24. gada judul

577 92 4
                                        

Himawari menghembuskan napas berat untuk kesekian kalinya menatap pria sawo matang di depannya. "Lo apaan sih?" tanya Himawari pada Toro di depannya.

Tadi saat bel istirahat berbunyi, Hima awalnya ke kantin sendirian. Namun, baru juga ia memesan dan duduk di satu meja, Toro yang datang entah dari mana sudah mengambil makanannya.

"Pesen makan sendiri sana, jangan ngambil punya orang dong!" kesal Himawari yang ingin beranjak memesan lagi.

"Lo beli pake duit siapa?" tanya Toro yang sedang mengunyah mi ayamnya Hima.

"Duit gw lah, lo kira gw gak punya duit!" kesal Hima yang sudah kembali dengan nampan berisi semangkuk mi ayam.

"Lo ngomong apa tadi sama Senja?" tanya Toro tiba-tiba.

"Bukan urusan lo." Hima menyuap mi ayam itu ke dalam mulutnya.

"Ya urusan gw lah, gimana kalo lo tiba-tiba lari sama Senja?" tanya Toro sembari menyeruput kuah mi.

"Kok manggil Senja, emang dia temen lo?"

Toro berdecih mendapat pertanyaan dari Himawari. Toro mengumpat kecil di tempat sembari meraih air mineral milik Himawari. Hima yang sedang mengunyah makanan dan melihat Toro meraih air mineral miliknya dengan gesit merebut kembali.

"Heh, kalo mau beli sendiri!" ketus Himawari dengan mulut yang penuh. Toro yang belum sempat membuka segel botol jadi mendelik ke arah Himawari, menatapnya tajam.

"Gw majikan ya!" ketus Toro.

"Gw bukan babu lo!" tegas Hima.

"Tadi malem aja, sok sok an khawatir huh. Pake segala diambilin air lagi," ucap Toro yang sudah bertupang dagu menatap Himawari santai.

"Apaan sih?" Hima mendelik ke arah Toro. Anak ini sedikit aneh, biasanya main ancaman kenapa hari ini sok akrab?

"Kasih gw minum." Toro menatap botol yang ada ditangan Himawari.

"Ini punya gw." Hima membuka segel botol dan meminumnya lalu meletakannya kembali di atas meja.

"Udah?" tanya Toro.

"Udah apaan?" ketus Hima sembari memakan lagi mi ayam miliknya. Tanpa menjawab, Toro mengambil botol air milik Hima dan meneguk airnya hingga habis. Hima yang baru saja mendongakkan kepalanya dan mengunyah mi ayam itu melotot ke arah Toro.

"Aah..." Toro meletakan botol yang sudah kosong itu di depan Hima. Hima yang baru saja menelan makanannya kembali membuka mulut ingin mengumpati Toro habis-habisan.

"Makasih ya sayang." Toro bangkit dan mengacak kepala Hima lalu beranjak dari sana. Kesabaran Hima sudah mencapai batasnya.

"TORO ARSENO PSIKOPAT GADA MODAL, @#$%&#¥¢®£¥!" amuk Hima yang sudah bangun dan berlari mengejar Toro yang membuat murid lain menatap kearahnya sedangkan Toro sudah berlari keluar sembari tertawa mendengar umpatan Hima padanya.

Senja dan kawan-kawannya yang sedari tadi memperhatikan Hima dan Toro juga terkejut mendengar itu.

"Itu Hima barusan ngumpat? Seriusankan itu Hima temen sekelas kita, Himawari?" tanya Hwan yang mengalihkan perhatiannya dari ponsel pada Hima sepenuhnya. Kepalanya reflek terangkat begitu saja saat mendengar suara Hima.

"Hima gak ada takut-takutnya sama Toro. Toro juga ngapain sok manis gitu sama Hima?" celetuk Arya takjub dengan sedotan yang masih nangkring dibibirnya.

"Suka sama Hima dia?" celetuk Gin ikut menimpali.

"Gila... gw baru liat si Hima ngamuk asli, Senja aja gak bisa bikin dia ngamuk gitu," gumam Zaki. "Tuh Jen, lo mau liat Hima marahkan? Tuh mukanya merah padam." tujuk Zaki pada pintu kantin.

RajendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang