Tak!
Anak panah itu melesat dan menancap tepat di pohon sana, Leo membuka sapu tangan yang menutupi matanya. Himawari lagi-lagi tak habis pikir pada anak ini, selain jenius ia juga pandai olahraga, waw. Tak ayal, karena ayahnya adalah seorang mantan ketua mafia. Raven Alexander.
"Kak, mau coba?" tanya Leo sembari mendekati Hima.
"Aku gak bisa memanah," ucap Himawari menolak.
"Makanya coba dulu, siapa tau nanti ketagihan loh, ahaha." Leo menyerahkan busur panah pada Himawari dan dengan sigap diterima oleh Hima. Hima mulai mengambil satu anak panah.
"Tarik sampe pipi," ucap Leo yang sedang meminum segelas air. Hima menarik panah itu dan melepaskannya, hasilnya berbanding terbalik dari Leo. Anak panahnya menancap di atas tanah. Hening beberapa saat sebelum tawa Leo mengudara.
"Tuh kan," ucap Hima sembari menaruh kembali busur panahnya.
"Pertama kali," ucap Leo yang masih tertawa sembari menyodorkan segelas air pada Hima.
"Ketawa kamu!" ketus Hima yang membuat Leo semakin tergelak. Ya ampun, jangan sampai Hima jatuh cinta pada anak ini. Umur mereka terpaut lumayan jauhkan? Tetapi Leo tidak terlihat seperti anak dua belas tahun, ia lebih seperti anak usia lima belas tahun.
"Besok kakak sekolah?" tanya Leo.
"Iya."
"Gimana kalo Leo loncat kelas lagi?" tanya Leo kemudian.
"Buat apa?" tanya Hima bingung.
"Biar bisa satu sekolah sama kakak," ucap Leo.
"Jangan," ucap Hima.
"Kenapa?" tanya Leo sedikit kecewa.
"Nikmati dulu masa-masa putih abumu. Lagian aku kan udah kelas dua belas, aku tahu kok kamu pinter, jenius malah. Tapi apa iya kamu gak tertarik sama masa putih abu-abu?"
"Enggak, masa putih abu-abu yang orang lain bilangkan, menarik karena ada kisah cinta sama berandal sekolahnya. Aku gak bisa cinta-cintaan di sana apalagi jadi berandal, kata papa kalau mau jadi berandal jangan setengah-setengah. Langsung naik jadi ketua mafia aja, tapi Leo tau itu sarkasme," ucap Leo sembari menatap lurus ke depan.
"Pertemanan juga ada di sana, kok?" ucap Hima, Leo menatap Hima sambil tersenyum.
"Aku gak suka berteman sama orang yang lebih bodoh dari aku," ucap Leo sambil tersenyum manis.
"Aku juga lebih bodoh dari Leo, kamu bener-bener gak suka sama orang bodoh ya? Dari seminggu belakang ini kamu bicarain ini terus. Lagi nyindir nih?" tanya Hima sedikit tersenyum.
"Iyaa, aku gak suka orang bodoh. Pengecualian untuk kakak!"
"Maksudmu aku ini bodoh?"
"Aku punya satu orang rival yang kelihatan bodoh bukan kelihatan bodoh tapi kebodohannya itu bikin orang sekitarnya ketawa sampe jengkel sendiri. Sebenarnya dia jenius kok, gak kalah dari kamu. Namanya Rajendra, yang lain sering manggil dia Jen atau Senja. Kami sering beradu argumen pas ketemu, selalu cek cok. Tapi seminggu ini kami gak saling sapa, mungkin karena dia takut," ucap Himawari. Leo memperhatikan Hima yang sedang bercerita.
"Takut kenapa?" tanya Leo. Hima melihat Leo sebentar sebelum melanjutkannya.
"Dia takut kalau aku ini pecandu, padahal waktu itu aku kena serangan panik, dan kalau aku gak make obat, bahaya, karena aku juga ... Self harm" ucap Himawari, Leo sedikit terkejut.
"Obat apa?" tanya Leo.
"Penenang sejenis narkotika, aku udah berhenti gunain itu selama setahun tapi tiba-tiba kambuh lagi,"
![](https://img.wattpad.com/cover/229976571-288-k652895.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rajendra
Подростковая литератураSQUEL dari YOUNG MOM. ☜☆☞ Tawa yang ia nampakkan adalah luka yang ia pendam.