Varian Dua Puluh Tiga

123 7 0
                                    

---





Sorry, I Love You (Meanie ft Junhui and others)






.

.

.


Mungkin dulu semua itu terasa begitu konyol bagi Wonwoo, namun tampaknya sekarang ia tidak lagi berpikiran seperti itu sejak ia mengalaminya sendiri dengan rasa sakit yang terus menemaninya di setiap detik yang ia lewati sembari memandangi sosok manis yang kini tertawa lepas di depan sana. Dari kejauhan dan hanya bisa tersenyum getir di tempatnya sebelum akhirnya berbalik menjauh dari sana. Menikmati setiap hujaman perih yang kembali bersarang dirongga dadanya yang dipenuhi kelopak bunga yang mekar di dalam sana dan terbatuk hebat setelahnya. Menengadahkan sebelah tangannya yang kini di penuhi kelopak bunga dengan bercak darah. Bunga mawar putih. Bunga yang selalu menjadi kesukaan si manis yang begitu di sayanginya.

Mungkin benar apa yang dikatakan teman-temannya tentang karma yang akan selalu ada berlaku bagi siapa saja, termasuk bagi dirinya yang begitu bajingan karena pernah menyianyiakan seorang pria luar biasa baik seperti Kim Mingyu dan Wonwoo rasa ia memang layak mendapatkannya...

.

.

Keheningan menyelimuti dan hanya suara denting jam yang menemani Mingyu yang kini tidak mengalihkan pandangannya barang satu detik pun. Memaku pandang kearah sosok yang terbaring lemah di ranjang ruangan kesehatan yang lengang setelah sebelumnya ia temukan tak sadarkan diri di ujung koridor fakultasnya dan tidak ada satu pun yang membantunya. Mingyu yang saat itu baru saja menyelesaikan kelas terakhirnya dengan langkah tergesa mendekatinya dan langsung meminta bantuan Junhui yang tampak termangu beberapa saat kala menyadari siapa sosok yang akan ia papah sebelum akhirnya tersadar karena tepukan cukup keras yang dilayangkan Mingyu di bahunya. Mengalungkan kedua lengan yang terkulai lemas itu ke lehernya sebelum menempatkan tubuh tak berdaya itu di atas punggungnya dan membawanya dengan segera ke ruang kesehatan. Sosok itu harus segera mendapatkan penanganan.

Dan disinilah mereka sekarang, menunggu si pemuda bermanik rubah yang sedari tadi terpejam tak sadarkan diri. Wajah dan belah bibirnya tampak begitu pucat dengan selang infus yang kini menghiasi salah satu punggung tangannya yang mengurus. Kondisinya sangat lemah, begitulah yang berhasil Mingyu tangkap dari penjelasan yang coba dijelaskan dokter yang bertugas disana pada Junhui karena keduanya memilih melakukannya dengan suara yang amat pelan. Mungkin takut menganggu istirahat sang pasien. Ah, entahlah. Mingyu tak begitu ambil pusing dan memilih terus memaku pandangannya. Meniti sosok itu lamat-lamat. Rasanya begitu asing namun juga terasa seperti ia pernah mengenalnya. Mingyu tidak begitu yakin, tapi entah kenapa dadanya begitu terasa sesak hingga tanpa sadar meluruhkan air mata. Ia tercenung dan menyekanya cepat kala satu tepukan ia rasakan di salah satu bahunya. Junhui memintanya untuk segera beranjak dan pulang karena salah satu teman pemuda itu akan datang untuk menjemputnya.

Mingyu tak lantas beranjak dan diam beberapa saat. Menimbang lalu menghela napasnya panjang. Mengangguk dan beranjak dari sana. Sekali lagi ia pandangi sosok itu dalam diam sebelum melanjutkan langkah dan menghilang dari balik pintu yang kembali tertutup rapat. Tak menyadari kalau kedua kelopak yang sempat terpejam rapat itu perlahan bergerak dan terbuka perlahan diiringi dengan pergerakan belah bibir pucatnya yang mencoba melafalkan seutas nama. Nama seorang Kim Mingyu yang lagi-lagi menjauh dari jarak pandangannya...

.

.

"Lo yakin mau tetap datang ke acara itu?"tanya Soonyoung untuk kesekian kali sembari merapikan vest rajut berwarna biru gelap yang kenakan Wonwoo untuk dipadukan dengan kemeja berlengan panjangnya yang berwarna kelabu. Pemuda Jeon itu mengangguk kecil dan tersenyum membuat Soonyoung kembali menghela napasnya panjang. Percuma juga membujuknya, toh sahabatnya itu akan tetap pada pendiriannya sekali pun dalam keadaan yang memprihatinkan seperti sekarang. Benar kata Jihoon, Wonwoo yang sekarang tampak begitu menyedihkan dengan tubuhnya yang semakin mengurus dan semakin pucat. Kedua pipinya menyekung dengan lingkaran menghitam di bagian bawah matanya. Lebih mirip mayat hidup ketimbang seorang yang kehilangan cintanya.

Sebong Cake^ (SEVENTEEN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang