23. Toro lagi Toro lagi

580 96 1
                                    

"Arka s**lan,  dia bener-bener gak bius dulu sebelum jahit," umpat Toro yang sudah tersadar ditempatnya. Tadi malam Arka benar-benar tidak membius Toro sama sekali,  ia hanya memberikan obat dan menjahit luka Toro.

Tepat jam dua dini hari Toro terbangun. Saat bangun ia langsung mengumpati Arka yang sudah pulang meninggalkannya. Toro yang merasa tenggorokannya kering ingin beranjak mengambil air. Namun,  belum sempat ia bangun pandangan Toro sudah jatuh lebih dulu pada Himawari yang tertidur dengan posisi duduk di atas sofa di depannya.
"Ni anak ngapain tidur di sini sih? Gw gak bisa angkat lo ke kamar dengan kondisi kek gini!" ketus Toro pelan. Toro susah payah duduk dan ingin beranjak ke dapur untuk mengambil air, tapi tanganya tak sengaja menyenggol kotak P3k yang berada di atas meja.

Bruk

Hima langsung membuka matanya perlahan, Toro menatap Hima yang juga sedang menatapnya sembari memuyu matanya. "Lo ngapain lagi?" tanya Hima dengan suara serak khas orang bangun tidur.

Hima langsung duduk tditempat menghela napas panjang. "Mau apa lo?" tanya Hima lagi sembari menupang wajah dengan kedua tangannya, Hima mengantuk.

"Gw haus!" ketus Toro membuang tatap. Himawari bangkit dan sedikit terhuyung,  ia berjalan menuju dapur dan mengambil segelas air untuk Toro. Himawari kembali lagi ke ruang tamu dan menyodorkan segelas air pada Toro. Toro menerima dan langsung meneguknya sembari menatap Himawari bingung.

"Kenapa lo bantuin gw?" tanya Toro sembari meletakan gelas di atas meja.
"Emang dosa kalo bantuin orang?" tanya Himawari asal. Himawari masih mengantuk jadi ia hanya menjawab asal saja. "Ada yang lo mau lagi?" tanya Himawari.

"Enggak," jawab Toro begitu saja.  Himawari mengangguk dan kembali ke tempatnya semula.

"Lo ngapain tidur di situ?" tanya Toro.

"Biar lo gak susah manggil gw kalo ada apa-apa," jawab Himawari yang sudah menutup matanya,  siap terjun lagi ke dunia mimpi.

"Lo khawatirin gw?" tanya Toro.

"Enggak,"

"Jadi ngapain?"

"Ck, iih gw mau tidur!" kesal Himawari yang sudah kehilangan separuh kesadaran.

"Lo khawatirin gw Hima?" tanya Toro lagi.

"Enggak, gw cuma takut lo meninggal di depan gw," jawab Himawari dengan seperempat kesadarannya.

"Kalo gw meninggal kenapa?" tanya Toro lagi.

"...ya jangan..." Himawari tidak melanjutkan lagi ucapannya karena kesadarannya sudah hilang sepenuhnya. Lain lagi dengan orang yang berada di depan Hima, Toro yang kejam ini tiba-tiba merasakan perasaan menggelitik dihatinya. Toro segera tersadar dan beranjak dari sana menuju kamar mandi karena ingin buang air kecil. 

***

Keesokan harinya, Hima pergi ke sekolah bersama dengan Toro. Hima sedikit kaget saat melihat Toro yang sudah rapih saat ia baru saja selesai berkemas tadi pagi dan sekarang Toro terus mengikutinya dari parkiran sampai koridor.

"Lo ngapain ikutin gw?" tanya Himawari.

"Biar lo gak kabur," jawab Toro enteng.

"Gw mau kabur nih,  gausah ikutin gw!" ketus Himawari.

"Gw mau bicara serius sama lo," raut wajah Toro seketika berubah serius menatap Hima. "Di sekolah lo bebas,  tapi jangan coba-coba kabur dari gw,  atau Rajendra..." Toro menggantung kalimatnya.

"Lo bunuh kan? Bisa gak gw aja yang gantiin Senja?" tanya Hima.

Toro menyeringai dan menggeleng "gak bisa, gw cabut dulu dah sayang." Toro memaparkan senyum manis pada Hima.

"Sayang sayang pala lo peang!" umpat Hima sembari berbalik.

"Wah-wah anwar udah tau ngumpat ya?" tiba-tiba sebuah suara mengagetkan Hima. Hima menoleh kebelakang dan mendapati Senja di sana. Ingin sekali rasanya Hima meminta agar Senja membawanya pulang sekarang juga. Tetapi mengingat ancaman Toro, Hima mengurung niat.

"Jen?" panggil Hima setelah terdiam begitu lama menatap Senja, entah kenapa teduh rasanya saat menatap wajah Senja. Hima menggeleng kepalanya cepat.

"Iya?" jawab Senja. Sebentar-sebentar. Mengapa seperti ada yang berbeda, bukan kah biasanya saat mereka bertemu saru sama lain hanya akan mengeluarkan kata-kata pedas satu sama lain? Hari ini kenapa berbeda?

"......" Hima menatap Senja lekat-lekat. Ia sudah sering mendengar kata 'membunuh' dari bibir Toro tapi entah kenapa saat melihat wajah ceria dan teduh Senja, Himawari merasa sedih. Ia jadi kepikiran dengan ancaman Toro. Hima menggulum bibirnya dan menatap sepatunya. "Lo ada masalah apa sama Toro?" tanya Hima akhirnya.

Senja diam sejenak dan menatap kemana lain. "Gw juga gak tau, dia dari dulu cari masalah mulu sama gw. Dia ngomong sesuatu sama lo?" tanya Senja balik.

"Dia bilang dia mau bunuh elo. Kenapa papa Raven gak turun tangan? Lo gak minta bantuan dia?" tanya Hima.

"Om Raven bilang. Gw harus selesain masalah gw sendiri. Lo gak kenapa-napa kan? Lo gak di apa-apain sama Toro kan?" tanya Senja lagi. Himawari diam ditempat. Raven tidak ingin turun tangan apa dia pikir ini masalah sepele? Padahal kalau Raven turun tangan semuanya akan cepat selesai. Pikiran Hima dipenuhi oleh itu semua.

"Gw gak apa-apa. Tapi lo sama gw kan gak ada apa-apa. Kenapa Toro culik gw, gw masih gak ngerti. Padahal kalo papa Raven turun tangan semuanya bakal kelar," gumam Hima yang masih berpikir.

"Jen?" panggil Hima lagi. "Lo coba deh berunding sama Toro. Toro itu orangnya bahaya loh, ancamannya gak main-main," ucap Himawari panik.

"Ancaman apa?" tanya Senja bingung.

"Nyawa lo Jen. Kan udah gw bilang dia mau bunuh elo!"

"Terus kenapa kalo gw dibunuh?"

"Lo gak mikirin perasaan mama lo apa?"

"Tapi satu-satunya cara bawa lo pulang dari dia cuma nyawa gw. Gw harus apa?"

"Ya--" Hima tidak menyambung ucapannya. Hima terdiam ditempat. "Ya gausah selamat in gw, ntar juga dia lepasin gw sendiri. Intinya gausah peduli sama gw," ucap Hima pelan.

"Tapi gw yang narik lo ke masalah ini. "

"Yaudah kalo lo mau kelarin masalah ini jangan peduliin gw dan jangan tegur sapa lagi sama gw,  biar dia cepat lepasin gw."

Senja terdiam ditempatnya. "Toro itu ngincar seseorang yag dekat sama lo. Yang bener-bener lo suka dan lo rela ngelakuin apa aja untuk dia, Toro ngeliat kita kayak gitu. Makanya lo jangan peduliin gw lagi."

"Terus lo kayak dulu? Gak punya temen, sendirian? Lagi?" tanya Senja.

"Yakan biar cepet kelar Jen."

"Gw gak bisa dan gak mau."

"Ya terus lo mau gw terus tinggal sama Toro? Kalo enggak, lo coba ngomong sama dia kelarin semuanya Jen."

"Gw udah ngomong sama dia, tapi dia tetep gak mau. Dia keras kepala mau hancurin gw."

"Ya--"

Triiingg......

Ucapan Hima terpotong oleh suara bel masuk. "Yaudah ayok masuk kelas," ajak Senja.

"Duluan aja." jawab Hima. Senja mengangguk dan ingin beranjak dari sana namun kembali menoleh. "Kalo Toro ngapa-ngapain lo tendang aja."

RajendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang