Varian Enam

277 17 44
                                    

---

Him and I (Meanie)

Oneshoot ^^

.

.

.

Mingyu masih berada di tempat yang sama seperti satu setengah jam yang lalu. Duduk diam di salah satu bangku besi yang tersedia di halte bus, menunggu sosok Jeon Wonwoo yang berjanji akan datang untuk menjemput setelah urusannya selesai. Ia sudah menghubungi pemuda itu nyaris puluhan kali, namun berakhir hanya mendengar suara operator yang menyatakan kalau nomor yang di tujunya tengah berada di luar jangkauan. Mingyu menarik nafas berat. Hari sudah mulai gelap dan ia malah terjebak seorang diri disana. Sedikitnya, merasa menyesal karena menolak ajakan Seokmin maupun Minghao untuk pulang bersama. Seharusnya, ia terima saja ajakan kedua sahabatnya itu kalau begini kejadiannya. Lagi, untuk kesekian kalinya ia termakan janji manis pemuda berwajah judes itu. Ah, sialan!

"Maaf karena telah membuatmu menunggu terlalu lama."suara berat nan dalam itu menginterupsi lamunannya. Berjengit kecil sebelum melempar dengusan pelan. Hatinya masih mengkal. Rasanya ingin melayangkan cakaran di wajah super datar itu, namun Mingyu menahannya. Ia masih memiliki tingkat kewarasan dan hanya bisa mencebikkan bibirnya kecil. Sedikit menyentakkan langkahnya sebelum beranjak memasuki mobil hitam tersebut, menempatkan dirinya di samping sang pengemudi yang kini mulai menjalankan mesin mobilnya kembali. Terus mendiaminya yang semakin tak kuasa menahan gejolak emosi yang semakin menjadi. Sesekali melempar delikan tajam kearah Wonwoo yang masih sibuk sendiri, memperhatikan jalanan dengan begitu serius. Mingyu mencebik lagi-lagi. Sedikitnya merasakan rasa sesak di dadanya. Sepertinya, apa yang di katakan Nayeon tempo hari memang benar, Wonwoo tidaklah benar-benar menaruh perasaan padanya. Ia menerimanya menjadi kekasih hanya karena kasihan, mengingat berapa lama ia mengejar cinta seniornya tersebut. Mingyu tersenyum miris. Seharusnya, ia menyadari hal itu sedari awal. Mungkin ia tidak akan merasakan hal semenyakitkan ini.

Ia memang bodoh!

"Kau tidak mau turun?"

Mingyu tersentak. Menatap sekelilingnya dengan linglung. Berapa lama ia melamun sampai-sampai tidak menyadari kalau mobil Wonwoo kini bahkan telah menepi tepat di depan gerbang rumahnya. Mingyu menarik nafas panjang dan bersiap untuk beranjak turun. Berniat langsung memasuki rumahnya tanpa berpamitan dengan Wonwoo seperti biasanya, namun pergerakannya terhenti karena tangannya yang berbalut hoodie hijau tersebut di cekal lembut oleh pemuda bermarga Jeon itu. Manik rubahnya tampak menyiratkan kalau pemuda itu meminta afeksi lebih darinya. Lagi, Mingyu menarik nafas dan mengurungkan niatnya. Kembali duduk sembari bersandar malas di jok penumpang dan enggan membalas tatapan Wonwoo yang tampak berbeda kearahnya.

"Kau marah?"

Mingyu diam. Masih enggan memberikan afeksi apapun pada Wonwoo. Terdengar helaan nafas berat setelahnya. Cekalan lembut di lengannya berganti dengan rematan pelan di tangan kirinya. Usapan ringan pun tak jarang ia rasakan dan memberikan geleyar asing yang menyusup perlahan dalam hatinya. Perlahan ia terbuai. Rautnya melembut lalu merutuk setelahnya, merasa selalu saja kalah dengan perasaannya pada Wonwoo. Memalukan. Pandangan keduanya akhirnya bertemu. Tatapan mata rubah itu selalu saja membuatnya tidak berdaya. Sialan, benar-benar merepotkan memang kalau orang sedang jatuh cinta.

"Maaf...,"kata itu lagi, namun kali ini terdengar begitu tulus dan menghantarkan rasa hangat di hati Mingyu yang kini mengangguk kecil. Seulas senyuman terpatri di wajahnya dan menular pada sosok pemuda di sampingnya sekali pun hanya sebuah sunggingan tipis. Lebih mirip seringai sebenarnya, namun cukup membuat Mingyu kembali jatuh untuk kesekian kali pada pesonanya. Hh...

"Lupakan saja. Ini sudah menjadi hal yang biasa buatku. Jadi, bisakah aku turun sekarang? Aku harus segera pergi membersihkan diriku."kata Mingyu pada akhirnya. Seulas senyuman lelah terpatri di wajah manisnya membuat rematan pelan itu terlepas perlahan dan kini Mingyu benar-benar beranjak turun. Ia bahkan menyempatkan diri untuk melambaikan tangannya kecil kearah Wonwoo yang tampak enggan untuk beranjak pergi dan kembali mengurungkan niat Mingyu untuk segera memasuki rumahnya. Dahinya mengerut,"kenapa lagi? Apakah ada barangku yang tertinggal?"

Sebong Cake^ (SEVENTEEN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang