JANGAN LUPA VOTE SEBELUM MEMBACA!❤
HAPPY READING❤
Terdengar derap langkah seorang anak laki-laki yang tengah menuruni tangga. Seperti biasa, rambut acak-acakan, seragam yang tidak dimasukkan, memakai sepatu yang bukan warna hitam, anting magnet yang menempel di telinga kanan, tetapi tidak memudarkan ketampanan lelaki itu.
"Pagi," sapa Rangga singkat kemudian mengecup singkat seorang wanita paruh baya. Itu sudah menjadi kebiasaan.
"Pagi, sayang," balas wanita paruh baya itu tak kalah hangat nan lembut.
"Mami aja yang di cium?"
Rangga menaikan satu alisnya menunggu seorang lelaki paruh baya yang sudah lengkap mengenakan setelan kantornya itu melanjutkan ucapannya.
"Kurang belaian?" Sindir Rangga pedas seolah paham apa yang dimaksud oleh sang ayah.
"Belum ngerasain mulut kamu di sumpel cabe?!" Rangga memutar kedua bola matanya malas. Tanpa berniat ingin meladeni sang ayah, Rangga menggeser tempat duduknya agar lebih dekat dengan Trya kemudian mulai memakan sarapan.
"Katanya mau bawa cewek, kok gak jadi terus?" Sindir Trya kepada anak semata wayangnya itu.
"Gak tau aja kalo mami suka kesepian di rumah segede ini, gak ada temen," ujar Trya. Memangnya jika Rangga mempunyai kekasih Trya tidak akan kesepian?
"Biar gak kesepian, kita buat lagi gimana?" Tawar Raga dengan memasang wajah tengilnya.
Sifat Rangga memang turunan dari Raga. Dingin, arogan dan kasar. Bedanya Raga tidak pernah berlaku kasar kepada Trya karena sebuah alasan. Tetapi, jika sudah berada di rumah sifatnya berbanding balik, Raga yang hangat, lembut dan tidak pernah membentak kepada Trya. Entah wanita itu melakukan kesalahan kecil atau besar, Raga selalu bisa menstabilkan emosinya.
"Buat aja sama sekertaris cantik kamu itu," Gumam Trya menyindir.
"Oke kalau itu mau kamu, aku gak masalah," ucap Raga santai.
"Siap-siap aja kamu jadi gembel!"
"Shit!"
Rangga yang mendengar perdebatan kedua orang tuanya merasa jengah sendiri. Lelaki itu beranjak lalu menyampirkan tas ke bahu kirinya.
"Aku berangkat," pamit Rangga. Sebelum pergi, lelaki itu kembali menyempatkan untuk mengecup singkat pelipis sang ibu.
"Inget pesan mami lho," peringat Trya sembari mengangkat kepala agar bisa melihat putranya yang sudah berjalan keluar rumah
°°°
Sekitar sepuluh menit lamanya seorang laki-laki yang tengah menyandarkan tubuhnya di jendela mobil. Sedari tatapannya tertuju pada gerbang yang masih tertutup rapat. Rangga melirik arloji yang menempel dipergelangan tangannya, sebentar lagi bel akan berbunyi, ini tidak berlaku baginya. Tentu saja.
Baiklah. Rangga memutuskan untuk masuk ke dalam rumah besar itu secara diam-diam jika ada penjaga. Jika tidak, Rangga lebih senang karena tidak harus bersembunyi terlebih dahulu. Dirasa tidak ada penghuni, dengan lihai lelaki itu memanjat gerbang yang menjulang tinggi tanpa ada kendala apapun.
Selesai. Rangga kembali berjalan ke arah pintu yang masih tertutup rapat. Bisa dipastikan gadis itu belum bangun dari tidurnya.
Wait, tidak terkunci? Apa gadis itu sudah bangun atau berangkat lebih dulu? Dengan cepat Rangga membuka pintu yang tidak terkunci itu kemudian masuk. Sepi, itulah yang menyambut kedatangannya. Tak masalah, bagus jika sepi, Rangga bisa bebas melakukan apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Danger Boy
Teen Fiction[COMPLETED] [FOLLOW AKUN TERLEBIH DAHULU] [JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN SETELAH MEMBACA]❤ Menjadi kekasih seorang Rangga Lumindo bukanlah yang Zea inginkan. Sifat keras, kasar, posesif, dan mengekang membuat Zea tidak merasa bebas. Namun, apakah Zea...