이십 삼 ♡

458 56 58
                                    

Bab 23:
Di Saat Sedang Membahas Tentang Nostalgia.

===

Selangor, Sabah, dan Sarawak bersiap-siap untuk pergi ke Australia. "Eh kejap...kejap. Malaysia suruh kita bawa berape?" Tanya Sabah.

"Ha ah lah. Berape eh?" Selangor otaknya masih loading. "Dah lah tu, bawa je berape. Asalkan tak bawa ngan kedai-kedai tu sekali." Sambung Selangor.

"Terengganu! Pulangkan balik Ais kepal Milo aku. Huhuhu...aku baru je nak makan." Teriak Pahang sambil mengejar Terengganu.

"Eh mana boleh. Kalau kau nak Ais kepal ni balik, tangkap lah aku. Hahaha..." Ledek Terengganu sambil terus berlari.

Tiga trio wp (Wilayah Persekutuan) wp. Putra Jaya, wp. Kuala Lumpur, dan wp. Labuan sedang menonton acara yang sedang tayang di depan mata mereka.

"Lebih baik pulangkan je ais tu kat Pahang. Sakit mata aku tengok korang berdua ni." Tegur Sang Ibu kota negara, Kuala Lumpur.

"Dah lah bosan pulak sekarang ni..." Sahut Putra Jaya.

"Korang!" Panggil Selangor yang tiba-tiba muncul. "Ya." Jawab Teman-temannya. "Kita orang bertiga nak pegi." Ucap Selangor lagi.

"Korang nak pegi kat mane?" Tanya Melaka dan Perlis bersamaan. "Kat Australia je. Dah eh...kami pegi dulu." Pamit Serawak.

"Hati-hati kat sane!" Pesan Putra Jaya. Mereka bertiga langsung pergi meninggalkan semenanjung.

Selangor, Serawak, dan Sabah pergi menaiki kapal. "Pak cik, tolong hantarkan kami kat Australia yer." Pinta Sabah.

Pak cik tersebut langsung menjalani kapalnya.

"Wah kita panen mangga!" Sorak Malphilindo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Wah kita panen mangga!" Sorak Malphilindo. "Indo sama Malay, kalian jagain mangganya. Aku sama yang lainnya akan memetik lagi. Kalau kalian ingin apel, kalian ambil saja ya selagi kalian menunggu."

"Siap Aussie." Ujar Indo sambil memberikan hormat. "Ok Mate." Australia dan lainnya pergi untuk memetik mangga lagi.

Pematangan sawah yang indah, angin bertiup semilir sehingga membuat keadaan menjadi agak damai dan tenang.

Indo duduk di bawah pohon apel. "Wah apelnya banyak sekali. Nggak nyangka ternyata Aussie pandai merawat tanaman." Puji Indo sambil melihat ke arah apel yang sudah berwarna kemerahan.

Indo melepas sepatu dan kaus kakinya. "Aku akan memanjat untuk mengambilnya."

Baru saja Indo ingin memanjat, Malay langsung menahan aksinya. "Jangan. Biar aku saja yang mengambilnya."

Indo menoleh ke arah Malay. "Tapi kan Malay..."

"Sudahlah tidak apa-apa. Nanti kalau kamu jatuh bagaimana." Malay membuka alas kakinya dan mulai memanjat pohon.

ᴛʜᴇ ᴅᴀɪʟʏ: ᴋɪᴍɪʟꜱᴜɴɢɪᴀ ꜰʟᴏᴡᴇʀTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang