Varian Dua Puluh Enam (02)

51 5 17
                                    

---
.

.

.










Sekali Ini Saja chap 02
(Meanie Couple and Others)

















.

.

.























Mingyu baru saja sampai di rumah setelah sebelumnya berlama-lama di rumah Bu Jang, sang induk semang yang tadinya hanya untuk sekadar membantu memasang beberapa mata boneka yang nanti malam akan dikirim ke pamasok dan tidak menyangka malah akan berakhir membawa banyaknya buah dan sayuran segar dari kebun wanita renta itu yang kebetulan hari ini sedang panen. Padahal, Mingyu pikir, ia hanya akan membawa pulang upah yang sedikit hari ini. Hm, rejeki memang tidak kemana.

Ia kemudian menanggalkan kedua sendalnya dan menaruhnya dengan rapi ke dalam rak sebelum mengayunkan langkahnya memasuki rumah lalu terkesiap setelah sesaat dirinya mendapati sosok Jeon Wonwoo yang kini duduk bersandar di salah satu single sofa yang ada di ruang tamu mereka dengan mata terpejam sembari sesekali mengurut pangkal hidungnya yang sepertinya kaku. Menarik napas pelan dan mencoba mengacuhkannya, berjalan kearah dapur dan menata semua barang bawannya ke dalam lemari pendingin setelah sebelumnya ia cuci dengan bersih dan setelahnya, ia pun bersiap untuk berlalu pergi menuju kamarnya. Berniat untuk membersihkan dirinya terlebih dulu sebelum akhirnya kembali ke dapur dan menyiapkan makan malam yang lagi-lagi mencoba tak mengindahkan presensi Wonwoo disana yang kini meringis tertahan. Tampak menahan rasa sakit pada tubuhnya yang terasa begitu nyeri dibeberapa bagian, terutama bagian kepalanya yang terasa seperti baru saja di pukul dengan keras oleh sebuah palu yang besar.

Tak berselang lama, Mingyu pun beranjak keluar kamarnya dengan stelan baju tidur longgar berwarna biru muda. Pakaian yang akhir-akhir ini begitu senang ia kenakan karena terasa begitu nyaman untuk kandungannya yang mulai memasuki trimester kedua. Berjalan kearah dapur dan mulai menyiapkan bahan apa saja yang nantinya akan ia olah sebagai menu makan malam dan sepertinya sup tahu dengan tumis ayam kecap menjadi menu yang pas untuk malam ini dan mulai mengolahnya seraya bersenandung kecil. Senandungkan lagu yang sudah dihafalnya di luar kepala. Lagu kesukaannya sedari kecil. Mingyu mengulum senyum sembari menyacah bawang bombay yang sebentar lagi akan ia masukkan ke dalam pan untuk ia tumis. Begitu sibuk dengan kegiatannya yang begitu menyenangkan hingga suara debebam yang keras menyentaknya dan hentikan kegiatan menumisnya sejenak. Mematikan kompor dan menilik sebentar kearah sumber suara itu lalu tercenung di tempatnya kala mendapati sosok Jeon Wonwoo yang kini meringkuk lemas di atas lantai ruang tengah diiringi suara ringisan lemahnya yang perlahan menghilang seiring kesadarannya yang mulai di rengkuh gelap dan menjatuhkan spatula yang sedari tadi digenggamnya ke lantai bersamaan dengan luruhnya air mata yang entah sejak kapan memupuk di pelupuk matanya juga rasa sesak yang memenuhi rongga dadanya tanpa sebab. Mingyu mendadak linglung dan hanya mengikuti instingnya. Berjalan mendekat kearah Wonwoo dan mengambil posisi bersimpuh dengan kepayahan karena kehamilannya sebelum akhirnya menempatkan kepala Wonwoo di pangkuannya dan berikan tepukan lembut secara berulang di belah pipi Wonwoo yang terasa begitu panas di telapak tangannya. Ia bahkan baru sadar kalau terdapat lelehan cairan merah kental yang menitik dari lubang hidung pemuda itu yang lagi-lagi membuatnya tercenung dan mencoba menyadarkannya lagi diiringi isakan yang lolos begitu saja dari ranumnya...

"Nu, sadarlah. Kumohon..."

.

.

.



"Tidak apa. Kondisinya juga sudah mulai stabil dan bisa langsung pulang jika isi kantung infusnya sudah habis juga sembari menunggu hasil pemeriksaannya keluar. Mungkin satu jam dari sekarang. Jadi, tuan Kim tidak perlu cemas, ya. Anda juga masih perlu memperhatikan kondisi diri anda sendiri. Ingat, orang yang sedang mengandung tidak boleh terlalu banyak pikiran yang nantinya akan menimbulkan stress. Tidak baik juga untuk diri tuan Kim dan juga adik bayi yang ada di dalam perut anda. Percayalah, semuanya akan baik-baik saja dan kalian berdua bisa melewati semuanya dengan baik—anda dan suami anda, saya yakin adalah orang-orang yang hebat. Semangat ya, tuan Kim."kata seorang dokter yang baru saja menangani Wonwoo. Kalau tidak salah bermarga Yoon. Entahlah, Mingyu tidak begitu yakin. Tapi, yang jelas, pria muda bersneli itu begitu baik. Sedari tadi tidak hentinya mengucurinya dengan berbagai kata penyemangat yang membuatnya sedikit banyak merasa lebih baik ketimbang sebelumnya sekali pun wajahnya masih basah sembari sesekali terseguk tangisnya sendiri dan mengeratkan jaket hangat yang tersampir di atas bahunya. Itu milik dokter Yoon sesaat pria itu mendapati penampilan Mingyu yang begitu kacau. Hanya mengenakan stelan piyama dengan celana yang hanya menutupi sampai lututnya yang tentunya tidak cukup hangat untuk hawa sedingin malam itu. Si manis bahkan tidak sempat mengganti alas kakinya dengan sepatu seperti biasa. Hanya beralaskan sendal rumahan dengan aksen boneka babi yang lucu yang membuat dokter muda itu mencoba menahan senyuman disudut bibirnya.

"...ehm, kalau begitu saya pamit dulu karena masih banyak hal lagi yang perlu saya kerjakan dan sampai bertemu lagi di lain waktu, tuan Kim."dan kali ini Mingyu mendongak, mencoba mengulum senyuman dibelah ranumnya yang masih bergetar. Beringsut bangkit dan mencoba membungkukkan badannya sedalam mungkin sebagai bentuk rasa terimakasihnya pada pria muda itu yang kini langsung membantunya untuk menegakkan tubuhnya kembali,"ah, sudah. Sudah. Tidak perlu seperti tuan Kim. Sudah menjadi tugas saya sebagai seorang petugas medis untuk memberikan penanganan dan pelayanan sebaik mungkin untuk pasien. Jadi, tidak perlu sungkan, ya."

Dan Mingyu hanya membalasnya dengan anggukan lemah dan kembali membungkukkan badannya yang dibalas hal serupa oleh dokter Yoon sebelum akhirnya pria muda itu berlalu pergi dari sana dan menghilang dipersimpangan koridor, tinggalkan Mingyu seorang diri di samping ranjang rawat Wonwoo yang masih betah terpejam erat, namun untungnya wajahnya tidak sepucat sebelumnya. Suhu tubuhnya juga berangsur normal sekali pun masih terasa hangat di tangannya. Tapi, setidaknya membuat Mingyu merasa sedikit merasa lega. Menyeka kasar kedua pipi basahnya dan pandangi wajah damai itu dalam diamnya juga merapal doa agar si tampan bisa berangsur pulih seperti sedia kala agar rasa sesak di rongga dadanya bisa segera menghilang dan membuat perasaannya kembali meringan.

"Lekaslah pulih, dan mungkin aku bisa mempertimbangkan keputusanku untuk berhenti membencimu juga menerima kondisiku. Menerima adanya kamu dan juga dia sebagai bagian dari hidupku..."

.

.

.

"Maaf..."

"Dan ini mungkin sudah 3000 kalinya kamu mengatakan hal serupa."sahut Mingyu dengan nada jengahnya, melirik sekilas kearah Wonwoo yang tertunduk dalam di atas ranjangnya. Pemuda itu baru saja pulang dari rumah sakit setelah mengantongi hasil pemeriksaannya tadi pagi. Agak lama dari perkiraan dokter Yoon memang, yang akhirnya membuat pemuda Jeon itu menginap di rumah sakit yang untungnya biaya yang dikeluarkan pun tidak begitu mahal yang tentunya tidak sampai membuat mereka berakhir membobol tabungan untuk persalinan Mingyu yang bahkan jumlahnya tak seberapa itu. Tapi tetap saja membuat Wonwoo merasa bersalah dan tidak enak hati pada Mingyu karena telah begitu merepotkan si manis Kim kemarin malam, apalagi dengan kondisinya yang tengah mengandung seperti itu dan malah membuatnya memapah tubuh lemasnya yang tentunya jauh dari kata ringan untuk dibawanya ke rumah sakit dan berakhir membuatnya terus menerus mengucapkan permohonan maaf pada Mingyu yang tentu saja muak luar biasa mendengarnya.

Mingyu membuang napasnya pelan dan melanjutkan kegiatan melipat semua hasil cuciannya yang baru kering yang sempat tertunda karena ucapan kata permohonan maaf dari Wonwoo untuk kesekian kalinya hari ini yang tentu saja membuatnya jengah luar biasa. Mendengus kasar kala pemuda Jeon itu bersiap mengucapkan kalimat serupa dan berakhir mengambil tindakan implusif yang tentu saja membuatnya merutuki dirinya habis-habisan. Stupid Mingyu!

Mingyu membuang napasnya lelah dan menggeret keranjang cuciannya keluar kamar dan sisakan seorang Jeon Wonwoo yang kini mengerjap pongo selayaknya korban hipnotis dengan sebelah tangannya yang perlahan terulur kearah belah ranumnya yang kering dan sedikit pucat. Tempat dimana seorang Kim Mingyu daratkan kecupan super ringkas disana namun tinggalkan kesan luar biasa untuk hatinya yang kini terasa begitu penuh oleh rasa bahagia. Ah, sepertinya ia belum siuman dari pingsannya, makanya berakhir terjebak dalam impian semu seperti ini. Tapi, masa bodoh. Ia tidak peduli kalau yang tadi itu nyata atau pun tidak. Yang jelas, ia senang hingga rasanya bisa berguling mengelilingi komplek di sekitar rumahnya berulang kali. Hm.

Dan tolong maklumi segala tingkah nyeleneh si budak cinta yang satu ini. Hhhh...[]





.

.

.







Lanjut?

Sebong Cake^ (SEVENTEEN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang