23. Tentang Dia

1.6K 223 213
                                    

"Kebetulan selalu menyamar sebagai takdir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kebetulan selalu menyamar sebagai takdir."


Happy Reading



Elang mengendarai sepeda motornya dengan kecepatan penuh menuju makam sang ibunda tercinta. Dibalik helm full-face nya Elang menampakan wajah datar serta pandangan mata kosong.

Waktu terus berjalan dan masalah datang secara beruntun. Besok hari papanya dan tantenya menikah, haruskah ia bahagia?

Bisakah papanya merasakan betapa hancur hatinya saat ini. Luka fisik yang diberikannya ternyata belum cukup hingga dia harus menorehkan luka di hatinya.

Dahulu Elang pernah melaporkan Miranda ke kantor polisi, namun laporannya hanya dianggap lelucon. Mereka tidak percaya dengan omongan bocah ingusan seperti Elang. Pada saat itu Elang yang baru menginjakkan kakinya di masa putih biru harus merasakan kejamnya dunia. Disaat itu pula papanya berubah.

Elang tak fokus dengan kendaraannya hingga tak sadar bahwa disampingnya ada seorang laki-laki misterius berpakaian serba hitam lengkap topi dan masker.  Laki-laki itu hendak menendang sisi samping motor Elang, tapi agaknya Elang segera sadar dengan sekitar.

Shit!

Elang melirik sosok lelaki itu, tak ada bosannya, pikir Elang. Seperti biasa, laki-laki itu menodongkan pistol ke arah Elang, tapi tampaknya Elang tak mau kalah. Elang mengambil pistol dibalik jaket kulitnya lalu juga ikutan menodong membuat lelaki itu terkejut karena Elang juga mengeluarkan pistol.

Dengan sekali tarikan pelatuk, Elang tanpa pikir panjang langsung menembak sosok tersebut tepat di lengannya. Dan saat itu juga lawannya jatuh dari atas motor karena rasa sakit yang diterimanya.

Elang turun dari atas motornya dan berjalan menghampiri sosok tersebut yang sudah terduduk di aspal. "Lo lama, jadi gue duluan yang nembak lo."

Elang hendak melepas helm yang dikenakan sosok berpakaian hitam itu, namun tiba-tiba perutnya ditendang hingga Elang mundur kebelakang.

"Sialan." Elang menatap sosok yang berlari kabur menjauhinya.

"Lo gak bisa lari dari gue." Elang mengejar sosok tersebut. Sialnya dia harus kehilangannya karena sosok itu ternyata membawa teman. Mereka pergi menggunakan mobil dan langsung pergi dari sana.

Lagi dan lagi Elang gagal mengungkap siapa sosok misterius itu.

***


Setelah kejadian tadi Elang kembali ke tujuan awal, mengunjungi makam mamanya.

"Elang datang, ma." Elang mencium batu nisan yang terukir indah nama mamanya. Membersihkan dedaunan yang berjatuhan di atas gundukan tanah yang sudah ditumbuhi rerumputan hijau.

"Maaf, Elang belum bisa jadi anak yang membanggakan. Pasti mama gak suka liat Elang kayak gini."

Elang menatap sendu gundukan tanah tersebut. Hanya disinilah tempat Elang mengadu dan menangis.

GABRIELANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang