Sniff
Senja menyapu matanya yang perih dan berair dengan punggung tangannya.
"Ih kok nambah perih?" tanya Senja pada dirinya sendiri. Senja membuka matanya lalu menutupnya lagi. Membukanya lalu menutupnya lagi. Senja mengerjap, sepertinya ia perlu air untuk membasuh matanya. Tetapi kedua tangannya baru saja memotong bawang dan cabe rawit.
"Sayaang!" panggil Senja dengan sedikit berteriak agar istrinya mendengarnya.
"Sayaaaang!" panggil Senja lagi saat istrinya tidak menyahut.
"Apaa?" tanya Himawari yang baru saja turun dari lantai atas, ia menguap kecil lalu berjalan mendekati Senja di dapur.
"Cepetan!" seru Senja.
"Kenapa?" tanya Himawari saat sudah sampai di dapur, ia melihat Senja sedang memegang pisau dan memicingkan matanya lucu. "Kamu kenapa?" tanya Himawari lalu tertawa ringan.
"Perih nih, bantuin cuci," ucap Senja. Himawari menarik tangan Senja menuju wastafel dan membuat kepala Senja menunduk lalu memcuci wajah Senja.
"Kamu ngapain?" tanya Himawari sedikit tertawa.
"Mau bikin sarapan," jawab Senja.
"Terus?" tanya Hima
"Pas potong bawang mata aku perih jadi aku usap, eh lupa kalo aku baru motong cabe, panas banget ini mata kek pake balsem," jelas Senja.
"Wih, jago!" celetuk Himawari yang kemudian mematikan kran air lalu mengelap kelopak mata Senja dengan tisu.
"Udah mendingan?" tanya Hima saat Senja mengerjap lalu kembali memicingkan dan melebarkan matanya.
"Mayan, tapi masih panas," gumam Senja sembari menarik ingusnya.
"Cuci tangan dulu, biar aku yang masak," ucap Himawari sembari menyanggul rambut panjangnya.
Senja memandang remeh sembari mencibir. "Emang bisa, masak air aja hangus?"
"Udah duduk anteng aja noh di sana," ucap Hima sembari menunjuk meja makan.
"Aku gak yakin pancinya gak gosong," cibir Senja lagi.
"Gausah bacot ya mas, masalah itu udah seminggu yang lalu!" sewot Himawari.
"Et et mulutnyaa, pengen dicium ya?"
Himawari menyodorkan lancip pisau ke depan wajah suaminya karena sudah lelah berdebat. Senja itu memang dasarnya cerewet sekali.
"Owh, okeh. Damai sayang damai" ucap Senja sembari mengangkat jari telunjuk dan tengahnya. Senja menjauh dari sana dan duduk anteng di atas kursi patri.
"Jangan ada kekerasan di antara kita," ucap Senja bernada sembari bertupang dagu melihat Himawari memasakkan sarapan. Lelaki itu tersenyum senang saat kembali mengingat ia bisa mendapatkan Himawari, sampai-sampai sekarang pipinya terasa panas.
Tunggu-tunggu, ini bukan panas karena pipinya memerah. Senja merasakan panas itu dengan teliti dan dengan alis berkerut. Ia mengangkat tangannya, oh Senja, dia lupa mencuci tangannya. Sekarang bukan hanya matanya yang panas, tetapi seluruh wajahnya terasa panas karena cabe rawit itu.
"Sayang, ini panasss!" seru Senja sembari berlari menuju wastafel dan mencuci tangannya lalu pipinya.
"Kasih es batu biar dingin," celetuk Himawari asal.
"Emang ngefek?"
"Gak tau, coba aja dulu."
Okeh, done.
Akhirnyaaaa tamat jugaaa (╥╯﹏╰╥)ง
Hai helo guys, maaf ya author lama up nya di karena kan lagi sibuk banget. Makanyaaa.Hope u like it guys.
Dan harap kalian menikmati ini, maaf atas keterlambatan up nya, buat yang nunggu.Semoga kedepannya author bisa lebih baik lagi nulisnya, lebih kocak lagi karakternya dan lebih deep lagi feelnya yess?
And
Terimakasih sudah menghargai ^.^
Bulan depan bakal ada cerita baru yang gak kalah seru dari cerita YM.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rajendra
Teen FictionSQUEL dari YOUNG MOM. ☜☆☞ Tawa yang ia nampakkan adalah luka yang ia pendam.