Varian Tiga Pulum Enam

79 7 2
                                    

---

Mingyu mendecih geli sesaat setelah dirinya melihat postingan terbaru Jeongguk di akun pribadinya yang lain. Lebih tepatnya, akun yang hanya berisikan teman-teman sebaya mereka saja dengan wajah cantik seorang Kim Taehyung yang menjadi objek bidikan kameranya dengan hasil sedikit buram. Ciri khas seorang Jeon Jeongguk. Menggeleng kecil sebelum berikan komentar sedikit meledek yang pasti akan di tanggapi dengan nada panik dari yang lebih muda. Bahkan Mingyu bisa membayangkan bagaimana reaksi Jeongguk setelah ini. Sudut bibirnya berkedut menahan geli sebelum akhirnya kembali memantau isi timeline yang ada di akun sosial medianya di ruang tengah unit apartemen yang ia bagi bersama dengan Wonwoo.

Jika kalian bertanya dimana sekiranya Wonwoo berada sekarang ini, jawabannya adalah tidak tahu. Ya, memang begitu. Hari ini keduanya sama sekali tidak bertukar kabar dan bahkan pesan ringkas yang ia kirimkan beberapa saat yang lalu berakhir tidak dibaca membuat Mingyu sedikit banyak merasa kesal juga khawatir karena tidak biasanya yang lebih tua bersikap begini. Ah, mungkin Wonwoo terlalu asik habiskan waktu bersama teman-temannya yang katanya mengajak pemuda itu menonton sebuah pertunjukan drama musikal di kota. Entahlah, Wonwoo sama sekali tidak membahasnya kemarin malam dan malah sibuk bertukar obrolan randomnya bersama Jeongguk yang memang bertandang ke kediaman mereka karena bosan terus-terusan habiskan waktu cuti sebelum berangkat wajib militer yang waktu keberangkatannya masih teman karibnya itu rahasiakan. Entahlah, Mingyu tidak begitu memusingkannya. Lagipula, ia tidak begitu yakin bisa miliki waktu luang untuk ikut mengantarkan ke barak pelatihan sekali pun ingin.

Ya, mau bagaimana lagi? Namanya juga tuntutan pekerjaan sebagai seorang idola. Hhh...

.

"Loh, kupikir kamu sudah tidur. Untung aku sempat mampir membeli kue dulu—nah, aku tadi membeli kue tiramisu. Kamu suka itu 'kan?"

Mingyu berjengit, menoleh kearah pintu dan dapati seorang Jeon Wonwoo yang baru sampai di apartemen dan mengganti sepatunya dengan sendal rumahan sebelum berjalan menghampirnya sembari menaruh kantung belanjaannya di atas meja. Mingyu mengangguk kecil sembari memeriksa isi kantung belanjaan Wonwoo dan mengeluarkan isinya. Ada satu slice besar kue tiramisu juga cheese cake yang memang disukai Wonwoo disana sebelum akhirnya beranjak dari duduknya dan menaruh kedua kudapan manis itu ke dalam lemari pendingin. Ia masih kenyang setelah habiskan jatah makan malamnya beberapa saat yang lalu dan ia rasa, Wonwoo pun begitu. Terlihat dari yang lebih tua yang memilih duduk rebahkan diri diatas sofa sembari pejamkan kedua manik rubahnya alih-alih beranjak pergi ke kamar dan berganti pakaian dengan pakaian rumahan yang lebih santai. Sepertinya, pemuda itu kelelahan setelah seharian habiskan waktu di luar rumah.

"Hyung, ganti baju dulu sana. Bersih-bersih dulu sebelum tidur agar kuman dan bakteri yang menempel tidak berpindah tempat ke tempat lainnya. Biar nanti, pakaian kotornya aku saja yang cuci. Kebetulan besok pagi, giliran aku yang mengurus cucian, 'kan?"

Dan yang lebih tua hanya menyahutinya dengan dehaman pelan. Mingyu menggeleng kecil, mencoba maklum. Mungkin, Wonwoo benar-benar lelah sekarang dan membiarkan pemuda itu merehatkan dirinya sejenak. Mendudukkan dirinya lagi di sisi lain sofa dan kembali sibuk dengan ponselnya dengan volume suara ponselnya yang ia turunkan hingga tingkatan paling rendah. Antisipasi, takutnya membuat Wonwoo terganggu atau semacamnya. Entahlah, Mingyu hanya tidak ingin membuat kakak satu timnya itu merasa terganggu. Terus begitu hingga tidak sadar waktu di jam dinding sudah memasuki pukul dini hari dan terhitung sudah dua jam lamanya Wonwoo terlelap juga dirinya sendiri yang mulai terserang kantuk dan tanpa sadar ikut tertidur dengan posisi duduk bersamaan dengan Wonwoo yang mulai mengerung pelan. Coba kembali terjaga dan termangu kaget kala dapati dirinya sendiri yang entah sejak kapan tertidur di sofa ruang tengah juga Mingyu yang sepertinya baru saja terbuai dalam lelapnya.

Wonwoo menggigit bibirnya dengan resah. Tak sampai hati jika harus bangunkan yang lebih muda untuk lanjutkan bunga tidurnya di kamarnya sendiri ketimbang berakhir pegal karena harus semalaman tidur di atas sofa yang sempit dengan tubuhnya yang bongsor itu. Mendesah berat dan memutuskan untuk mengambil jalan tengahnya sekali pun ia tidak begitu yakin akan mampu melakukannya—ya, membopong tubuh bongsor itu dan membawanya ke dalam kamarnya sendiri. Baru memikirkannya saja Wonwoo sudah lelah duluan. Hm.

"Ah, masa bodo. Dia bisa sakit kalau harus tidur semalaman disini dan kalau semisal tubuhku berakhir encok, 'kan bisa memintanya untuk memijatku. Ehm, ya, begitu saja."kepalanya mengangguk mantap dan bersiap untuk mengangkat tubuh yang jelas lebih besar darinya itu dengan gerakan susah payah. Ugh, lumayan juga jika dalam keadaan tidak sadar begini. Wonwoo meringis, ratapi nasib punggungnya yang mungkin akan remuk setelah ini. Hiperbola memang.

Namun alih-alih tubuh besar itu berhasil terangkat, Wonwoo malah membuat yang lebih muda kembali terjaga sembari kerjapkan manik cantiknya dengan linglung. Keduanya bertukar tatap dalam diam sebelum di detik berikutnya Wonwoo kembali menempatkan tubuh Mingyu yang masih dirundung kantuk itu dengan terburu dan untungnya tidak sampai jatuh terguling ke bawah. Sekali lagi, pemuda Jeon itu meringis. Seharusnya, tidak begini eksekusinya. Melirik kearah Mingyu yang sibuk menguap kecil. Mengucek matanya dengan gerakan yang amat terlihat begitu menggemaskan di mata Wonwoo yang tanpa sadar menahan napasnya sendiri. Terpana.

"Bumi kepada Jeon Wonwoo—hey, hyung, ya ampun kamu mimisan!?"

Aigoo...[]

.

.

.

Mau tes ombak sekiranya bakal rame atau engga kalo semisal yang kayak gini punya lapak sendiri. Minat? Tinggalin jejak cantik dulu dong, cinta 😗

Sebong Cake^ (SEVENTEEN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang