39. Hmmm

235 33 1
                                    

Senja bersama dengan Gin berjalan berdampingan sembari membawa buku-buku paket yang baru mereka ambil dari perpustakaan. Mereka terus berjalan sembari menanggapi sapaan dari anak-anak lain yang berada di koridor. Saat sedang asik tertawa dengan Gin, Senja tak sengaja terdorong oleh seorang anak yang tiba-tiba keluar dari kelas IPA 1 yang ingin mereka lewati.

"Kenapa nih, ribut-ribut?" tanya Senja pada orang yang mendorongnya tadi.

"Maaf, gak sengaja. Itu si Dewa lagi berantem sama anak kelas IPS," ucap lelaki seperantara Senja.

"Ooh, gitu," ucap Senja sebelum kembali berjalan. Senja berpikir itu hanyalah perdebatan biasa yang sudah biasa terjadi di sekolah itu. Hingga tiba-tiba sosok Dewa terjerembab keluar dan seorang Hwan berdiri dengan wajah berang di ambang pintu.

Seketika itu Senja dan Gin saling beradu tatap, bersamaan dengan Arya dan Zaki yang baru saja datang.

"Hah... hah... gila ya ni Hwangin sampenya cepet banget, anak orang udah bonyok gitu," ucap Zaki ngos-ngosan sembari bertumpu di dinding.
"Pisahin nyet, nanti aja napasnya!" celetuk Senja saat menyadari dua orang temannya ada di belakang.

"Ntar deh, biarin aja dulu. Lo gak liat muka Hwan udah merah kek arang gitu?" tanya Arya yang sudah mengatur napasnya.

"Dimana-mana arang itu itam!" ralat Gin.

"Aiya itu, arang yang masih berapi, ngerti kan Gin?"

"Itu namanya bara, dodol!" celetuk Zaki sembari menjitak kepala Arya.

"Ah, gak guna lo pada. Ni pegang!" Senja menyerahkan tumpukan buku yang sebelumnya ia pegang pada Gin, membuat wajah Gin tertutup oleh buku-buku itu.

"Anjir!" umpat Gin.

Senja bersama Zaki langsung menahan Hwan yang sudah ingin melayangkan tinjunya lagi pada Dewa.

"Lo, bangsat cowok macam apa lo! Coba lo ngomong sekali lagi gue robek mulut lo, anjing!" amuk Hwan yang meronta-ronta dalam kekangan Senja dan Zaki.

"Lepasin!" teriak Hwan marah.

"Hwan udah tenang dulu, sabar... kita udah mau tamat ini, lo mau bermasalah?" bisik Senja pada Hwan.

"Ya tapi ni cowok perlu dikasih pelajaran!" Senja dan Zaki semakin menarik Hwan menjauh dari Dewa kala kaki Hwan ingin menendang Dewa.

"Astagfirullah, ruqyah noh temen lo gelap mata gegara cewek," ucap Arya sembari menepuk punggung Gin.

"Gue gak bisa liat, dodol!"

"Udah Hwan ayok balik, pulang ke rumah kita nak," ucap Senja sembari menyeret paksa Hwan bersama Zaki. Karena anak ini jika sudah marah sangat sulit dijinakkan.

"Ah, lepasin gue, Jen!" teriak Hwan memenuhi koridor tetapi Senja dan Zaki terus menyeret anak itu.

"Awas lo ya, mati lo sama gua!" teriak Hwan sebelum akhirnya benar-benar hilang dari sana. Arya menepuk pundak Gin. "Yok, jalan," ucap Arya sembari membawa setengah buku yang dibawa oleh Gin.

"Sialan, liat apa lo semua bubar!" teriak Dewa menginstruksi pada kerumunan di depan kelasnya.

*****

"Lo kenapa pake berantem segala?" tanya Zaki geram sampai giginya mengeluarkan bunyi gemerutuk. Zaki menekan kuat kapas yang sudah diberi obat itu pada luka diwajah Hwan.

"Aaa, sakit bego!" ketus Hwan sembari menjauhkan tangan Zaki dari wajahnya. "Lo ikhlas gak sih?" tanya Hwan sedikit sewot.

"Kagak!" jawab Zaki sembari membuang kapas itu kelantai dan bangkit dari kursi disamping ranjang Hwan.

RajendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang