(Ekstra Chapter)
Pukul 03:00 Pagi.
"Assalamualaikum!" Salam Jakarta.
"Wa'alaikumussalam." Jawab Jateng dan Banten.
"Capek banget sumpah. Dari sini sampai ujung, Aku jalan kaki buat bangunin orang sahur bareng sama Bangka."
"Jaka, Makanan udah siap nih. Tadi aku suruh mas Yogya buat bangunin Jabar dan Jatim. Sampai sekarang kok nggak muncul-muncul ya mereka?" Ucap Jateng. "Coba neng Banten susul. Sapa tau mereka molor (tidur) lagi." Perintah Jakarta.
"Siap! Bentar ya..." Banten lalu berlari ke rumah ketiga temannya. "Tok...tok...tok! Assalamualaikum, Mas Yogya, A'a Jabar sama Mas Jatim udah di bangunkan belum?" Teriak Banten dari luar. "Mas Yogya!"
"Kemana sih Yogyakarta?" Karena tidak ada jawaban, Banten pergi ke rumahnya Jatim. Namun hasilnya sama aja. "Kenapa aku nggak ke rumahnya Jabar dulu ya. Kan capek jadinya."
Tiba-tiba hp Banten berbunyi. "Sek (Sebentar)."
"Assalamualaikum Mas Jaka, Aku udah ngecek ke rumahnya Yogya sama Jatim tapi mereka nggak ada." Lapor Banten.
"Ya udah aku nyusul kamu ke rumahnya Jabar." Jakarta mematikan telponnya. "Neng Jateng, Jaka pergi ke rumahnya Jabar dulu ya."
"Eh iya, hati-hati."
Banten pun sudah sampai di depan rumahnya Jabar. "Banten!" Jakarta juga sudah sampai. "Baru nyampe juga?" Lanjutnya.
"Iya, Banten juga baru sampai."
"Tok...Tok...Tok...Jabar, Jabar." Seru Banten lagi. "Eh pintunya kagak dikunci." Banten langsung membuka pintunya.
"Astaghfirullah, Ternyata malah tidur lagi mereka bertiga."
"Tenang Banten, Aku tau gimana biar mereka bisa bangun." Jakarta lalu mengeluarkan goloknya (Senjata tradisional Betawi).
"Pasti mereka bakalan bangun." Banten hanya menggidik ngeri. "I-itu pasti..." Jawabnya gugup.
Beberapa menit kemudian,
"Hih...Ngeri setengah mati aku..." -Yogyakarta.
"Nyesel ku tadi tidur lagi..." -Jatim.
"Abdi teh (saya) masih ngantuk..." -Jabar.
"Karena kita udah ngumpul semua, Silahkan kita mulaikan makan sahur kita." -Jakarta.
"Teh, Teteh teh ngeteh nteu teh? (Kak, Apa kamu minum teh?)" Tanya Jabar kepada Banten.
"Hah?! Teh? Oh iya, aku lagi minum teh." Jawab Banten kelagapan walaupun sebenarnya dia itu nggak ngerti.
Skip pas udah selesai makan sahur.
Di Pulau Sumatera.
"Kepri, Bagi es pinonya boleh? Kalau nggak kiko pun nggak apa-apa. Lumayan, sebelum azan subuh berkumandang." -Lampung.
"Iya Kepri, Aku pun juga mau." -Riau.
"Ok kejap ye..." Kepri masuk ke dalam rumahnya buat mengambil es. "Dah nih. Dah aku ambilkan."
Tiba-tiba semua temannya langsung mengambil es yang di bawakan oleh Kepri. Sampai-sampai di nampan Kepri sudah tidak tersisa 1 es sekalipun.
"Yang minta dua, tapi yang ngambil semua." Ucapnya pelan. "Makasih Kepri." Kata semua temannya. "Hm...iya sama-sama." Jawabnya singkat.
"Aku heran, kemarin aku beli permen kapas. Tapi aku nggak sempat makan kemarin karena sudah terlanjur kenyang jadi hari ini aku pengen makan itu. Tapi..." Aceh menggantung perkataannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴛʜᴇ ᴅᴀɪʟʏ: ᴋɪᴍɪʟꜱᴜɴɢɪᴀ ꜰʟᴏᴡᴇʀ
Fanfiction••• 'Aku sudah lama menyukainya...Semenjak aku datang ke negaranya, Aku di sambut dengan baik.' "Sesampainya di sana, Aku di beri sebagai hadiah sekaligus kenang-kenangan dan sampai sekarang bunga itu bahkan menjadi bunga nasional negaraku..." "Bis...