Varian Dua Puluh Lima (10-end)

49 3 20
                                    

---

.

.

.



























Captain Jeon chap. 10
(Meanie couple and Others)


.

.

.



































Waktu terasa berjalan lambat hari itu. Rasanya setiap detik yang terlewat begitu berat bagi mereka yang kini berkumpul di ruang tunggu yang ada di depan ruang operasi, tempat dimana kedua orang kesayangan mereka tengah berjuang antara hidup dan mati di dalam sana. Soonyoung juga ada disana setelah siuman dari pingsannya dan bersikeras untuk ikut bergabung bersama yang lain dan menunggu kabar lanjutan dari keduanya juga berharap adanya keajaiban agar tidak ada satupun dari mereka yang pergi. Mereka semua selamat dan bisa kembali berkumpul kembali seperti sedia kala. Soonyoung sangat mengharapkannya. Mengatup kedua tangan dan kembali merapal doa, meminta kemurahan hati sang pemilik hidup agar memberikan mereka kesempatan agar bisa tetap terus bersama Wonwoo juga Jun, sekali pun harapan untuk pemuda itu presentasinya begitu kecil. Mengingat kenyataan itu membuatnya kembali terisak kecil, mengundang atensi dari Jihoon yang baru saja kembali membeli beberapa makanan untuk mereka semua yang ada disana sesuai permintaan dari Seungcheol yang masih terus setia mendampingi Mingyu yang masih belum sepenuhnya tenang sembali sesekali terseguk karena teringat kembali pada memori masa lalunya saat hari dimana ibunya tiada, pergi meninggalkannya tanpa kata perpisahan disaat dirinya bahkan belum sepenuhnya arti sebuah kehilangan yang sesungguhnya yang membuatnya merasa begitu takut akan merasakan hal yang sama untuk kesekian kali. Entah itu Wonwoo atau pun. Tidak, Mingyu sama sekali tidak siap untuk itu. Tidak akan pernah...

.

"Nyong..."Jihoon memanggil nama sahabatnya dengan lembut, tidak seperti biasanya dan membuat sang empunya nama berjengit. Hentikan sejenak kegiatannya dan mendongak kearah Jihoon yang perlahan mengambil posisi bersimpuh di depannya sembari menatapnya dengan tatapan yang juga berbeda. Lembut juga sendu membuat Soonyoung kembali merasakan sesak di rongga dadanya juga sebulir air mata yang lagi dan lagi jatuh di pipinya yang basah juga sembab lalu diseka lembut oleh Jihoon dengan ibu jarinya,"jangan menangis, karena bukan hanya Jun yang tidak suka melihatmu seperti ini, tapi aku juga. Wonwoo juga. Kita semua menyayangimu, Nyong. Sekali pun mungkin dengan cara yang berbeda-beda..."

"...kau menyayangiku?"tanya Soonyoung dengan nada parau dan diangguki kecil oleh Jihoon yang lagi-lagi menyeka bulir air matanya,"sangat. Sangat sayang..."balas si tengah Kim dengan nada berupa bisikan namun mampu membuat rasa sesak yang sebelumnya begitu banyak memenuhi relung Soonyoung, berkurang persekian persen. Melengkungkan sedikit senyuman di sela tangisan sedihnya karena khawatirnya pada kedua sahabat mereka yang lainnya yang ada di dalam ruang operasi. Namun, tak menolak kala Jihoon membawanya ke dalam rengkuhan dan nikmati geleyar hangat yang perlahan menyusup di dalam hatinya. Rasanya sangat menyenangkan, namun ia tidak ingin berharap banyak. Karena, ia merasa begitu jahat sekarang selayaknya seseorang yang tengah berselingkuh, padahal ia bahkan belum pernah berkencan dengan siapapun. Sungguh aneh, tapi begitulah kenyataannya. Ini mungkin karena rasa bersalahnya pada Jun, makanya Soonyoung merasa seperti tengah mengkhianati pemuda bermanik kucing itu sekali pun hanya sekadar menikmati pelukan hangat seorang Lee Jihoon yang selama ini ia dambakan.

Atau apakah ini yang dinamakan cinta yang datang terlambat?

Hhh, Soonyoung harap, itu bukanlah yang kedua. Karena sekali pun ia pada akhirnya jatuh pada Jun, ia ingin hal itu karena hatinya sendiri yang memilih Jun, dan bukannya karena perasaan bersalah atau semacamnya dan andai saja dirinya bisa memilih atau pun memutar waktu, ia mungkin akan memilih jatuh pada Jun dan mungkin keadaannya tidak akan berakhir sepelik ini...

Sebong Cake^ (SEVENTEEN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang