Varian Dua Puluh Delapan

71 5 8
                                    

---

Till Met You




.
.
.







---

"Jadi, gimana progressnya?"

"Progress apa?"Mingyu mengernyit bingung, dan lanjutkan kegiatannya mengorek bagian terbawah gelas milkshake strawberry yang di minumnya sebelum menenggaknya secara anarkis membuat Myungho yang ada di depannya mengerling jengah. Agak terlihat menjijikkan, memang. Tapi, mau bagimana lagi? Mau heran juga ini adalah Kim Mingyu. Huft.

Pemuda Seo itu mendecak, mengetuk-ngetuk jemari lentiknya di permukaan meja dengan tidak sabar,"ya, soal kesepakatan yang pernah gue ajuin tempo hari. Gue cuma mau memastikan kalau lo sudah mempertimbangkannya dengan baik dan matang. Oh, ya, Tuhan—gue bener-bener butuh bantuan lo, demi apapun, Gu."

"Lo terdengar kek orang yang sudah putus asa, Ho."

"Yeah, I am,"Myungho mendesis pasrah membuat Mingyu meringis kecil. Sedikit banyak merasa prihatin. Membuang napas dan singkirkan jauh-jauh gelas milkshake yang sedari tadi menyita segala atensinya dan beralih menatap sosok manis yang ada di depannya dengan lamat sebelum akhirnya merapalkan sederet kalimat yang membuat kepala Myungho yang sebelumnya terkulai lemas, tak bertenaga kini mendongak cepat dan membuat Mingyu bergidik ngeri. Takut kalau ceruk leher Myungho akan patah karena gerakan brutalnya barusan. Berdeham gugup kala gila Myungho balas menatapnya sedemikian rupa dengan mata menelisik. Mingyu terkekeh kering,"biasa aja dong liatinnya, Ho. Gue serius, kok. Kan gue udah bilang juga ke lo, kalau gue bakal bantuin lo asal hal itu masuk di akal dan nalar gue—tapi, ya, emang sih, kesepakatan yang lo ajuin tempo hari tuh agak melenceh—dikit doang ya, dan lo engga usah mendelik kejam kek gitu juga!"keduanya mendengus secara bersamaan setelahnya.

"Ya, intinya gue menyetujui apapun itu—hhh, dan ya, lo juga engga akan nyesel karena memilih gue sebagai seorang partner buat menangani permasalah lo ini, karena seperti yang lo bilang juga tentang kemungkinan terburuk yang mungkin saja terjadi ke depannya. Tapi, tetep saja, gue bakal usahain buat hal yang semacam itu engga akan terjadi. Semampu gue. I promise."

Belah yang sebelumnya melengkuh kebawah kini tampak tertarik tipis, binar mata yang sebelumnya meredup layu pun kini kembali berbinar penuh pengharapan membuat Mingyu ikut sunggingkan senyuman kecil dan biarkan kedua tangannya di remat kuat oleh Myungho yang tampak berkaca-kaca di depannya. Seolah-olah dia sudah menyelamatkannya dari ambang kematian atau jurang kesengsaraan tak berkesudahan—tapi, persetan. Siapa yang peduli dengan itu? Myungho adalah temannya yang paling baik. Banyak hal yang sudah temannya itu lakukan untuk menolongnya dan mungkin inilah saat bagi Mingyu untuk membalas semuanya sekali pun tidak sebanding. Tapi, setidaknya Mingyu pernah mencoba dan itu lebih baik ketimbang tidak melakukan apapun dan terus menerus menjadi beban untuk pemuda Seo itu. Tidak. Tidak. Mingyu cukup tahu diri, kok.

"Sekali lagi, makasih ya, Gu. Terimakasih banyak."

Mingyu mengulum senyum. Ikut menumpukkan tangannya diatas tangan Myungho dan mengulum senyum,"sama-sama, Ho. Sama-sama."

.

.

.

"Okay, sesuai breafing tadi, lo tinggal mengingat semua skenarionya saja. Lo tetap duduk manis disini dan gue bakal kasih arahan lo dari ujung sana. Tenang, gue akan terus mantau kalian, kok."satu dua tepukan ringan Myungho daratkan diatas pundak Mingyu sebelum pemuda Seo itu beranjak menjauh dari sana dan tinggalkan Mingyu sendirian disana dengan keringat dingin yang mulai mengalir di punggungnya. Hhhh, ia tidak tahu kalau dirinya akan segugup ini. Sedikit banyak, ia merasa tidak yakin kalau rencana mereka akan berhasil. Tapi, ia juga tidak mungkin menarik kata-katanya lagi. Karena hal itu hanya akan membuat Myungho kecewa dan Mingyu sama sekali tidak ingin hal itu sampai terjadi. Mingyu membuang napasnya dengan berat. Mencoba menenangkan diri hingga beberapa saat. Terlalu fokus hingga tidak sadar kalau sosok yang sedari tadi di tunggu telah sampai di tempat janjian dan berdiri tak jauh darinya dengan tatapannya yang sukar diartikan dan untungnya, Myungho yang menyadari presensinya lebih dulu langsung memberikan kode dan membuat si manis Kim berjengit dan terperangah lalu menolehkan kepalanya dengan gerakan patah-patah lalu mengulas senyum rikuh kearah pemuda yang ehem tampan di depannya itu. Tangannya bahkan ikut melambai kaku sebelum kembali ia turunkan sesaat tidak mendapatkan tanggapan berarti dari sosok itu. Lagi, Mingyu membuang napasnya dengan berat.

Sebong Cake^ (SEVENTEEN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang