Varian Dua

347 6 23
                                    

---

Nikah, yuk! (Seongcheol x Sowon)

Oneshoot (:

.

.

.

"Bae, jalan-jalan, yuk!"

Seungcheol langsung beringsut mendekati Sowon yang sedari tadi sibuk dengan tugas statistika nya. Tak jarang terdengar gerutuan dari belah bibir tipisnya,"engga mau, ah. Males."

"Yaah, kok gitu sih?"bibir plum Seungcheol mencebik sedih,"ayolah, Bae. Jarang-jarang juga 'kan aku cuti kayak sekarang."

Mendengar rengekan Seungcheol langsung mendecak,"tapi, kerjaan aku masih banyak, Bae. Lihat, tuh. Numpuk banget. Mending kamunya bantuin. Ini mah malah berantakin rumah."

"Hehe, maaf deh."Seungcheol nyengir sembari menggaruk sebelah pipinya yang tak gatal,"habisnya, aku engga ngerti. Hehe."

Sowon mendecih. Memilih mengabaikan sang kekasih dan melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda.

Pukul 2 siang, semua pekerjaannya akhirnya rampung membuatnya tersenyum puas. Melirik kearah samping dimana Seungcheol jatuh terlelap dengan belah bibirnya yang mengurucut lucu membuatnya terkekeh tanpa suara. Sesekali memberikan cubitan kecil disana sembari terkikik. Untungnya, kekasihnya itu tidak sampai terbangun.

Lama ia amati raut damai itu sebelum akhirnya bangkit dan melangkahkan kakinya menuju dapur. Berniat membuat makan siang sederhana untuk mereka berdua. Berkutat dengan bahan masakan dan alat masak. Terlalu khusyuk sampai tidak menyadari kalau kekasihnya itu sudah terjaga dan sibuk memandangi Sowon sembari bertopang dagu. Seulas senyuman lembut bahkan terpatri apik membuat kadar ketampanannya semakin bertambah.

"Ah, bikin kaget saja."Sowon mengelus dadanya karena terkejut akan kehadiran Seungcheol disana kala ia bersiap untuk menata makanan yang telah matang. Seungcheol tersenyum lalu bangkit untuk membantu. Sekarang keduanya tengah menikmati hidangan makan siang mereka yang sederhana. Tak jarang mereka saling melempar obrolan ringan di sela acara makan siang tersebut, dengan beberapa hal random yang membuat keduanya terpingkal. Bahkan sampai membuat Seungcheol si receh harus tersedak beberapa kali. Hm.

"Biar aku saja yang membersihkannya,"kata Seungcheol kala melihat Sowon bersiap membersihkan bekas makan mereka,"lebih baik kamu pergi tidur sana. Pasti capek, 'kan?"

"Uhm, tapi, emangnya engga apa?"Seungcheol mengangguk mantap dan mendorong pelan punggung mungil Sowon agar segera beranjak keluar dari area dapur. Ia tahu kalau kekasihnya itu sudah kelelahan. Sowon hanya bisa menghela nafas pasrah dan memutuskan membaringkan tubuhnya di atas sofa ruang tengah sembari menunggu Seungcheol yang kini tengah sibuk dengan tumpukan cucian piring kotor di bak cuci. Sepertinya, menghabiskan hari dengan Cuddling bukanlah ide yang buruk.

"Hey, kenapa engga tidur?"tanya Seungcheol setelah merampungkan pekerjaan bebersihnya. Sowon tidak menjawab dan memilih merentangkan kedua tangannya lebar, mengisyaratkan pada sang kekasih kalau ia butuh sebuah pelukan. Seungcheol terkekeh geli melihat tingkah Sowon. Beringsut mendekat dan merengkuh tubuh ramping itu dalam dekapannya dan berbaring pelan di atas sofa. Keduanya saling merengkuh. Berbagi kehangatan yang sama hingga jatuh dalam lelap.

.

.

"Huh, dia sudah pulang ternyata."gumam Sowon kala tak mendapati Seungcheol dimana pun saat dirinya terjaga beberapa saat yang lalu. Mengusak pelan surai panjangnya dan berjalan menuju dapur untuk mengambil segelas air di lemari es.

"Ah, ada sebuah pesan disini. Hm, manis sekali sih?"Sowon tersenyum-senyum sendiri kala mendapati sebuah sticky notes di atas tudung saji yang tertutup, di dalamnya sudah tersedia hidangan makan malam yang masih mengepulkan asap hangat. Ia sama sekali tidak menyangka kalau pemuda itu masih saja bertingkah manis padanya. Padahal, mereka bukanlah sepasang anak remaja. Tapi, Sowon tetap mensyukurinya dan berharap kalau Seungcheol akan terus seperti ini sampai kapan pun.

"Uhm, makanannya enak sekali."Sowon berulang kali memekik takjub. Tidak menyangka kalau skill memasak Seungcheol semakin meningkat pesat. Ah, ada gunanya juga ia bergaul dengan Mingyu, temannya yang kini membuka berbagai macam outlet makanan hasil olahannya sendiri. Anak itu memang tidak pernah bisa di ragukan kemampuannya dalam mengolah makanan. Bahkan, bahan masakan yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan akan cocok untuk di konsumsi menjadi hidangan lezat nan menggugah selera. Hebat sekali, 'kan?

.

.

"Oh, kamu sudah sampai disana? Ah, sepertinya aku akan sedikit terlambat. Aku masih dalam perjalanan. Maaf, ya?"

"..."

"Hm, lebih baik kamu pesan saja makanannya lebih dulu. Iya, aku akan segera sampai. Iya, iya, aku juga mencintaimu. Sampai jumpa disana, Bae."

Seungcheol mematikan sambungan teleponnya dan kembali memfokuskan dirinya kearah jalanan. Ia sedikit terjebak kemacetan, yang untungnya tidak begitu parah. Tapi, tetap saja ia merasa tak enak hati pada Sowon yang harus menunggunya.

Sesampainya, di tempat janjian, ia langsung melangkah memasuki kafe. Sowon ada disana, tengah asik menikmati sepiring kecil lava cake dan iringan musik klasik yang mengalun. Ia beringsut mendekat dan memberikan sapaan, Sowon membalasnya dengan seulas senyuman."maaf karena sudah membuatmu lama menunggu."

Sowon menggeleng,"tidak juga. Mau pesan sesuatu?"

"Hm. Aku ingin kue lemon."Sowon mengangguk mengerti dan langsung memanggil pelayan guna memberitahukan pesanan yang mereka inginkan. Satu kue lemon dan dua cangkir latte dengan sedikit creamer. Pelayan itu sudah berlalu pergi, menyisakan mereka yang kini saling bersitatap dengan seulas senyuman meneduhkan yang terpatri apik di belah bibir masing-masing. Seungcheol meraih sebelah tangan Sowon dan merematnya cantik dengan maniknya yang terus mematut pandang kearah gadis itu hingga tersipu malu.

"Kamu semakin terlihat cantik hari ini dan membuatku semakin jatuh untuk kesekian kalinya."gombalan garing meluncur begitu saja dari belah bibirnya yang masih mengembangkan senyuman, terkekeh kala menangkap rona merah tipis di wajah cantik Sowon yang kini mencebik. Gadis itu memang tidak terlalu suka dengan gombalan sekali pun tetap membuatnya merona dengan diiringi degub jantung yang menggila. Astaga, berlebihan sekali, 'kan?

"Berhentilah menggodaku, tuan Choi."Seungcheol hanya terkekeh. Ia berikan usapan sayang di punggung tangan Sowon yang masih ia genggam dengan lembut."Sowon..., Kamu tahu, 'kan betapa sayangnya aku sama kamu."

Sowon mengganguk ringan. Seungcheol tersenyum kecil,"dan kamu juga tahu, 'kan kalau aku benar-benar serius dengan hubungan ini?"lagi, Sowon mengangguk.

Menghela nafas pelan beberapa kali lalu merogoh kantung jasnya, meraih sebuah kotak kecil bludru berwarna gelap dan membuka penutupnya. Kini terpampanglah sebuah benda kecil melingkar disana dengan aksen sederhana membuat Sowon tercenung. Menutup mulutnya dengan sebelah tangannya yang bebas dan menatap benda itu dan Seungcheol bergantian dengan manik yang berkaca-kaca.

"Cheol...,"

Seungcheol melorot kebawah dan bersimpuh di depannya. Menatapnya dengan begitu lekat hingga membuat lutut Sowon melemas,"aku ingin menghabiskan sisa hidupku sama kamu. Sowon, kamu mau 'kan habiskan sisa waktu yang kamu punya sama aku juga?"

Sowon kehilangan kata-kata. Lelehan air mata perlahan menitik di kedua pipinya. Tangis keharuan. Ia tidak menyangka akan mendapatkan perlakuan seperti ini dari Seungcheol. Ini semua bukan hanya mimpi, 'kan?

"K-kamu serius?"katanya dengan nada tercekat dan di tanggapi anggukan mantap dari pemuda itu. Sowon meneguk salivanya dan menatap Seungcheol lamat-lamat untuk beberapa saat sebelum akhirnya memberikan anggukan kecil pada pemuda itu yang kini memandangnya dengan tatapan tak percaya.

"Jadi, kamu mau, Bae?"Sowon mengangguk lagi. Tertawa kecil kala tubuh kecilnya di tubruk badan bongsor Seungcheol. Air mata penuh rasa harunya menitik lagi sembari memandangi sebuah cincin beraksen sederhana yang kini melingkari jemari manis tangan kirinya. Keduanya masih saling merengkuh untuk beberapa saat sebelum Seungcheol mengurainya dan mengikis jarak di antara mereka. Saling bersitatap dan di akhiri kecupan manis yang diiringi tepukan riuh para pengunjung lain yang menjadi saksi momen mereka yang kelewat manis.

Mereka bahagia. Sangat bahagia.

.

.

Fin

Sebong Cake^ (SEVENTEEN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang