Varian Tiga Puluh Satu

103 5 13
                                    

Si Kembar Jeon


.
.
.






Ketiganya lagi-lagi menguap. Sudah mulai jenuh dengan kegiatan yang sedari tadi mereka lakukan, apalagi kalau bukan menunggu kail pancingan mereka disambar ikan dengan seekor cacing kecil dan gumpalan pelet ikan sebagai umpannya yang sepertinya tidak cukup menarik minat para ikan untuk menyantapnya. Mungkin, selera mereka sekarang sudah berubah, batin ketiganya nyeleneh.

Membuang napas lelah secara bersamaan dan mulai beranjak pergi jika saja alat pancing yang sedari tadi dipegangi Seonho dengan kedua tangan kurus dan mungilnya bergerak membuat baik ayah Wonwoo dan juga kakak kembarnya terkesiap dan langsung membantunya untuk menarik alat tersebut dan terjadi pertarungan sengit antara ketiganya dengan seekor ikan yang mereka terka berukuran besar itu.

Cukup lama mereka bertarung hingga akhirnya sang ikan pun menyerah karena kehabisan tenaga diiringi pekikan girang dari Juyeon yang kini sibuk memeluki si tengah Seonho yang hanya memasang cengiran lebar sembari tatapi ikan berukuran besar yang ada di tangan sang ayah dengan penuh binar. Membayangkan betapa lezatnya sang ikan nantinya setelah di olah sedemikian rupa dengan tangan ajaib paGyu nantinya. Hm, dengan membayangkannya saja, membuat air liurnya menitik.

"Yeay, kita makan ikan!"seru keduanya riang sembari saling berbalas peluk membuat Wonwoo ikut terkekeh gemas karenanya. Memindahkan ikan hasil tangkapan mereka ke wadah khusus yang sebelumnya telah di isi balok es dan membasuh tangannya yang menguarkan bau amis sebelum akhirnya memberi interuksi pada si kembar untuk segera mengemasi barang bawaan mereka karena mereka harus segera pulang ke rumah. Keduanya mengangguk patuh dan dengan cepat mengemasi semua barang bawaan mereka lalu berebut membantu Wonwoo mengangkut wadah khusus yang berisi ikan tangkapan yang lagi-lagi membuat yang lebih tua terkekeh kecil dengan perasaan hangat yang memenuhi rongga dadanya. Ah, jadi semakin tidak sabar untuk sampai di rumah dan memamerkan hasil tangkapan mereka yang luar biasa ini pada Mingyu. Dan semoga saja si manis kesayangannya itu juga merasa senang karenanya.

.

Di sisi lain, Mingyu baru saja selesai memandikan Aeri yang kini tampak anteng menonton acara coco melon yang sengaja di putar oleh Mingyu karena dirinya harus segera bergegas ke dapur untuk siapkan bahan masakan yang akan di olahnya untuk makan malam nanti. Sembari membersihkan bekas makan siangnya yang belum sempat di cucinya karena si bungsu terus menerus rewel sedari siang. Mungkin itu karena si cantik berjauhan dengan Wonwoo yang biasanya selalu ia tempeli setiap kali pria tampan itu mendapatkan jatah libur kerjanya yang kadang pula membuat Mingyu merasa tersaingi oleh buntalan uwu yang kini menginjak usia tiga tahun itu karena terus memonopoli si tampan seorang diri. Padahal kan, bukan hanya si kecil yang butuh afeksi lebih dari Wonwoo tapi paGyu-nya juga. Huft.

Baru saja menyelesaikan kegiatan cuci piringnya, bel rumahnya berbunyi nyaring disusul suara cempreng yang sangat dikenalinya terdengar bersahutan menyerukan namanya dengan semangat. Mingyu terkekeh dan menyambar tubuh mungil Aeri dalam gendongan dan membawanya serta untuk menyambut kedatangan ketiga jagoan mereka yang kini memasang cengiran lebar dengan wadah besar yang mereka tenteng bersama-sama. Hm, sepertinya mereka semua tengah mendapatkan jackpot besar. Bathinnya senang. Ikut mengulum senyuman dan menyambut terjangan pelukan erat dari si kembar yang tampak begitu terlihat senang sore itu.

"PaGyu PaGyu hari ini kita dapat tangkapan besar. Kita dapat ikan besar."kata si kembar bersahutan yang ditanggapi dengan senang hati yang ikut terkekeh kecil. Seka lembut peluh yang memenuhi pelipis kedua jagoannya dengan sayang sebelum akhirnya berikan tanggapan yang membuat senyuman mereka semakin merekah manis.

"Waah benarkah? Tiga jagoan paGyu memang hebat! Sini, paGyu cimu dulu pipinya."

Si kembar terkekeh lucu dan alih-alih sodorkan pipi gembil mereka, keduanya malah mengerucutkan bibir mungil mereka kearah Mingyu yang lagi-lagi terkekeh gemas, begitu pun dengan Wonwoo yang entah sejak kapan sibuk berbalas kecupan sayang dengan putri cantiknya yang tampak santai menepuk-nepuk pipi tirusnya dengan telapak tangannya yang gemuk."no, no, kita mau cimu di bibir. Ayo, cimu cimu."kata si kembar dengan nada kelewat semangat yang tentu saja langsung dituruti Mingyu dengan senang hati. Ia bubuhkan kecupan sayangnya di belah tipis nan mungil kedua permata hatinya itu sebelum akhirnya ketiganya kembali saling berbalas rengkuhan selayaknya teletubies.

Sebong Cake^ (SEVENTEEN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang