30. Selamat tinggal (3)

544 76 19
                                        

"Nja, sebenernya kita ngapain sih buntutin mereka kayak gini ha?" tanya Lio malas semalas malasnya karena sekarang ialah yang sedang menyetir mobil. Apa itu kemauannya sendiri? Tentu saja itu paksaan dari Senja.

Lima menit lalu...

"Mereka kemana ya?" tanya Senja pada dirinya sendiri. Senja celingak-celinguk memperhatikan jalanan yang penuh dengan kendaraan.

Lalu Senja menoleh pada Lio yang sedang duduk santai dengan kedua kaki yang dinaikan ke atas kursi. Ia terlihat kesal menatap layar ponselnya.

"Game mulu, liat kek Yo. Calon kakak ipar lo," celetuk Senja begitu saja.

"Anjay, kakak ipar gak tuh." celetuk Lio dengan smirk. "Kek dia mau sama lo aja," ucap Lio selanjutnya yang berhasil membuat Senja mendaratkan tanganya di atas kepala Lio.

"Sakit bang!" ketus Lio sembari mengusap-usap kepalanya.

"Lo ngatain gw? Lo kira gw kalah ganteng sama lo?"

"Ya emang kenyataan."

"Heh, ngaca adik ku sayang! Tuh spion tuh."

"Iyain deh iyain kelar!"

"Sini lo bawa mobil, gw yang liat Hima."

"Lah, gak mau gw."

"Buru!"

"Loh kok marah-marah anda?"

"Bawa atau gw bakar koleksi marvel lo?" ancam Senja.

"Ck, apa sih nja. Gw masih dibawah umur, nanti kalo ditilang gimana?" alibi Lio.

"Ah, bilang aja lo males nyetir! Entar kalo di tilang tunjukin SIM gw. Muka kita kan hampir mirip tuh."

"Aah, males ah lo aja yang bawa Nja."

"Heh, berani lo sama gw? Nurut gak?"

"Apa sih?!"

"Eeeh, ni anak ngelunjak. Awas lo ya gak gw bantuin tugas Fisika lo."

"Kapan gw minta bantuan sama lo? Emang pernah?"

"Kagak sih."

"Yaudah, mak gw pinter nular ke gw."

"Adelio."

"Iya bang iyaa. Biar Lio yang bawa mobilnya, siap Lio mah okeeh. Gak papa beneran."

Begitulah perdebatan mereka dan akhirnya Lio mengambil alih kemudi. "Tau gini kan gak perlu belajar nyetir gw."

"Adik, sebagai saudara yang baik abang beri peringatan bahwa tidak boleh menggerutu begitu." celetuk Senja dengan gaya ala-ala ibu Rosiana, si guru Sejarah.

"Apaan. Ini kakak ipar dimana? Nja lo ribet banget ya. Tinggal telepon kak Hima aja sulit banget." gerutu Lio.

"Yang gak berpengalaman diem aja deh, gw tau lo gak suka lawan jenis. Kasian mana masih muda."

"Heh, gw punya pacar ya!"

"Hah? Serius? hayolohhh cepuin mama ni yaa. Ma Lio pacaran ni ma!"

"Bukan, bukan pacar salah sebut gw. Maksud aku tuh, aku suka seseorang tapi bukan pacar gitu loh bang."

"Halah sok aku kamuan. Aduin papa lo ya, tau rasa lo."

"Senja?!"

"Apa sayang?"

"Jijik. Bukan pacar gw jangan aduin papa!"

"Iya iya tenang--eehh belok Yo belok!"

"Kenapa sih?" kesal Lio.

RajendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang