu duduk di sebelahnya. "Bagaimana kamu bisa tau aku disini?"

"Karena aku tau kau tidak bisa pergi jauh kecuali pulang ke negaramu sendiri." Jawabnya dengan tawaan kecil.

"Apa kau tidak masuk sekolah?" Kata Indo lagi. "Aku meminta izin dan berpura-pura sakit hanya untuk bisa pergi ke sini dan aku sempat menelepon kakakmu untuk menanyakan keberadaanmu sekarang."

Indo hanya manggut-manggut. "Pales, jangan bilang ya kalau aku ada disini."

"Kenapa? Apa kau tidak suka tinggal di Asrama ASEAN?"

"Hum...bukan. Aku merasa jadi beban disana, ya jadi...aku kabur." Pales lalu menatap Indo. "Entah kenapa...Aku juga merasa bahwa aku sama sepertimu."

Palestine lalu membenarkan posisi duduknya. "Aku dan Israel sering bertengkar. Setiap hari, baik di rumah maupun di sekolah. Entah kenapa dia tidak suka padaku."

"Pasti Abi (Ayah) akan menasihati kami berdua. Di dalam benakku, 'Wahai Ayahku, maafkanlah aku karena selalu menyusahkanmu.' Aku pikir hanya aku saja yang berfikiran seperti itu, ternyata ada juga ya..."

Suasana hening sejenak.

"Tadi, Aku baru saja menghubungi Korea Utara. Dia mengatakan kepadaku, bahwa dia sangat kecewa. Apa mungkin, aku harus mengakhiri hubungan ku dengannya?"

Palestine terdiam. "Apa kau sanggup?" Ucapnya beberapa saat.

"Sebenarnya tidak. Tapi tiba-tiba saja aku terpikirkan hal seperti itu. Haahhh..."

"Tapi aku berharap kau segera kembali ke Asrama ASEAN. Bukankah itu jauh lebih baik?" Saran Palestine. "Kalau belum siap sekarang, sebaiknya nanti saja. Tapi setidaknya kau pulang ke sana."

"Tapi kau janji ya jangan bilang ke siapapun. Janji?" Indo mengajak Palestine untuk berjanji kelingking. "Iya, Aku janji kok. Nggak usah sampai pakai janji kelingking gitu."

"Ah...iya deh."

Pales lalu berdiri dan mengulurkan tangannya kepada Indo. "Apa mau aku tunjukkan sesuatu."

"Huh..." Indo lalu menerima uluran tangan itu dan mulai berdiri. "Apa kau ingin bermain, ya setidaknya agar rasa sedihmu hilang sedikit."

"Main dimana?"

Palestine lalu menarik tangan Indo. "Nah bagaimana kalau ayunan?"

"Hm...bolehlah, Tapi kau dorong ayunannya ya."

"Baiklah."

Indo segera duduk di salah satu ayunan. "Sudah." Teriaknya bersemangat. "Baiklah, aku akan mendorongnya."

"1..."

"2..."

"3!"

Pales mendorong ayunannya sehingga ayunan itu dapat berayun cukup tinggi. "Wah tingginya. Lebih tinggi lagi!"

"Jangan." Pales memperingati. "Nanti bisa-bisa kamu kebablasan."

....

"Eh itu bukannya Indonesia?" Lombok memanggil NTB untuk mendekat. "Ah iya benar. Indonesia!" Panggil NTT dengan kencang. Mereka berdua berlari ke arahnya.

"Indonesia, rupanya kau disini."

Indo melihat ke arah mereka berdua. "Oh kalian berdua. Maaf kalau kalian mencariku."

Mereka melihat ke sebelah kiri. "Eh Palestina! Kapan kau datang?" Tanya NTB. "Beberapa menit yang lalu."

"Kalian berdua main disini?" -Lombok.

"Iya." -Indo.

"Kalau begitu kami akan menunggu sampai kalian selesai bermain. Kami tunggu disana ya." Lombok dan NTB pergi meninggalkan mereka Indo dan Pales yang sedang asik bermain.





















ᴛʜᴇ ᴅᴀɪʟʏ: ᴋɪᴍɪʟꜱᴜɴɢɪᴀ ꜰʟᴏᴡᴇʀTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang