Di kediaman Raven saat ini sedang heboh karena kemarin malam pengawal yang ikut bersama Hima melaporkan bahwa Hima hilang tak tau kemana. Ruhi sudah berulang kali menelpon Hima tetapi tidak mendapat jawaban sama sekali, Raven juga sudah menyuruh anak buahnya untuk menyisir tempat yang didatangi Hima kemarin malam. Tetapi mereka tidak menyadari bahwa Senja juga tidak ada di rumah saat ini.
"Senja mana?" tanya Alisya pada Kay.
"Bukannya kemarin malam dia pamit keluar?" bukannya menjawab Kay kembali melemparkan pertanyaan.
"Senja belum pulang pah!" sahut Lio yang baru saja turun tangga.
"coba telepon Senja, siapa tau Hima sama Senja." usul Alisya pada Kay. Kay mengambil ponselnya dan memencet nomer yang di beri nama 'copyan bandel'
***
Senja yang sedang tertidur pulas di sofa rumah sakit itu terganggu saat ponselnya berdering. Senja segera menyambar ponselnya dan mengangkat telepon tersebut. "hallo?" sapa Senja dengan suara serak khas bangun tidur.
"dimana lo?" Senja langsung membeliakan matanya saat mendengar suara itu, lalu mengangkat ponselnya ke atas untuk memastikan yang menelpon itu adalah ayahnya. Senja meringis saat membaca tulisan 'boss galak(papa)' ternyata benar papanya. Senja kembali mendekatkan ponselnya ketelinga dan menjawab. "di rumah sakit pa," jawab Senja jujur.
biasanya kalau Kay sudah menelponnya dan bertanya seperti "dimana lo?" itu tandanya Kay sedang benar-benar marah. Senja cari aman aja kalau sudah begini, ia akan menjawab dengan sopan pertanyaan Kay. Namun jika Kay bertanya "Senja dimana?" Senja dengan usil akan menjawab "senjanya belum ada pa, ntar magrib baru ada di sebelah barat."
"ngapain ?" tanya Kay.
"kemaren malam Senja ketemu seseorang, dia keliatan lagi sakit trus pingsan yaudah Senja bawa kerumah sakit." Senja memuyu-muyu matanya.
"Hima sama lo?" tanya Kay lagi tetapi sebelum Senja menjawab Kay, suara Alisya sudah duluan terdengar. "apaan sih, ngomong sama anak kok pake lo-gw emang dia temen kamu apa?" cerocos Alisya yang membuat Senja terkekeh.
"tau nih si papa, ntar kalo Senja ikutan pake lo-gwan marah," gumam Senja. "Hima gak sama Senja, orang kemaren Senja pergi sendirian," jawab Senja seadanya.
"lo pulang buruan, bantu cariin Himawari." titah Kay yang membuat Senja bingung. "kemana dia?" tanya Senja.
"hilang." jawab Kay sekenanya, papanya ini benar-benar membuat Senja mengelus dada. Tidak bisakah sedikit menjelaskan kenapa Hima hilang?
"yaudah, Senja bantu cariin. Palingan tu anak tersesat terus nyungsep ke got." celetuk Senja setelah sambungan telepon terputus. Senja tidak khawatir sama sekali, karena memang tidak ada yang perlu dikhawatirkan karena Senja tau Hima itu salah satu manusia kuat. Senja berpikir, siapa sih yang berani sama Hima? cewek galak dan kaku itu. siapa juga yang akan tertarik dengan Hima? Karena Hima itu memakai pakaian yang menutup semua jengkal tubuhnya membuat lekuk tubuhnya tak terlihat dan kelihatan 'rata' ditambah lagi Hima selalu memakai pakaian berwarna gelap.
Senja yang hendak pulang itu melihat ke arah gadis yang terbaring diatas ranjang rumah sakit. Kemarin malam Senja dibuat jantungan olehnya sampai harus tidur disini untuk menunggu wali atau orang tuanya datang. Tetapi, sampai sekarang tak ada satupun yang datang. Tiba-tiba pintu terbuka dan munculah seorang dokter dari balik pintu.
"orang tuanya belum datang dok?" tanya Senja saat dokter itu memeriksa si gadis yang bahkan Senja sendiri belum tau namanya.
"belum ada yang datang mas, tetapi saya perlu membicarakan kondisi pasien dan tentang administrasinya." jawab si dokter. Senja terlihat risau ditempat. Bukannya dia tidak punya uang untuk membayar, tetapi ia sudah mengatakan pada Kay bahwa ia tidak akan berlaku seperti anak orang kaya yang mengeluarkan banyak uang apalagi Kay akan segera menyerahkan sebuah restoran yang cukup besar padanya beserta cabang restoran yang lainnya. "mikir cara ngurusnya aja bikin pusing kepala." gumam Senja.
"yaudah dok, sama saya aja ngomongnya," ucap Senja, karena ia ingin pulang secepatnya.
"begini, karena kondisi lambung pasien sudah sangat parah kemungkinan ia akan dirawat selama seminggu di sini dengan perawatan terbaik."
"Yaudah kalo gitu, saya ke bagian administrasinya dulu trus mau pulang, mungkin besok saya kesini lagi."
"Baik, mas."
Senja keluar dari sana menuju bagian administrasi dan membayar biaya rumah sakitnya. Senja berpesan agar si gadis dipindahkan ke ruangan yang sedikit pasiennya. Kenapa tidak ke kamar VIP saja? Karena penggunaan uang Senja sudah mencapai batasnya. Aduh Senja, Kay sudah memberikan black card untuknya, tidak masalah juga jika Senja menggunakan berapa pun asal alasannya masuk akal. Tolong rendahkan gengsinya.
***
Hima membuka matanya perlahan dan mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya. Hima mengamati ruangan ini dengan seksama, dimana ini? Ia tidak mengenali tempat ini. Himawari bangun dan duduk ditepi ranjang, ia dapat melihat gedung pencakar langit dari dinding transparan di ruang ini.
Sekali lagi Hima mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan sembari mengamati. Ruangan beraksen abu-abu yang cukup besar dan nyaman ini, siapa gerangan pemiliknya? Atau jangan-jangan pria yang semalam yang membawanya ke sini? Dia menolong Hima?
Hima sekali lagi berpikir, mana mungkin pria jahat itu mau menolongnya apalagi dulu Hima hampir menginjak selangkangannya. Saat sedang sibuk berpikir, pintu kamar tiba-tiba terbuka menampilkan pria jangkung dengan kulit eksotisnya yang mengenakan kaos abu serta celana training abunya.
"To--"
"Oh, udah sadar? Luka lo udah gw obati, sorry jilbabnya gw buka," ucap pria itu santai sembari mengambil ponselnya yang ada di atas nakas.
Hima segera memegangi kepalanya yang diperban, jilbabnya benar-benar tidak ada di atas kepala. "Berani banget lo," ucap Hima dingin.
"Oiya, jilbabnya udah gw buang. Kena darah soalnya. Ntar gw ganti," ucap Toro lagi tanpa melihat Hima. "Kalo mau mandi, mandi aja. Tapi gw gak punya baju cewek ya. Terserah lo aja sih," setelah mengatakan itu Toro keluar dari sana meninggalkan Hima yang kebingungan. Tuh anak kenapa? Kok sok akrab?
"Itu Toro atau kembarannya? Emang Toro punya kembaran?" gumam Hima. Hima turun dari tempat tidur dan mendekati dinding kaca itu. Sepertinya kediaman Toro cukup jauh dari kediaman Raven. Rumah Raven berada di puncak, sedangkan Toro di tengah kota begini.
Hima berjalan kearah kamar mandi dan mencuci wajahnya di sana. Saat sudah membasuh wajahnya, Hima memperhatikan wajahnya yang putih pucat serta perban yang membalut kepalanya. Hima mengatup bibirnya rapat sembari membatin. Kenapa caci maki dan pukulan selalu mengenainya, ia menginginkan kehidupan normal. Tanpa Hima sadari semenjak Ruhi mengadopsinya dan Senja dekat dengannya, hidupnya akan lebih menderita lagi.
Hima kembali membasuh kedua tangannya. Setelah itu ia mengambil beberapa lembar tisu dan mengelap wajah serta tangannya. Saat ingin keluar dari sana, Hima memegangi rambutnya yang hitam legam itu.
"Jilbab," gumam Hima, ia ingin keluar tetapi tidak mengenakan jilbab. Namun, tidak mungkin ia terus berada di sini kan? Yasudahlah, mau bagaimana lagi. Hima keluar dari kamar Toro dan mendapati Toro yang sedang duduk diruang tengah sembari memainkan ponselnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rajendra
JugendliteraturSQUEL dari YOUNG MOM. ☜☆☞ Tawa yang ia nampakkan adalah luka yang ia pendam.