Danger Boy 38

76.9K 6K 308
                                    

WAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA!:)

JANGAN LUPA VOTE AND COMEN:)

ENJOY❤

Saat bangun dari tidurnya, Zea tidak menemukan kekasihnya. Tentu itu membuat mood Zea menjadi buruk. Dengan langkah gontai ia memasuki kamar mandi. Karena jarum jam sudah menunjukkan pukul setengah enam pagi, itu tandanya empat puluh menit lagi gerbang sekolah akan tertutup.

Hari ini ia akan kembali memulai aktivitasnya seperti biasa. Yaitu, sekolah. Zea tidak peduli jika Rangga nantinya akan marah.

"Lho? Mau sekolah?" Tanya Resha.

"He'em, Zea udah sembuh kok," sahutnya malas.

"Anak ayah kenapa, hm?" Tanya Alex lembut.

"Sebel. Rangga ninggalin aku lagi," katanya seraya mencebikkan bibirnya sebal.

"Wajar dong, orang belum sah. Nanti, kalo udah sah bebas mau tinggal selamanya juga," celetuk Resha.

"Maksud bunda apa?" Tanya Zea sedikit--nyolot.

"Kamu mau ditemenin tidur terus 'kan sama, Rangga?"

"Ya, tapi cuman tidur, emang salah?"

"Rangga itu lelaki normal, sayang. Dia juga pas--"

"Bunda pikir, Rangga gila gitu?" Potong Zea. Ia menatap kesal ke arah sang bunda.

"Astaga, bukan itu maksud bunda," ujar Resha.

"Sudah, ayo makan," lerai Alex.

"Assalamualaikum."

"Rang-- Gavin, Tamara?"

"Masuk, Vin," titah Resha.

"Kalian ngapain pagi-pagi dirumah?" Tanya Zea.

"Mau jemput bu bos," sahut Gavin santai.

"Kan, ada, Rangga. Kenapa harus kalian?" Emang, Rangganya kemana?"

"Kemana, Ta?" Gavin balik bertanya kepada Tamara.

"Kok tanya, Tata? Tata 'kan gak tau," ujar Tamara.

"Pokoknya kita disuruh jemput, udah gitu aja, ya 'kan?"

Tamara menganggukkan kepalanya mantap.

"Udah sana berangkat, mungkin, Rangga lagi ada urusan," ucap Resha.

"Yaudah deh, aku berangkat," pamit Zea dengan suara yang tidak bersemangat.

"Senyum dong, bu bos," ujar Gavin sambil melirik lewat kaca spion diatas.

"Gavin, gak mungkin gak tau kenapa, Rangga gak jemput, Zea, iya 'kan?"

"Suer deh, gue beneran gak tau. Tanyain, Tamara aja kalo gak percaya," sahut Gavin.

"Tata, tau 'kan?"

Tamara menggelengkan kepalanya. Ia menjawab jujur, memang dirinya tidak tahu apa-apa.

Zea menghela napas lesu, ia menyandarkan kepalanya di pintu mobil seraya menatap ke arah jalanan.

●●●

Pria yang mempunyai iris mata berwarna cokelat pekat ini tengah menahan sakit di seluruh tubuhnya. Tidak, hanya bagian perut dan kakinya. Namun, juga tubuhnya terasa sangat pegal.

Dengan tenaga yang masih ada, Rangga berusaha masuk ke kamar mandi. Ia tidak boleh terlihat lemah di depan semua orang. Di depan gadisnya sekali pun. Ah, bagaimana dengan gadisnya? Rangga mengusap wajahnya frustasi. Jika tadi pagi buta Rangga tidak pulang, mungkin kejadian sialan ini tidak akan terjadi.

Danger Boy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang