Bab 11:
Korea Utara...Kau Amnesia?===
Indo sudah sampai di rumah sakit dimana N.K dirawat. Indo langsung bertanya kepada salah satu perawat yang sedang berjaga.
"Suster, dimana kamar pasien North Korea?" Tanya Indo. "Oh, dikamar 145 lantai 2." Jawab sang perawat dengan ramah. "Terima kasih suster." Indo segera menaiki lift dan menekan tombol 2.
Lift sudah sampai di lantai 2. Indo mulai mencari dimana ruangan N.K. "Nah ini dia." Indo memberhentikan langkahnya saat ia melihat ruangan kamar bertuliskan 145.
Indo membuka pintu itu perlahan. Tangannya agak lemas saat melihat N.K terbaring di kasurnya. N.K masih belum sadarkan diri.
Indo mendekat ke tempat tidur N.K. Selang infus masih terpasang dan kepalanya yang diberikan kain perban.
Indo tidak tega melihat N.K seperti ini. N.K sudah banyak menerima hal-hal yang tidak menyenangkan dan sekarang dirinya terbaring lemah di rumah sakit.
Indo mulai menangis melihat N.K. "Korut..." Panggil Indo pelan. Terdengar sebuah isakan pada tangisan Indo.
"Korut...bukalah matamu, aku ingin berbicara padamu saat ini..." Namun N.K tidak membuka matanya. Indo menundukkan kepalanya, berusaha menutupi kesedihannya.
Air mata Indo membasahi pipi N.K. "Maafkan aku, Korut." Indo masih terus menangis.
Tanpa di sadari Indo, ada sedikit pergerakan pada jari tangan NK. NK membuka matanya perlahan. "Korut!" Panggil Indo dengan senang. "Korut maafkan aku. Andaikan saja aku lebih berhati-hati, pasti ini semua tidak akan terjadi." Kata Indo yang ada kelegaan pada hatinya.
"Uh...siapa kau?" Ujar N.K agak pelan. Indo agak kaget apa yang barusan N.K katakan. "Apa maksudmu? Ini aku, Korut?!"
"Korut? siapa itu? Namaku North Korea. Kau siapa?" Tanya N.K lagi. "Apa kau mengigau? Ini aku." Kata Indo agak sedikit di tekan.
"Tapi siapa? Bagaimana kau tau namaku?"
Indo tambah menangis. "Apa kau amnesia? Katakan sesuatu." N.K kembali memejamkan matanya kembali. "Korut...apa Korut mengigau? Tapi aku senang aku dapat melihat Korut membuka matanya lagi."
Indo memutuskan untuk kembali pulang. Indo membuka pintu dan tidak sengaja melihat NATO yang baru saja keluar dari lif.
Dengan cepat Indo langsung berlari ke arah lain sehingga NATO tidak melihatnya. "Ternyata Korut di jaga oleh paman NATO malam ini." Kata Indo yang masih bersembunyi.
NATO membuka pintu kamar N.K dan masuk ke dalam. Indo segera keluar dari persembunyiannya. Indo melihat kamar N.K sekali lagi sebelum akhirnya pergi.
Keesokan harinya, Keluarga ASEAN termasuk S.K datang ke rumah sakit. "Hyung!" Panggil S.K kepada N.K. "S.K." N.K menjawab lemah.
"Apa kau sudah merasa baikan?" Tanya Myanmar. "Sedikit." Ucap N.K lagi.
Pintu terbuka dan menampakan Indo yang tengah berdiri di ambang pintu. "Kau lagi..." N.K agak ketakutan. Ia lalu segera duduk di tempat tidurnya.
Indo mendekat ke arah kasur N.K. "Korut...apa kau sudah merasa baikan?" Tanya Indo memulai percakapannya dengan N.K.
"Apa aku harus mengulang pertanyaanku? Siapa itu Korut? Apa kau memanggilku? Namaku North Korea, kau dapat menyingkat namaku N.K." Jawab N.K polos.
Semua tidak mengerti apa yang N.K maksud. "Hum Indo...bisa kita bicara sebentar di luar." Pinta UN yang kebetulan sedang berjaga pagi.
Indo langsung mengikuti UN. "Indo, paman hanya ingin bilang. Karena benturan keras kemarin pada kepala N.K. Dokter mengatakan bahwa N.K terkena amnesia walaupun tidak cukup parah." UN mulai menerangkan dengan hati-hati.
"Paman UN, apa berarti...Korut melupakan ku..." Mata Indo agak sedikit berkaca-kaca. "Sepertinya begitu..." Kata UN lagi.
Indo mulai menangis. Tidak menyangka bahwa N.K akan benar-benar telah melupakannya. Tiba-tiba, ada kuyang menghampiri Indo. "Indo...kenapa Indo menangis?"
Kuyang tidak datang sendirian, dia juga datang bersama Mba Kunti dan Bang Ocong. "Mba, jangan cepat-cepat terbangnya. Udah tadi si Kuyang terbang duluan. Bang Ocong capek lompat-lompat melulu. Udah jarak keraton kesini jauh banget lagi." Keluh Bang Ocong yang mulai kecapean.
"Kamu mau terbang juga? Serem. Udah mending lompat-lompat aja. Kenapa tadi nggak sekalian bawa tali lompat sih? Biar sekalian olahraga gitu. Hihihi." Ejek Mba Kunti sambil tertawa.
Bang Ocong cemberut kagak terima. "Mana ada yang olahraga di rumah sakit. Ngomong-ngomong kenapa Indo di rumah sakit yak? Apa Indo sakit?" Tanya Bang Ocong penasaran.
UN merasa ada aura yang aneh di sekitarnya. "Kenapa di sini agak dingin ya? Kan di koridor tidak memakai AC."
"Indo, kamu kenapa?" Tanya Kuyang penasaran. "Aku lagi sedih..." Jawab Indo lirih. Tidak berapa lama kemudian Mbak Kunti dan Bang Ocong datang.
"Kenapa baru nyampe? Lompat sama terbang berapa abad kalean berduwa?" Ucap Kuyang.
"Ini tuh si Bang Ocong minta jangan cepet-cepet. Bilangnya capek." Sahut Mba Kunti. "Sudahlah kalian jangan bertengkar. Aku sedang sedih dan pusing nih." Omel Indo berusaha menghentikan pertengkaran.
"Indo kau berbicara dengan siapa?" UN bertanya karena dari tadi Indo bersikap aneh.
"Tidak dengan siapa-siapa kok Paman. Aku hanya berbicara dengan Mba Kunti, Bang Ocong, dan Kuyang saja."
UN terdiam. 'Indo berbicara dengan hantu?!' UN bergumam.
"UN!" Panggil seseorang yang rupanya adalah NASA. "NASA, ada apa kau datang kemari?"
"Aku ingin menjenguk N.K. Aku dengar bahwa N.K sakit. Namun sayang, USA tidak ingin ikut kesini." NASA tidak mengetahui bahwa ada sebuah masalah sehingga USA tidak ingin ikut ke rumah sakit.
"Indo, apa tidak apa-apa paman masuk kedalam bersama paman NASA?" kata UN memastikan.
"Iya tidak apa-apa, paman." Jawab Indo sambil menoleh kearah UN dan juga NASA.
UN dan NASA lalu masuk kedalam. "Indo, kau kenapa? Kagak di transferkan wang sama kakak kamu ya." Ledek Bang Ocong.
"Bukan." Ucap Indo.
"Di putusin Doi." Tebak Kuyang.
"Ih gimana sih. Indo belum punya doi." Kata Mba Kunti. 'Tapi sebenarnya udah punya, tapi Indonya kagak peka.' Mba Kunti berkata pelan.
"Korut sakit...Korut terkena amnesia dan melupakan ku."
"Apa?!" Kaget Mba Kunti, Bang Ocong dan Kuyang.
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴛʜᴇ ᴅᴀɪʟʏ: ᴋɪᴍɪʟꜱᴜɴɢɪᴀ ꜰʟᴏᴡᴇʀ
Fanfiction••• 'Aku sudah lama menyukainya...Semenjak aku datang ke negaranya, Aku di sambut dengan baik.' "Sesampainya di sana, Aku di beri sebagai hadiah sekaligus kenang-kenangan dan sampai sekarang bunga itu bahkan menjadi bunga nasional negaraku..." "Bis...