Varian Delapan (2)

159 12 36
                                    

---

Endless Love (Meanie)

Chap. Two

.

.

.





Wonwoo mendecak kesal sembari meraba meja nakasnya dimana jam alarmnya masih saja berbunyi ribut dan membantingnya asal ke lantai tanpa perduli kalau benda itu akan rusak atau semacamnya. Beringsut bangun dan bersandar malas pada kepala ranjang. Rasa malas terus bergelayut pada dirinya setiap jum'at pagi. Entah apa alasannya. Menghela nafas panjang berulang sebelum beranjak turun dan menyambar selembar handuk. Melangkahkan diri masuk ke dalam kamar mandi dan membersihkan diri. Meraih selembar kemeja berwarna abu-abu dan celana bahan berwarna hitam. Merapikan asal surai hitamnya sebelum berlalu keluar kamarnya, siap untuk membuat sarapan sederhana untuk dirinya sendiri. Duduk sendirian di ruang makan sembari termenung. Teringat berbagai macam hal yang telah berlalu namun menyisakan denyutan perih di hati saat ia tidak sengaja menangkap sosok yang begitu ia rindukan tengah asik merapikan tumpukan majalah di atas meja bundar yang ada di ruang tengah sembari mengeluarkan rentetan omelan dari belah bibir plumnya yang tampak membengkak merah. Belah basah yang selalu ia kecupi hingga kecanduan. Menguap layaknya asap dan membuatnya nyaris mengumpat. Mendecih dan memilih meraih kunci mobilnya dan bersiap untuk berangkat bekerja. Dua panggilan masuk dari Soonyoung ia abaikan begitu saja. Memilih menaikkan kecepatan mobilnya hingga nyaris menabrak sosok bertubuh kurus dengan sebuah alat penunjuk arah di tangannya. Menekan pedal remnya kuat dan membanting stir hingga menabrak tiang pembatas jalan dan mengundang kerumunan orang-orang yang tengah melintasi jalan tersebut. Ia meringis kecil kala merasakan sengatan perih di keningnya yang kini mengeluarkan sedikit darah. Termangu kala sosok yang sempat membayangi harinya kini memasang wajah panik sembari mencoba mengetuk-ngetuk kaca pintu mobilnya dengan ribut, mengikuti beberapa orang yang melakukan hal serupa. Dadanya di serang rasa sesak kala melihat hal yang berbeda darinya, dimana sosok itu tampak meraba dengan tatapan yang tampak kosong di matanya membuat berbagai spekulasi hinggap di dalam kepala Wonwoo yang masih terpekur. Abai akan pekikan panik di luar sana. Masih setia memaku pandang kearah sosok manis yang tampak menyedihkan di matanya. Ada apa dengannya? Apa yang terjadi sebenarnya?

Ia buka kasar sabuk pengaman yang sebelumnya melekat di tubuhnya. Beringsut keluar dari dalam mobil itu dan langsung menerjang tubuh kurus di balut kulit berwarna luar biasa pucat itu dengan rengkuhan erat membuat sosok itu berjengit kaget dan mencoba memberontak agar terlepas dari dekapan erat Wonwoo yang kini menangis, merengek layaknya anak kecil dan membuat manik cantik dengan tatapan kosong itu melebar sempurna. Menatap lurus ke depan sembari meremat bagian belakang kemeja yang di kenakan Wonwoo yang tak hentinya menyerukan namanya dengan suara memilukan. Sosok itu ikut menangis, dalam diam. Menggumamkan ratusan kata maaf dalam hatinya.

"Gyuie, aku sangat merindukanmu hingga nyaris gila. Ku mohon jangan pergi, Gyu. Jangan tinggalkan aku sendirian lagi. A-aku, tidak akan pernah bisa hidup sendiri tanpa dirimu..."

Ia tangkup kedua belah pipi tirus nan pucat itu sebelum satu kecupan manis dan menuntut singgah di belah bibir pucat nan kering namun masih terasa begitu manis bagi Wonwoo yang rasanya enggan untuk melepaskan tautan tersebut. Sesekali terseguk hingga membuat lelehan air mata sosok itu semakin menderas. Keduanya hanyut dalam perasaan mereka yang tidak pernah padam sedikit pun, tanpa peduli kalau harus menjadi tontonan semua orang yang ada disana. Wonwoo sama sekali tidak perduli...

.

.

"Satu slices cheese cake dengan ekstra strawberry, khusus untuk si manis kesayangan Wonie."kata Wonwoo dengan nada riang. Sepiring kecil potongan cheese cake ia suguhkan di hadapan sosok manis yang duduk terdiam di seberangnya. Satu cangkir late dengan sedikit gula pun ia berikan sebagai pendamping kudapan manis tersebut. Seulas senyuman terus mengembang di wajahnya yang sebelumnya muram seakan semangat yang dulu hilang kini kembali. Ya, dialah Mingyu, sosok yang selalu menjadi alasannya bersemangat menjalani hari-harinya sekali pun tidak pernah ia perlihatkan secara gamblang.

Sebong Cake^ (SEVENTEEN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang