Varian Dua Puluh Empat (12-end)

79 5 27
                                    

---
.

.

.











Lantas Mengapa chap. 13
(Meanie couple ft Soonyoung and others)



.

.

.












Mingyu melirik kearah ponselnya yang kembali berkedip dengan belasan pesan baru yang Jihoon kirimkan dan lagi-lagi ia abaikan lalu memilih melanjutkan kegiatan menguleni adonan kue kering. Kegiatan barunya semenjak memutuskan untuk mengambil cuti manggungnya dan lebih sering habiskan waktu senggangnya di dapur dan membuat beberapa kudapan sehat untuk bayi mungil kesayangannya yang sebentar lagi menginjak usia satu tahun. Kurang lebih beberapa minggu lagi dan Mingyu sedang menantang dirinya untuk bisa membuat kue ulang tahun untuk Seonho dengan tangannya sendiri dan ini akan menjadi kali pertama baginya dan ia harap juga bayi kecilnya itu akan menyukainya. Dan berencana mengundang beberapa orang untuk menghadiri pesta tersebut, sekali pun ia rasanya begitu berat hanya untuk sekadar mengajak Soonyoung untuk turut serta karena—ya, secara tidak langsung pria itulah yang menjadi alasan kesedihannya akhir-akhir ini. Egois memang, dan Mingyu aku itu. Tapi, dirinya tentu tidak bisa mencegah perasaannya untuk tidak merasa kecewa. Itu diluar kuasanya karena hanya Tuhan lah yang bisa dan mampu membolak-balikkan hati manusia. Begitu juga dirinya yang masih begitu sukar untuk mengatasi perasaan sedihnya hingga tidak mampu barang mendengar suara Jihoon yang mungkin akan membuatnya kembali menangis dan Mingyu jelas tidak ingin itu sampai terjadi. Ia tidak ingin Jihoon melihat titik terlemahnya. Dan ia juga tidak ingin berakhir menyesal karena egonya yang terus meneriakinya agar segera mengakhiri hubungannya dengan pemuda Lee itu. Tapi, ia tidak bisa. Mingyu sudah terlanjur sayang dan hatinya tidak rela berpisah dengan Jihoon. Mingyu ingin terus bersama pria itu hingga waktu yang lama. Hingga mereka berada di liang yang bersebelahan. Hingga mereka berubah menjadi abu. Hanya itu pintanya. Mingyu hanya mengharapkan itu. Apakah itu semua begitu berlebihan hingga jalan yang ditempuhnya untuk meraih itu semua begitu terjal? Dan kenapa rasa bahagia terasa begitu megah bagi Mingyu cecap. Terlalu hinakah dirinya hingga tidak layak untuk merengkuh kebahagiaannya sendiri?

Mingyu melempar asal alat penggiling adonan yang sedari tadi dipegangnya dan menyebabkan suara gaduh di sekitarnya yang tentu saja membangunkan baby Seonho dari tidur siangnya yang ringkas dan berakhir menangis keras, menyentak Mingyu yang kini mengusap wajahnya kasar. Membasuh kedua tangannya dengan cepat dan berlari kecil menuju kamar si mungil Jeon yang mulai berusaha turun dari box bayinya yang tentu saja membuat Mingyu terkesiap dan rasanya jantung miliknya berpindah ke perut. Menghela napas panjang dan membawa si mungil dalam rengkuhannya, menimangnya dan mencoba untuk membuat sang bayi kembali tidur. Namun, sepertinya apa yang ia harapkan tidak akan terwujud dalam waktu dekat dan lihat saja, itu, si bayi malah terus meronta dalam gendongan sembari merapalkan sederet kata yang membuat relungnya teremas kuat dan juga napasnya yang tercekat sesak. Mungkin bukan hanya dirinya yang kini begitu merasa rindu pada Jihoon, tapi Seonho juga

Dan ia sama sekali tidak menyangka kalau sosok yang tengah dirindunya telah berdiri di ambang pintu kamarnya dengan napasnya yang terengah juga luka sobek di punggung tangannya yang terlihat mengerikan dengan lelehan cairan merah yang menitik dari sana dan menggenang di lantai membuatnya terpekur. Merasa kalau apa yang dilihatnya kini hanyalah sebuah ilusi belaka. Kedua manik matanya mengerjap lambat dan rasanya waktu berhenti berputar. Terkunci pada tatapan sendu Jihoon yang kini semakin melangkahkan dirinya untuk mendekat hingga tersisa beberapa jengkal dan menariknya ke dalam rengkuhan. Hanya beberapa detik memang karena rengekan baby Seonho yang merasa risih. Bayi itu menjerit keras, meminta atensi lebih karena sedari tadi diabaikan membuat sepasang tunangan itu meringis rikuh dan Jihoon pun mengambil alih si bayi Jeon dalam rengkuhannya menimangnya dan membiarkan Seonho merebahkan kepalanya diatas dadanya yang ringkih sembari sesekali menyenandungkan sebaris lagu yang sering ia nyanyikan setiap kali mendapatkan tugas untuk menidurkan si mungil hingga si bayi menguap kecil dan mulai mengantuk sebelum jatuh dalam lelap diiringi dengkur halusnya yang lucu. Jihoon mengulum senyuman kecil dan bubuhkan kecupan sayang dipucuk kepala Seonho yang semakin menyamankan diri di dalam dekapannya, tak sadar kalau sosok lain memperhatikan momen manis keduanya dengan tatapan nanar. Kedua manik bundarnya memburam dengan bulir air mata yang kini meluruh satu demi satu di atas pipinya. Terisak kecil dan membuat Jihoon terkesiap, alihkan atensi sepenuhnya pada Mingyu yang kini tersedu. Dengan cepat mendekatinya dan membawanya ke dalam rangkulan, menuntunnya kearah kamar untuk memindahkan Seonho sebelum berpindah kearah sofa dan membawa tubuh montok itu untuk duduk di atas pangkuannya dan menyamankan diri disana. Berikan usapan sayang berulang kali disepanjang punggung Mingyu yang bergetar dan membiarkan pria itu meluapkan segala emosi yang bercokol di relung hatinya dan berangsur tenang setelahnya. Ada jeda panjang setelahnya dan membuat keheningan melingkupi keduanya hingga beberapa saat sebelum belah tipis Jihoon yang terlihat lebih pucat dari biasanya mengucap satu kata. Permohonan maaf untuk Mingyu dengan nada serupa bisikkan yang lagi-lagi membuat Mingyu kembali menitikkan air matanya lalu terseguk kecil. Dengan lembut, Jihoon menyekanya juga bubuhi kecupan disetiap jengkal wajah si manis dan berakhir mendaratkan kecupan cukup lama di belah ranumnya yang memerah karena terlalu lama menangis. Ia bubuhkan lagi beberapa kali hingga isakan tangis Mingyu mereda sepenuhnya. Jihoon mengulum senyuman. Usap sayang surai Mingyu yang semakin memanjang dan eratkan rengkuhannya pada si manis yang juga ikut menarik seulas senyuman. Saling bertukar tatap dan juga pagutan manis yang membawa mereka pada sesi panas yang memabukkan dan menjadi yang pertama untuk mereka menyampaikan perasaan yang mereka miliki lewat sentuhan-sentuhan intens yang membuat mereka berhasil menjemput putih dengan cara yang luar biasa dan membuat Mingyu kembali menangis tersedu saking bahagianya disela hentakan dalam Jihoon pada bagian bawah tubuhnya dan mengisinya hingga bagian perutnya terasa begitu penuh dan membawa pria tersayangnya itu pada pagutan manis lainnya hingga petang menjelang yang nantinya mungkin akan mereka kenang selamanya...

Sebong Cake^ (SEVENTEEN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang