37. ngidam mama

316 38 1
                                    

Lio menghela napas pasrah untuk kesekian kalinya. Ia membiarkan Adelia yang kompak dengan ibunya untuk menempelkan segala jenis bedak-bedakan yang berwarna-warni itu menghiasi wajah tampannya.

"Ma, gak bagus terlalu norak ma, masa warna merah gini sih? Gak cocok sama Lio, ganti warna coklat ma," minta Adelia setelah memperhatikan wajah Lio sejenak.

"Iya ya, Kak?" tanya Alisya pada anak perempuannya, membuat Adelia mengangguk.

"Yaudah kalo gitu hapus lagi kak, kita ganti warna coklat," ucap sang mama sambil mengobrak-abrik tas make-up miliknya.

"Aaah...." Lio mengeluh sembari memutar kepalanya karena merasa pegal. Ini sudah yang kesekian kalinya mereka mengganti warna eye shadow untuk Lio.

"Ma, Lio kedinginan, Lio ngantuk pen bobok ma," ucap Adelio sembari mengelus perut kotak-kotaknya.

"Siapa suruh gak pake baju?" tanya Alisya sedikit ketus.

"Tadikan abang mau tidur mama aja yang tiba-tiba datang terus narik selimut Lio," ucap Lio menggemaskan.

"Heh mau apa lo?" tanya Lio pada adiknya yang sudah mendekatkan kapas kecil padanya, bermaksud menghapus make-up Lio.

"Ini udah lima kali ya mata gue lo gituin, nanti kalo kulit gue iritasi gimana? Itu alkohol Lia!" dengus Lio ditempat.

"Ma..." Lia menatap ibunya yang sedang mengucek mata. Melihat itu, Lio membelalakan matanya takut-takut sang ibu akan menangis lagi. Bisa-bisa uang jajannya akan dipotong oleh sang ayah nanti.

"Iya iya iya, yaudah ini. Mama jangan nangiss," ucap Lio.

"Mama ngantuk, mama mau tidur dulu, cuci muka sana," ucap Alisya sembari turun dari tempat tidur Lio dan berjalan keluar. Saat pintu kamar Adelio tertutup sepenuhnya...

"HUUUAAAA, SAYANG LIO GAK NURUT LAGI, LIO UDAH GEDE!" adu Alisya pada Kayden yang masih berada dilantai bawah bersama Senja. Lio panik seketika. Mendapati wajah tegang kakaknya, Lia iseng ingin menjahilinya.

"Hayoo, say bye to uang jajan bang Iyo," ucap Lia dengan seringai.

"Uang jajan lo kan bisa kita bagi duWAA?!" Adelio kaget saat tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dan menampilkan sosok Kayden di sana.

"Eh, papa, haha?" sapa Lio kikuk. Melihat tatapan mematikan dari sang ayah, dua kembaran itu menelan ludah.

"Ini pa, ini orangnya!" tunjuk Lia pada Lio yang sudah mengangkat tangan ke atas.

"Lia juga nih pa, lia ikutan!" tunjuk Lio dengan satu tangannya.

"Enggak pa, heh apaan lo nuduh nuduh gue enggak!"

"Lo kan ikutan dandanin gue," bisik Lio.

"Tap--"

"Uang jajan kalian berenti sebulan!" putus Kay lalu kembali menutup pintu. Mendengar suara berat ayahnya, kembaran itu saling bertatapan. Lia mendelik kepada Lio begitu juga sebaliknya.

"Harusnya lo gak usah nunjuk gue, jamal!" geram Lia sembari memukul saudaranya dengan bantal.

"Enak aja gue dipotong sendiri, gak bisa lah!" bantah Lio sembari menahan pukulan Lia.

"Ya kalo gini kita jajannya gimanaa, uang gue juga gak dikasih!" ketus Lia.

"Uang lo sendiri kan ada, kalo gak minta sana sama si Athala pasti dikasih," jawab Lio.

"Tetep aja, uang gak masuk," rengek Lia sembari menjatuhkan diri di kasur empuk saudaranya.

"Gausah lebay, udah sana lo keluar gue mau tidur!" ucap Lio sembari beranjak dari kasur menuju kamar mandi untuk mencuci wajahnya.

"Gak mau, gue mau tidur di sini. Lo beli pewangi ruangan gak ajak-ajak gue sih," ucap Adelia.

"Dih gak malu, sana lo balik ke kamar sendiri. Lagian pas mau gue ajak lo pasti lagi sama Athala," sahut Lio dari kamar mandi.

"Halah, bilang aja lo perginya sama cewek lo kan!"

"Gue gak punya pacar kan dah gue bilang, geser sana. Tidur yang bener! Heran gue udah gede tidur lo suka sembarangan!" ucap Adelio sembari mendorong kaki adiknya. Posisi mereka sekarang membentuk huruf L dengan kaki yang saling sikut.

"Ck, Lia gue mau tidur, kalo gak bisa diem mending keluar deh!"

"Iya, ini gue tidur!"

Sementara itu dilantai satu, Senja yang memperhatikan semua gerak-gerik anggota rumahnya tersenyum-senyum sendiri.

"Haah... Harmonisnya rumah ini. Papa bucin, mama sensi, anaknya gak bisa akur haha," ucap Senja sembari melahap jambu terakhir.

"Belum lagi kalo yang baru udah lahir, pecah ini rumah dan mama perlu pembantu baru dan akhirnya gue gak perlu nyuci piring lagi haha."

"Ngomong sama siapa kamu, Senja?" tanya Kay yang tiba-tiba muncul.

"Gak ada, jambunya udah abis pa. Btw papa mau kemana?" tanya Senja saat melihat Kay membawa kunci mobil.

"Beli siomay, mau ikut?"

"Mau!"

*****

"Alhamdulillah," ucap Senja saat kembali menaiki mobil papanya.

"Beli obat diare sana," ucap Kay saat sudah melajukan mobilnya.

"Kenapa, pa?"

"Kamu yakin perut kamu gak apa-apa, tadi kamu makan jambu terus siomay lima porsi. Papa sih gak yakin kamu gak diare," jawab Kayden.

"Dirumah masih ada kayaknya," ucap Senja dengan tampang berpikir.

"Tapi pa, ngapain beli siomay sebanyak ini?" tanya Senja.

"Biasalah," jawab Kayden yang membuat Senja mengerti, pasti ngidamnya si mama.

"Papa yakin ini abis?" tanya Senja sembari menunjuk dua kantong plastik besar berisikan bungkusan siomay di dalamnya.

"Enggak, makanya kamu ajak temen sama sepupumu kerumah, kan sayang kalo gak abis."

"Oke sip!" ucap Senja bersemangat. Mobil itu kembali hening, Senja yang sibuk menghubungi mereka dan Kayden yang seperti ingin mengatakan sesuatu tetapi ditahan sedari tadi.

"Senja?" panggil Kay akhirnya.

"Iya, pa?" sahut Senja sembari mengalihkan pandangannya dari ponsel.

"Raven pindah ke Australi, jadi gausah nyari-nyari Hima lagi," ucap Kayden tegas.

"Loh pa? Kok tiba-tiba gini?" tanya Senja.

"Mungkin dia takut Hima diserang lagi, istrinya Raven sayang banget sama Hima jadinya mereka pindah dari sini," jawab Kayden.

"Tapi pa, cuma diserang sekali doang? Dan pelaku penembakannya kan udah ditangkep juga?"

"Kata siapa? Pelaku penembakannya sampe sekarang belum ketangkap. Lagi pula Raven itu dulunya mafia, musuhnya dimana-mana, hampir seluruh dunia tau siapa dia. Gimana dia gak khawatir pas tau putrinya diserang?"

"Terus kenapa Senja gak boleh ketemu Hima?" tanya Senja tak terima.

"Haah..." Kay menatap jengah anak cerewetnya ini. "Awal mula semua ini kan karena kamu musuhan sama Toro, gimana dia gak was was coba?"

Senja diam ditempat mendengar keluhan sang papa. Benar juga apa yang dikatakan papanya. Tetapi ada perasaan tidak rela jika Hima pergi jauh darinya.

"Kita gak pindah ke Australi juga gitu, pa, hehe?" tanya Senja dengam cengiran khasnya.

"Ke kanada mau?" tanya Kayden sembari menaik turunkan alisnya. Senyum Senja seketika itu hilang, bergantukan dengan tamoang piasnya.

"Gak haha!" jawab Senja cepat.

"Kebetulan kakek lagi di kanada, ada sepupumu juga di sana, Rachael?"

"Ah... Haha Rachael? Gak pa haha Senja di indo aja," jawab Senja tertawa kikuk. Bertemu dengan Rachael lagi? Jangan harap, terakhir kali Senja ke sana ia hampir tidak perjaka lagi.

******

Gak jadi deh Hima mati hehe. Kalo hima mati senja sama siapa.

RajendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang