Varian Empat

281 5 53
                                    

---

Do you love Me? (Jisoo x Nancy)

Oneshoot

.

.

.

"Mau pesan apa?"

"Terserah."

Singkat, padat, namun luar biasa menyebalkan. Jisoo mendecih samar lalu kembali membolak-balik isi buku menu di tangannya. Memilih beberapa menu makanan yang di rasa cocok dengan selera gadis yang kini duduk di seberangnya itu.

Sepeninggalnya sang pelayan, Jisoo kembali mengalihkan atensinya pada Nancy yang masih saja sibuk dengan ponselnya. Entah, apa yang ia lakukan sedari tadi sampai mengabaikannya seperti itu.

"Sebenarnya, kau ini berkencan dengan benda mati itu atau aku? Mau sampai kapan kau akan memaku pandang kearah layar benda pipih itu."protesannya mendapatkan respon kali ini, sekalipun hanya berupa lirikan tanpa arti. Raut wajahnya masih tampak kelewat datar, seperti biasa. Dan hal itu benar-benar membuatnya frustasi. Jisoo mendesah kasar. Nyaris membalik meja di hadapannya jika saja ia tidak memiliki etika dan juga rasa malu.

"Hh, terserah kau saja."gumamnya dengan nada kelewat lelah. Pesanan mereka datang hanya keheninganlah yang menyelimuti dengan aura kelam yang menguar dari balik bahu kokoh Jisoo yang memasang wajah tertekuk. Semakin parah kala gadis itu menghentikan aktivitas makannya lalu beringsut bangkit dari duduknya dalam diam sebelum berlalu pergi tanpa berpamitan lebih dahulu dengannya. Jisoo menarik nafas kasar dan menghempaskan alat makan yang sedari tadi berada dalam genggamannya. Semua ini membuatnya muak luar biasa.

Hh, mungkin sudah waktunya ia menyerah dan pergi...

.

.

"Akhir-akhir ini, aku tidak melihatmu pergi bersama Nancy. Dan malah menemukannya tampak asik bersenda gurau dengan teman-temannya di sebuah pusat perbelanjaan. Apa kalian bertengkar?"Jeonghan bertanya pada Jisoo yang malah duduk termenung di kursi kerjanya membuatnya mendecak dan melempari kepalanya dengan tutup bolpoint hingga pemuda dengan bentuk bibir mirip dengan bibir kucing itu mendengus kesal. Jeonghan mendecih.

"Aku bertanya sedari tadi padamu, bodoh? Kau dan Nancy sedang bertengkar? Apalagi alasannya sekarang?"

Jisoo diam. Sangat malas menanggapi pertanyaan barusan yang diam-diam membuat denyutan tak nyaman di relung hatinya. Menyandarkan tubuh lelahnya sembari menghela nafas berat. Jeonghan yang melihat itu semua langsung mengerutkan dahinya. Ada yang janggal dengan adik sepupunya itu.

"Kau yakin tidak ingin menceritakannya padaku? Ya, siapa tahu aku bisa memberikanmu saran yang tepat."tawar Jeonghan, namun lagi-lagi tidak membuat Jisoo bergeming sedikit pun.

"Hh, yasudah kalau begitu. Aku pergi saja. Aku juga baru ingat harus membelikan titipan Nayeon. Entah, kenapa sejak kemarin ia merengek ingin mencicipi karya terbaru dari kedai makanan milik Mingyu. Katanya, sih enak. Kau mau pergi dan mencobanya denganku?"

"Tidak. Aku sedang tidak berminat pergi kemanapun."Jeonghan merotasikan matanya malas lalu bangkit dari duduknya. Lama-lama berada di tempat itu hanya menaikkan potensi mengidap penyakit darah tinggi. Demi apapun, menghadapi Hong Jisoo yang tengah dalam mode yang sekarang sangat amat luar biasa menyebalkan.

Jisoo menghela nafas berat untuk kesekian kalinya. Sebenarnya, ia ingin membagi masalahnya dengan kakak sepupunya itu. Tapi, ia bingung harus menceritakannya darimana.

Hh, benar-benar merepotkan...

.

.

"Bisakah kita bicara? Lima menit?"

Sebong Cake^ (SEVENTEEN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang