10. keluarga

2.2K 290 50
                                    

Alisya beberapa minggu ini sudah mengikuti terapi dan kondisinya pun semakin membaik, ia juga sudah bisa berbicara dan tersenyum sekarang. Minggu lalu, orang tuanya dan juga mertuanya sempat menjenguk Alisya. Mereka ikut senang karena mengetahui Alisya sudah sembuh. Juga anak-anaknya selalu memperhatikan Alisya.

Hari ini hari minggu, mengingat nama harinya Alisya yang sedang berlatih berjalan sedikit terkekeh. "Kenapa?" tanya Kay pada Alisya.

"Aku keinget ahad," jawab Alisya dengan senyum.

"Ahad? Senja maksudnya?" tanya Kay yang juga ikut terkekeh. "Karena hari ini ahad ya?"

"Iya, aku kayaknya udah bisa jalan sendiri, aku coba ya?" tanya Alisya dan melepaskan tangan Kay, saat ia berjalan satu langkah ia hampir saja terjatuh kalau Kay tidak segera menangkapnya.

"Jangan bandel ya, sayang. Pegangan sama aku aja, pelan-pelan nanti juga bisa jalan lancar lagi kok," ucap Kay yang kembali menggendong Alisya dan mendudukannya dikursi roda.

"Untuk hari ini udah cukup, besok lanjut lagi," ucap Kay sembari mendorong kursi roda Alisya memasuki rumah.

"Katanya aku koma udah dua belas tahun?" tanya Alisya.

"Iya."

"Kamu gak nikah lagi? Waow hebat kamu ya nungguin aku selama itu, uluh uluh sayangku," ucap Alisya.

"Love u, baby" ucap Kay lalu mengecup pucuk kepala Alisya. Kay seakan tak bosan mengatakan itu pada Alisya.

"Love u my sugar daddy," ucap Alisya sembari tertawa.

"Kok sugar daddy? Rasanya kek apa gitu ya?"

"Ahaha, kata Lia itu lagi tren sekarang," ucap Alisya girang. "Aku gak nyangka anak kembar aku udah SMA aja, padahal terakhir kali aku gendong mereka Lia itu masih kecil dan suka celoteh kalo Lio tetep aja dingin kayak kamu ya, dasar copyan bapaknya!" dengus Alisya.

"Senja juga udah besar ya, mirip banget sama kamu, sayang. Kamu pasti kualahan ngurusin mereka ya? Aku salut sama kamu, walaupun dingin-dingin gini kamu hebat ngurus anak ya, apalagi mereka remaja, sulit di atur," ucap Alisya. Saat sudah berada di depan pintu Kay menghentikan kursi rida dan memeluk Alisya. "Aku gak mau kehilangan kamu," ucap Kay.

"Gantian dong, Senja juga mau!" Senja yang tiba-tiba muncul mengagetkan Alisya dan juga Kay.

"Baru bangun kamu?" tanya Alisya pada anaknya.

"Iyaa, papa awas ih." Senja sedikit mendorong Kay dan memeluk Alisya. "Senja sayang mama," ucap Senja.

"Mama juga," ucap Alisya sembari mengusap surai Senja.

"Ini nih, pengganggu!" ketus Kay menggemaskan.

"Suruh siapa bikin pengganggu?" tantang Senja pada papanya yang sudah melepaskan pelukan Alisya. Alisya memukul pantat Senja sedikit kuat. "Aduh!"

"Senja anak nakal ya? Wah-wah perlu ajaran mama nih!" seru Alisya. Kay yang melihat Alisya berada di pihaknya menyeringai pada Senja.

"Maaf ... Senja salah. Senja cuma ikut cara papa ngomong aja!" ucap Senja menggemaskan.

"Eh? Apa, papa gak ngomong gitu!" dengus Kay.

"Ada! Papa bilang gini gini gini gini gitu!"

"Suruh siapa ngikut-ngikut?"

"Tuh kan ma, Senja belajar dari papa!" adu Senja pada Alisya. Tuh kan, debat lagi.

"Haduh... Udah-udah mama lapar mau makan!" ketus Alisya. "Senja inget ya, gak boleh kayak gitu sama orang tua," peringat Alisya.

"Iyaa, Senja salah~" ucap Senja dengan tampang memelas.

"Haha!" Kay tersenyum kaku di depan Senja. Membuat Senja memberikan tampang marah padanya.

***

Hari sudah malam, selesai maghrib mereka sekeluarga berkumpul di lantai bawah untuk bercerita-cerita.

"Gimana sekolahnya?" tanya Alisya pada anak-anaknya yang sedang memijit dirinya. Lia dan Lio memijit kaki Alisya sedangkan Senja memijit tangan Alisya. Kay? Pria itu duduk santai disamping istrinya sembari mengecek berkas-berkas apalah itu.

"Lancar, Senja dapet rangking satu dari kelas satu sampe tiga loh, bangga dong sama Senja!" girang Senja.

"Mama juga selalu dapet rangking disekolah, banyak ikut lomba lagi!" jawab Alisya.

"Mama mau liat penghargaan Senja gak? Tuh dilemari itu semuaaanya punya Senja, ada yang emas murni loh!" celetuk Senja sembari menunjuk lemari kaca besar yang berjejer rapih penghargaan atas nama dirinya.

"Lia juga punya, cuma lemari Lia kecil!" sahut Lia sembari menunjuk lemari kaca disamping Senja.

"Lio juga ada!" sahut Lio sembari menunjuk lemari yang seukuran dengan lemari milik Senja. "Ada emas juga loh."

"Waah, hebat-hebat ya kalian. Mama bangga deh, aduh terharu!" Alisya menyeka sudut matanya.

"Kaliankan udah remaja nih? Pasti udah ada rasa dong sama lawan jenis?" tanya Alisya. Seketika ketiga anaknya terbatuk-batuk.

"Mama serius nanya loh, kalo ada hati-hati. Suka boleh tapi jangan terlalu di perhatiin nanti setan bermain loh," ucal Alisya selanjutnya.

"Ada tuh, Senja kemaren bawa cewek ke sini," ucap Kay tiba-tiba yang membuat Senja membeliakan matanya.

"Papa, itu rival Senja!" dengus Senja.

"Hayoo lo, rival apa rival?" celetuk Lio mulai memanas-manasi.

"Oiya? Siapa namanya?" tanya Alisya antusias.

"Himawari!" celetuk Lia sedikit menjerit.

"Apaansih!" ketus Senja.

"Anak hokage?" tanya Alisya polos.

"Ahahahaa, tuh kan mama aja manggil dia kayak gitu, ya ampun ma dia itu es balok. Dingin, ketus, cuek." celetuk Senja kelepasan diselingi tawa girang.

"Aduuh~ kenal banget nih kayaknya!" ucap Lio lagi, ini es kutub udah cair? Lio mulai usil ya.

"Mama mau liat Himawari itu yang mana, bawa kesini dong kak?" pinta Alisya.

"Ngapain sih, gausah ma. Dia itu kayak nenek sihir, punya tanduk loh," ucap Senja.

"Mana ada! Kakaknya baik loh ma, walaupun cara dia itu agak aneh sih." celetuk Lia.

"Pokoknya mama mau liat!"

Hayo loh Senja, kepergok mama kan!

RajendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang