Varian Dua Puluh Lima (06)

37 6 9
                                    

---

.

.

.















Captain Jeon chap. 06
(Meanie couple and Others)














.

.

.




















Wonwoo baru saja sampai di rumah setelah sebelumnya mengantarkan Mingyu pulang, dan kini tengah memarkirkan mobilnya ke dalam garasi lalu beranjak memasuki rumah sembari bersendung. Terdengar riang hingga mengundang tanya dari Jeongguk dan juga mama Egi yang sedari tadi sibuk berdebat tentang lanjutan kisah series yang tengah mereka berdua tonton malam itu dan membuat papa Brian yang ada ditengah-tengah mereka menjadi pening seketika.

"Oh, udah pulang, kak? Kok cepet? Dulu pas mama sama papa kencan pertama pulangnya nyaris subuh, loh."kata mama Egi dengan nada heran dan membuat kedua putranya mengarahkan pandangan penuh rasa penasaran kearah ia maupun papa Brian yang kini meringis samar di tempatnya,"lah, ngapain ma? Ikut jaga di pos ronda, kah?"tanya si bungsu, polos yang hanya ditanggapi mama cantik mereka dengan seulas senyum cantiknya.

"Cari kunci motor papa kalian yang engga sengaja jatuh ke danau, dek. Mana engga punya senter lagi. Juga jaman dulu kan belum ada ponsel yang punya fitur penerangan darurat kan? Jadi, ya terpaksa kita cari pelan-pelan. Masuk ke dalam air danau yang super dingin dan bertahan disana hingga berjam-jam. Untung engga sampai mati karena hipotermia, kalau iya, mungkin engga bakal ada tuh namanya sang kapten Jeon dan juga si kelinci lincah andalan tim basket Golden Fox. Iya, kan, pah?"

Dan sang kepala keluarga memilih tidak berikan tanggapan lalu melipir pergi menuju dapur dengan alasan ingin merifill isi mugnya dengan cokelat panas sebelum kembali lanjutkan acara menontonnya yang tentu saja membuat mama Egi mendecih, karena tahu betul bagaimana sang suami jika dirinya membahas kejadian yang satu itu. Sedikit memalukan sih, memang. Tapi, memang kejadian itu yang masih membekas hingga sekarang dan akan terus wanita itu simpan untuk ia ceritakan pada cucu mereka kelak.

"Papa kalian memang suka begitu. Suka malu sama masa lalu. Jaga image terus soalnya."cibirnya lagi dan hanya ditanggapi kekehan rikuh dari Jeongguk maupun Wonwoo yang tentu saja tidak mengharapkan terjadinya perang dunia kesekian kalinya di rumah malam itu. Tidak. Terimakasih.

"Jadi, gimana kencan kamu sama si manis? Hal menyenangkan apa saja yang kalian lakukan? Oh, atau apakah kalian sudah berciuman?"






Bruuush!






"Papa ini! Kok, muka mama disembur minuman cokelat gini sih!? Lengket tau!"

Nah, kan...

.

.

.

"Ya, ampun kok, bisa!? Eh, maafkan aku, Omin. Haduuh, jangan sesak napas dulu dong!"

Mingyu memijat pangkal hidungnya yang mendadak kaku dan menghela napasnya dengan lelah. Niat ingin curhat, malah mendapatkan reaksi berlebih semacam ini dan untungnya, tidak sampai membuat sang sohib harus menjalani perawatan di rumah sakit karena kembali mendapat serangan mendadak dari penyakit bawaannya. Huft.

"Nih, minum teh herbal punya Ho dulu. Biar lebih relax—dan Migu, sampai mana kita tadi? Oh, iya—ya, ampun, Gu. Aku benar-benar tidak menyangka kalau kamu yang malah lebih dulu mendahului kita melepas masa lajang."kata Myungho dramatis sembari memasang tatapan nanar kearah Mingyu yang kini mengerling jengah,"iya, Mingyu tidak setia kawan! Kita musuhan 5 menit, pokoknya. Iya, kan, Ho!"

Sebong Cake^ (SEVENTEEN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang