17. Serangan.

1.4K 227 40
                                    

Duar!!

Belum sempat Aron menyelesaikan ucapannya, suara dentuman yang memekak-kan telinga itu sudah lebih dulu terdengar. Seketika itu dinding ruang tamu roboh setengahnya.

"Ini Bom?" tanya Kay pada dirinya sendiri dan langsung melihat keluar jendela, ada sebuah helikopter di atas sana. Semua yang ada di ruang makan panik kecuali Alisya. "Ya ampun." gumam Alisya sembari menyuap dimsum kedalam mulutnya, dia sudah terbiasa dengan ini. Begini kalau teknologi disalah gunakan, pikir Alisya.

"Alisya ngapain masih di sana?" panik Lusi.

"Duluan aja, gw mau makan lagi, dimsumnya enak!"

"Ntar aja elah!"

"Duluan aja, udah sering terjadi ini mah!" celetuk Alisya.

"Siapa sih, sampe main bom-bom segala!" celetuk Bagas.

"Masalah sama siapa lagi Kay?!" tanya Rava.

"Senja sama anak perusahaan yang lagi naik daun," jawab Kay enteng.

"Maksudnya perusahaan jasa itu? Yang jasa bunuh orang?" tanya Aron terkejut.

"Gila lu, berani banget lu Senja!" Saga melempari Senja dengan kue keringnya.

"Dia yang cari gara-gara kok om," ucap Senja tak mau kalah.

"Haduh... Gak anaknya gak bapaknya sama aja!" celetuk Aron.

"Ngapain masih di sana? Tunggu mati?" ketus Raven pada orang-orang yang masih berada di meja makan.

"Serangannya gak mungkin cuma sekali," ucap Raven lagi.

"Mana, gak ada lagi tuh?" tanya Aron.

"Dia penjahat pro bukan sih?" celetuk Saga.

"Kayak Raven dong harusnya, serangan bertubi-tubi!" celetuk Bagas yang mendapat pelototan dari Raven.

"Bentar, itu kayak anak lo Gas?" dari balik jendela Aron dapat melihat Bara yang sedang mengintip dari heli.

"Mana, jan ngadi-ngadi lo, Bara mana bisa bawa heli! " Bagas yang ingin melihat keluar jendela ditarik ke belakang oleh Kayden.

"Menjauh dari jendela. Tiarap!" titah Kay dan sedetik kemudian kembali terdengar suara ledakan cukup keras yang membuat dinding di depan mereka hancur.

Bagas mengipasi debu yang menghalangi penglihatannya dan melihat ke atas. Betapa terkejutnya ia saat melihat anaknya sendiri yang sedang memegangi sebuah benda seperti senapan penghancur. Bagas masih tidak percaya bahwa itu adalah Bagaskara.

"Mundur woi, menyingkir dari sana!" titah Raven. Senja mengait tangan Alisya dan berlari menuju gerombolan di balik tangga.

"Dimana Rajendra!" suara itu terdengar dari helikopter, Senja kenal suara itu, itu suara Toro. Mau apa lagi orang itu.

"Mentang-mentang anak perusahaan seenaknya ngancurin rumah orang." Senja terlihat marah.

"Kay!" panggil Raven sembari melemparkan sebuah senapan pada Kay.

"Apa?" tanya Kay sembari menatap senapan yang ia tangkap.

"Ya tembak lah, apa lagi?" tanya Raven ketus.

"Gw gak jago main senapan, gada bakat jadi penjahat," ujar Kay yang membuat Raven mencibirnya. "Heleh, bukannya elo otak dari serangan dua belas tahun lalu?"

"Gosah diungkit!"

"Biar Leo aja!" celetuk Leo sembari mengangkat tangannya. "Tapi kak Senja alihkan perhatian mereka ya?"

RajendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang