42. Bumi dan Langit

1.2K 138 354
                                    

"Untuk bumi dan langit, terima kasih karena sudah menjadi saksi bisu kisah cintaku dengannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Untuk bumi dan langit, terima kasih karena sudah menjadi saksi bisu kisah cintaku dengannya. Aku dan dia memang seperti kalian, memiliki banyak perbedaan. Namun untuk takdir aku berharap tidak seperti kalian yang hanya bertemu tapi enggan bersatu." —Gabriella Maharani








Happy Reading









Elang memperhatikan wajah Gabriella yang damai tak membuat hari-hari Elang membosankan. Padahal sudah jutaan detik yang dia lewati. Satu kata yang dapat menggambarkan diri Gabriella adalah sempurna. Ya meskipun di dunia ini tidak ada yang sempurna, tapi bagi Elang Gabriella itu sangat sempurna.

"Kamu belum ada niatan untuk bangun, ya? Apa di alam mimpi kamu ketemu cowok lain? Dia lebih ganteng, ya, dari aku?" Elang bertanya ngawur.

"Mana sini cowoknya, mau aku hajar kalau dia emang bisa bikin kamu lebih betah lama-lama di alam mimpi."

"Alien cuman milik tuyul, gak ada yang boleh milikin alien kecuali tuyul." Elang semakin tak waras. Dia sudah sangat lelah menunggu gadisnya itu terbangun dari komanya.

Elang menundukkan kepalanya dengan tangan yang memainkan jari-jari Gabriella. "Kamu denger gak? Alien itu cuman milik tuyul. Kalau sampai ada cowok yang bikin kamu berpaling dari aku, aku bakal colong semua duitnya biar dia miskin." Elang sangat merindukan masa-masa dimana dirinya dan Gabriella sering bertengkar. Masa yang tidak akan pernah ia lupakan dalam hidupnya.

Suara tawa seorang perempuan membuat Elang terkejut. Dia spontan mengelus dadanya. "Ya Allah, saya emang tuyul tapi saya gak mau temenin sama kuntilanak. Temen-temen saya aja udah setan semua."

Pukulan di kepalanya membuat Elang mengangkat wajahnya. Dia menatap sang pelaku. Sosok perempuan kini tengah tersenyum kepadanya.

"Parah banget sih lo ngatain gue kuntilanak."

Elang mengerjapkan matanya berkali-kali. Dia menepuk pipinya kencang hingga mengaduh kesakitan.

"Ini beneran Gabriella? Babu? Alien?" Elang bertanya.

"Semuanya aja lo sebutin. Iya ini gue!" ketus Gabriella. Dia merasa kesal kala Elang menyebutnya alien ditambah kuntilanak. Elang pikir dia tidak mendengarnya apa.

"Aku kangen banget sama kamu!" Elang berhambur memeluk Gabriella, menyalurkan rasa rindunya.

"Badan lo berat, Lang." Gabriella menepuk pundak Elang yang berada diatas tubuhnya.
Elang menggelengkan kepalanya. Dia enggan untuk bangkit. Pelukan ini terasa sangat nyaman.

"Heh, bangun! Lo mau bikin gue mati?"

Spontan Elang merubah posisinya. Duduk dengan tegak menghadap Gabriella. Wajahnya tersenyum lebar melihat mata Gabriella yang kini telah terbuka.

Saat Gabriella ingin mengubah posisinya untuk duduk, Elang dengan sigap menahannya.

"Kamu tiduran aja, kondisi kamu masih belum stabil," ucap Elang menimbulkan kerutan di kening Gabriella.

GABRIELANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang