"Kakak gak apa-apa?" tanya Arunika pada Senja yang sudah ingin pulang setelah mengantarnya masuk.
"Hm." jawab Senja dengan gumaman sembari mengait tasnya. "Gw pulang dulu," ucap Senja.
"Pipi kakak merah gitu," ucap Arunika sembari menunjuk pipi Senja yang terkena tinju Toro tadinya. Senja diam sejenak sebelum akhirnya menatap Arunika.
"Lo kenapa bilang kayak gitu di depan Hima?" tanya Senja.
"Bilang apa?" tanya Arunika bingung membuat Senja menghela napas jengah.
"Gw udah bayar biaya rumah sakitnya, kalo lo udah boleh pulang, pulang sendiri aja ya. Gw gak bakal ke sini lagi," ucap Senja selanjutnya.
"Tapi kak... aku boleh minta nomer kakak gak? Nanti biayanya aku ganti?" pinta Arunika.
"Gausah."
"Tapi kak, kakak kan udah nolongin aku masa aku gak balas Budi sama sekali?" Arunika tak mau kalah.
"Gak usah, Ka."
"Mohon lah kak, plisss yah yah yah?"
"Emang lo ada hp?" tanya Senja.
"Oiya ya... Yaudah kakak catat nomer aku aja gimana?"
"Berapa?" Senja dengan malas meraih ponsel di saku celananya dan membukanya. Arunika mulai mendikte nomor ponselnya dan dicatat Senja.
"Udah, gw cabut dulu." pamit Senja sembari berjalan keluar ruangan.
"Hati-hati di jalan Kak," ucap Arunika riang lalu tersenyum ditempat.
***
Hima duduk lesehan di tepi dinding transparan itu sembari menatap keluar sana. Kerlap-kerlip lampu jalanan ibukota dengan berbagai macam warna terlihat Indah dari sini. Ia menghela napas panjang saat kembali mengingat ucapan Senja padanya.
Tiba-tiba pintu kamar terbuka, Toro menyembulkan kepalanya di sana. "Oy, lihat kunci motor gw gak?" tanya Toro. Sejak Hima tinggal bersamanya Toro jadi jarang masuk ke area kamarnya, terkadang juga ia tidur di sofa luar.
"Gak tau." jawab Hima lesu tanpa membalikan badan menghadap Toro. Toro mendengus kesal dan celingak-celinguk melihat seisi kamar. Namun ia tidak menemukan apa yang ia cari di sana. Kemudian Toro kembali menatap punggung Hima bergantian menatap jam tangannya. Biasanya jam segini gadis yang selalu tertutup ini sudah tidur lelap.
"Ada masalah?" tanya Toro begitu saja.
"Kalo pun ada bukan urusan lo." jawab Hima yang masih setia menatap keluar jendela.
"Lo mau keluar?" tanya Toro menghampiri Hima dan berjongkok di sampingnya.
"Ngapain di sini? Sana pergi." sungut Hima begitu saja.
"Kunci motor gw gak nemu gimana mau pergi?" tanya Toro sembari mengerucutkan bibirnya dan duduk lesehan di samping Hima.
"Mobil lo kan ada?"
"Itu juga hilang."
"Siapa yang curi?"
"Bukan, gw lupa tarok kuncinya dimana."
"Lah, mobil elo kan gak pake kunci?"
"Oiya ya?"
"Yaudah sana pergi!"
"Lo kenapa sih? Rumah-rumah gw, kamar-kamar gw, sewot banget dah?"
"Kalo cewek cowok berduaan--"
"Yang ketiganya setankan?" Toro memotong ucapan Hima.
"Awas lo ya macem-macem." peringat Hima penuh tekanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rajendra
أدب المراهقينSQUEL dari YOUNG MOM. ☜☆☞ Tawa yang ia nampakkan adalah luka yang ia pendam.