Kebetulan pada saat itu, Mas Gendoruwo sedang dalam perjalanan pulang ke Keraton. Tidak disengaja ia melihat Bang Ocong yang masih berada di atas pohon.
"Mas...mas, tolongin Bang Ocong dong. Bang Ocong takut ketinggian. Pengen turun tapi bagaimana? Bisa bantuin nggak mas?"
"Lah Ocong...Ocong. Gimana ceritanya sih sampai-sampai kamu bisa ada di atas situ. Kamu lompat-lompatnya ketinggian? Atau apa?"
"Udahlah mas. Nggak usah banyak bercanda. Intinya tolongin Bang Ocong dulu nih."
Gendoruwo berfikir sejenak, "Ya udah, kamu lompat aja dari atas situ. Abis itu kan kelar ceritanya."
"Hah! Lompat? Encok bisa-bisa pinggang Ocong, Mas. Mas Gendoruwo nih gimana sih."
Gendoruwo lalu melihat sekeliling. "Eh kok ada anak-anak disini? Mereka ngapain rebahan di bawah coba?"
"Nggak mas. Tadi itu mereka syok karena ngeliat Ocong ada di atas, terus mereka pingsan deh."
"Wah parah kamu, Bang. Tanpa kamu sengaja, kamu telah meresahkan orang-orang."
"Dari pada nanti Ocong di keroyok orang-orang, Bantuin Bang Ocong dulu."
"Kamu kan bisa nembus. Udah cepetan lompat!"
"T-Tapi...Tapi Bang Ocong takut, Mas... Aduh..."
"Udah. Yang penting bisa turun. Cepetan!" Teriaknya sekali lagi.
Ocong melihat ke kanan dan ke kiri. "Lompatnya sambil tutup mata aja deh. Encok...Encok deh pinggang Ocong."
Dengan terpaksa Bang Ocong pun melompat dari atas. Gedebukkk! "Aduh...Encok ini..." Rintihnya kesakitan.
Gendoruwo langsung mendekati Ocong. "Udah nggak usah nangis. Nanti kek anak bocah."
Bang Ocong berusaha untuk berdiri walaupun agak sulit. "Dah. Yok kita balik. Nanti ada orang-orang, kita jadi bikin masalah lagi."
'Pas nyampe, Mba Kunti harus diintrogasi...' Batin Bang Ocong sambil pergi dari sana.
"Malam ini waktunya ronda..." Ucap Kalut sambil berjalan dengan riang. "Eh..itu bukannya Kalsel sama Kalbar? Mereka ngapain disitu? Coba aku samperin."
Kalut mempercepat jalannya. "Kalsel, Kalut, woy bangun! Kalian ngapain tidur disini?"
Kalut berkacak pinggang. Ia lalu berlari ke arah lain sambil memetik beberapa helai daun.
Kalut berlari ke arah kedua temannya sambil mendekatkan daun-daun itu ke hidung temannya.
Tidak kunjung lama kedua temannya pun bangun. "Baunya aneh... pengen muntah..." Ucap Kalbar yang langsung terduduk.
"Bau apa sih tuh? Baunya kagak enak..." Sahut Kalsel yang baru sadar. "Hehehe...maaf-maaf, Aku bingung kalian itu kenapa. Tadi itu aku ambil daun luntas di sana untuk membangunkan kalian berdua."
Kalut menarik kedua tangan temannya untuk berdiri. "Dah, sekarang kita harus keliling." Kalut berjalan di depan sedangkan kedua temannya berjalan di belakang.
"Kalbar, Aku masih takut deh. Tadi kan ada pocong, terus tiba-tiba ada Kalut. Pocongnya nggak merubah diri menjadi Kalut kan?" Bisik Kalsel yang masih trauma.
"Aku rasa...kamu jangan mikir kek gitu deh. Kalau dia itu cuman pura-pura, nggak mungkin kan itu kakinya napak ke jalan dan yang pasti dia nggak bisa nembus." Sahut Kalbar dengan berbisik. Kalbar tidak peduli siapa orang yang didepannya ini. Ia yakin kalau itu adalah Kalut, kalaupun bukan...ia hanya tinggal kabur dari sana. Simpel kan^^
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴛʜᴇ ᴅᴀɪʟʏ: ᴋɪᴍɪʟꜱᴜɴɢɪᴀ ꜰʟᴏᴡᴇʀ
Fanfiction••• 'Aku sudah lama menyukainya...Semenjak aku datang ke negaranya, Aku di sambut dengan baik.' "Sesampainya di sana, Aku di beri sebagai hadiah sekaligus kenang-kenangan dan sampai sekarang bunga itu bahkan menjadi bunga nasional negaraku..." "Bis...