04. Sahabat

1.9K 289 168
                                    

"Sahabat itu seperti halnya mata dan tangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sahabat itu seperti halnya mata dan tangan. Saat mata menangis tangan mengusap, saat tangan terluka mata menangis."


Happy Reading




"La." Tidak ada jawaban.

"Gabriella!" Caca memukul lengan Gabriella cukup kuat karena sedari tadi Gabriella hanya melamun.

Gabriella sekedar menoleh, enggan untuk berbicara. Gabriella masih sangat kepikiran bagaimana caranya agar dia bisa melunasi hutangnya. Sudah jatuh ketiban tangga pula. Sudah punya hutang dijadikan babu pula. Jika waktu dapat diputar kembali Gabriella tidak akan pernah mau menolong Elang malam itu dan berakhir berurusan dengannya.

Saat ini kelasnya tengah mengadakan praktek di laboratorium. Gabriella tidak bisa fokus sejak awal. Pikirannya terus tertuju pada Elang.

"Lo gak pa-pa?" tanya Kiara khawatir, karena Gabriella terus bergeming.

"Gue gak pa-pa," balas Gabriela singkat.

"La, jangan diem aja dong." Kelly ikut bersuara. "Gue takut nih."

Kiara mengerutkan keningnya. "Takut kenapa?"

"Gue takut kalau Gabriella kebanyakan bengong mikirin Elang nanti malah suka."

Perkataan Kelly mendapat lirikan mata dari Gabriella. Tidak mungkin dia akan menyukai Elang. Melihat wajahnya saja sudah muak.

"Bukan apa-apa nih ya, gue takutnya Gabriella berakhir kayak Sarah. Ngeri banget kan?" Kelly bergidik ketakutan. Kejadian satu tahun lalu yang berhasil membuat satu sekolah gempar tak akan pernah terlupakan begitu saja oleh warga SMA Airlangga.

"Kalau suka sama Elang dipendam aja, La. Gue juga suka sama Elang tapi gue diem aja tuh, takut is dead," lanjut Kelly.

"Lo mah semua cowok juga suka," kata Caca.

"Ngaca! Lo juga." Kelly sudah gregetan dengan Caca. Tiap kali dia memiliki bias di boy group KPop pasti Caca akan mengikutinya.

"Aksa tetap dihati!" Caca tersenyum lebar.

Kiara menggeleng pelan melihat kedua temannya. "Gak mungkin Gabriella kayak gitu."

"Kalian pikir gue suka sama Elang? Idih amit-amit." Gabriella mendengus. Ia menopang dagunya dengan tangan, tak ada semangat sedikit pun untuk belajar. Caca yang melihat itu merasa tidak enak dengan Gabriella. Lagipula dia tahu Gabriella seperti apa, sahabatnya itu paling anti dengan yang namanya pacaran.

"Gue bisa bantu lo buat bayar hutang ke Elang," ucap Caca seperti mengetahui letak dimana kemurungan Gabriella.

Gabriella tergemap. Gelengan pelan hadir sebagai respon. "Makasih sebelumnya Ca, tapi gue bisa ngelunasin sendiri," balas Gabriela sambil tersenyum tipis.

GABRIELANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang