Jangan lupa vote dan komen❤🤗
HAPPY READING❤
Sudah sejak lima menit berlalu bel istirahat berbunyi dan tentunya kelas juga sudah sepi. Tetapi tidak dengan kelas XI IPA 2, didalam kelas itu kini menyisakan seorang gadis yang tengah membereskan buku-bukunya. Gadis itu kembali duduk tanpa ada niat untuk pergi ke kantin atau keluar kelas. Perutnya memang tidak lapar, jika lapar juga pasti Zea pergi ke kantin tanpa ditemani siapapun.
Percaya kan jika gadis itu benar-benar tidak memiliki teman? Zea tidak masalah dengan itu, toh ia merasa senang dan aman-aman saja dengan kesendiriannya ini.
"Kenapa gak ke kantin?"
Awalnya Zea tersentak kaget karena ada yang mengusap kepalanya. Namun, setelah mendengar suara itu, membuat Zea menghembuskan napasnya lega, ia kira orang jahat.
"Kenapa?" Lelaki itu kembali bertanya.
Gadis itu hanya menggelengkan kepalanya beberapa kali sebagai jawaban.
"Ikut aku," Rangga mencekal pergelangan tangan mungil itu dan menariknya membuat sang empu mau tidak mau ikut berdiri.
"Aku gak laper, aku gak mau ke kantin," ucap Zea. Langkah gadis itu nampak tergesa-gesa karena harus menyeimbangkan langkah lebar Rangga.
°°°
"Weh, bos sinilah," teriakan itu membuat Rangga mengangguk singkat kemudian berjalan ke arah tempat duduk yang sudah diduduki oleh beberapa orang.
"Gila sih, geulis pisan euy!" Heboh Raffa ketika kini dihadapannya ada seorang gadis.
"Titisan bidadari dari mana nih?" Goda Devan diiringi dengan siulan.
"Gue baru tau kalo di sekolah ini ada titisan bidadari," Gavin ikut menimpal.
Raffa berdecak, "Sumpah, nyesel gue selalu bolos, coba kalo rajin, pasti dari dulu udah ketemu."
Mendengar pujian-pujian yang teman-temannya lontarkan membuat Rangga mengepalkan kedua tangannya. Kedua matanya menyorot tajam satu-persatu teman-temannya yang sudah berani memuji gadisnya dihadapannya.
Tentu saja nyali ketiga cowok tampan itu menciut, mereka kembali menyibukkan diri masing-masing sebelum mendapat amukan dari sang ketua.
"Pada norak, udah tau pawangnya galak," celetuk Raka yang sedari tadi hanya diam fokus makan.
Tentu saja hal itu membuat Zea malu, gadis itu meremas telapak tangannya gelisah. Pandangannya sedari tadi menunduk, tidak berani menatap ke arah depan karena ia sadar, kini dirinya menjadi bahan sorotan.
"Kenapa?" Tanya Rangga sembari mengangkat dagu itu perlahan.
"G-gapapa, m-malu," cicit gadis itu menjawab.
"MAU GUE COLOK MATA MURAHAN LO PADA?!" Teriakan Raffa menggelegar di setiap sudut kantin membuat para penghuni kantin yang sedari tadi fokus ke arah Zea dan bisik-bisik tidak jelas hening seketika.
"Pawang noh," Gavin menunjuk ke arah pintu kantin yang di mana ada tiga gadis tengah berdiri seraya celingak-celinguk sepertinya mencari tempat duduk.
"Hanna!"
Tak lama gadis yang dipanggil dengan sebutan Hanna itu melihat ke arah meja Rangga dan kawan-kawan.
"Hai," sapa gadis yang memiliki badan berisi itu menyapa sopan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Danger Boy
Teen Fiction[COMPLETED] [FOLLOW AKUN TERLEBIH DAHULU] [JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN SETELAH MEMBACA]❤ Menjadi kekasih seorang Rangga Lumindo bukanlah yang Zea inginkan. Sifat keras, kasar, posesif, dan mengekang membuat Zea tidak merasa bebas. Namun, apakah Zea...