Namanya Toro, anak dari pemimpin perusahaan jasa pembunuh bayaran. Perusahaan jasa pembunuh itu tidak banyak diketahui publik, biasanya hanya orang-orang tertentu yang tahu tentang itu. Saat anak lainnya sedang bersekolah, Toro malah dilatih untuk membunuh. Toro tidak pernah benar-benar bersekolah dan tidak pernah benar-benar memiliki teman.
Toro biasanya menjalankan tugas setelah mendapatkan perintah dari ayahnya. Ia membunuh tanpa ampun, bahkan anak kecil pun akan ia bunuh jika sudah menjadi targetnya. Meskipun sebagian orang tau tentang itu, tak ada yang berani melaporkannya kepada polisi.
Toro sering melakukan pembunuhan, ia bisa menghapus jejak dengan sangat baik, seakan-akan korbannya tidak dibunuh tetapi mengalami kecelakaan atau bunuh diri.
Kau pikir hidupnya tenang? Tidak, ia menderita setiap kali membersihkan kulitnya yang terkena darah, ia membakar pakaiannya setelah melakukan pembunuhan tragis, tidurnya tidak pernah lelap karena jeritan korbannya selalu mengisi kepalanya. Siapa yang salah? Bukan dia, tetapi ayahnya. Bagaimanapun Toro adalah seorang anak yang diperalat oleh orang tuanya sendiri dan Toro tidak menyadari itu. Sejauh ini Toro telah membunuh 499 orang, dan jika ia berhasil membunuh Senja itu berarti sudah genap 500 orang dan posisi direktur dapat dipindahkan ke tangannya.
"Sial!" umpat Toro saat mengingat Hima yang berdiri tepat di depan burungnya. Saat yang paling memalukan untuknya. Toro memutar gelas yang ada ditangannya.
"Gimanapun caranya, Hima harus ada di pihak gw. Setelah itu baru Rajendra bisa gw bunuh," ucap Toro sembari melihat tangannya. Tangan kotor yang sudah membunuh ratusan orang.
Tiba-tiba pintu apartemen Toro terbuka dan menampilkan sosok wanita setengah baya yang berdandan dengan elegan. Toro menatap malas wanita di depannya ini.
"Kenapa Senja belum terbunuh!?" tanya wanita itu berang pada Toro.
"Bodoh, Senja mana bisa dibunuh selama matahari masih ada?"
"Rajendra, Bodoh!"
"Lo pikir ngebunuh orang itu mudah?"
"Iya, buktinya kalian ini pembunuh bayaran!"
"Kalo gitu bunuh aja sendiri! Jangan banyak perintah, kami bisa aja membatalkan kontrak!" ketus Toro. Pria tampan ini benar-benar marah sekarang.
"Kalian harus membayar ganti rugi kalau begitu!"
"Di dalam kontrak gak ada yang namanya ganti rugi, makanya sebelum tanda tangan kontrak itu baca dulu! Budayakan membaca, nyonya Alana!" ketus Toro.
Alana menatap sinis pada Toro, tatapannya beralih pada gelas yang ada di tangan Toro. Masih umur belasan sudah minum?
"Ini cuma fermentasi buah biasa, lagian papa gak bolehin minum minuman keras, karena gw masih 18 tahun." jelas Toro.
"Siapa peduli? Pokoknya cepat habisi Senja!" tukas Alana sebelum beranjak dari sana.
"Cih, nenek lampir!" cibir Toro.
***
Di dalam kamarnya Hima, ia sedang menenangkan dirinya dan mengontrol kecemasannya. Tiba-tiba Ruhi membuka pintu kamar Hima dan duduk disampingnya.
"Kamu kaget ya?" tanya Ruhi sembari mengelus punggung Hima. Tadi saat di taman, Hima dikejutkan oleh anak panah yang nyaris mengenainya. Anak panah itu berasal dari Leo yang sedang latihan memanah. Alhasil, Hima terkena serangan panik dan langsung berlari ke kamarnya.
"Gapapa, Ma," ucap Hima dengan napas memburu, jantungnya memompa sangat cepat.
"Tenang, tenang. Atur napas kamu," ucap Ruhi. Keringat dingin mulai muncul dipelipis Hima.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rajendra
Novela JuvenilSQUEL dari YOUNG MOM. ☜☆☞ Tawa yang ia nampakkan adalah luka yang ia pendam.