"Udah, Ze?" tanya Senja untuk kesekian kalinya pada Zeya yang sedang memilih mainan.
"Nanti mama marah loh Ze, kalo kamu beli mainan lagi," ucap Senja sembari berjongkok menunggu Zeya.
"Zeya cuma liat-liat aja, gak Zeya beli," ucap Zeya.
"Lama banget liat-liatnya. Kakak mau ke kantor, Zeya," ucap Senja dengan lemasnya. Pasalnya, Zeya sudah satu jam mengajaknya berputar-putar di dalam mall ini.
"Yok?" Zeya merentangkan tangan minta digendong. Senja dengan sigap mengangkat dan menggendong adiknya itu dan pergi dari sana.
"Udah kan, kita pulang kan?" tanya Senja dengan girangnya.
"Enggak, Zey mau makan," jawab Zeya sembari menunjuk salah satu tempat makan yang disukai anak-anak di sana. Senja kembali menghela napas mendengar permintaan adiknya.
"Kakak harus balik ke kantor, sayang," ucap Senja berusaha membujuk Zeya.
"Kantor kakak kan punya papa, bilang aja sama papa kakak lagi sama Zeya," ucap Zeya sembari menatap lamat-lamat mata Senja.
"Tapi ada kerjaan yang harus kakak urus," ucap Senja tak mau kalah dengan rupawannya Zeya.
"Kakak gitu sama Zeya?"
Lagi-lagi Senja kalah dengan kerupawanan Zeya. Ekspresi wajah Zeya tidak bisa ditolak sama sekali. Senja jadi takut jikalau Zeya sudah besar, ia akan menjadi buaya darat nantinya.
"Ze, kakak tinggalin kamu di dekat manekin anak-anak itu mau gak?" tanya Senja.
"Kakak mau dipenggal mama?"
"Yaudah-yaudahh," pasrah Senja yang kembali berjalan menuju tempat makan tersebut. Sebelum benar-benar sampai ke sana, Senja tak sengaja berpapasan dengan seseorang yang sudah lama sekali tidak ia lihat.
Senja mematung sejenak sebelum membalikkan badan. Ternyata orang itu lebih dulu membalikkan badannya menatap Senja.
"Himawari?" gumam Senja, seketika jantungnya berdegup kencang dengan rasa senang yang tak dapat ia ungkap kan. Senyum Senja merekah seketika itu.
"Senja?" sapa Himawari. Hima memperhatikan Senja yang mengenakan jas kantoran dengan seorang anak kecil dalam gendongannya yang sangat mirip dengan Senja.
"Anak lo?" tanya Himawari dengan senyum yang tidak ikhlas. Apakah Senja sudah menikah? Pikirnya.
"Oh, buk--"
"Papa, Zeya laper ayok makan," celetuk Zeya tiba-tiba dengan usilnya. Senja langsung melotot pada Zeya saat bocah itu memanggilnya papa.
"Heh, papa lo dikantor, kenapa dah lo manggil gue papa?" tanya Senja reflek.
"Kok marah-marah? Aduin mama wulan nih?"
"Mama apaan, wulan kan nenek kita Zeya, lo kenapa sih usil banget?" tanya Senja bingung.
"Gue duluan, Jen," pamit Himawari begitu saja tanpa sempat berbicara panjang lebar dengan Senja.
"Yah?" ucap Senja. "Kamu usil banget sih Ze, kakak udah lama loh gak ketemu sama dia, 6 tahun Ze. Kamu ngapain coba ngusilin kakak?" omel Senja yang membuat Zeya memandanginya.
"Gausah nangis, kita pulang." putus Senja akhirnya yang membuat tangis Zeya pecah. Senja heran, entah kenapa anak ini sangat mudah menangis.
*****
Zeya melangkah menuju dapur dengan kaki kecilnya. Saat berpapasan dengan Senja, Zeya sengaja memalingkan wajah karena masih merajuk pada Senja. Senja menatap bingung adik kecilnya itu lalu mengekor dibelakang Zeya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rajendra
Novela JuvenilSQUEL dari YOUNG MOM. ☜☆☞ Tawa yang ia nampakkan adalah luka yang ia pendam.