17. Rahasia

1.7K 234 226
                                    

"Jika mengetahui kebenaran itu menyakitkan, maka tetaplah menjadi rahasia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jika mengetahui kebenaran itu menyakitkan, maka tetaplah menjadi rahasia."

Happy Reading

"Assalamualaikum, Bu."

"Waalaikumsalam, Elang."

Elang tersenyum menatap wanita dihadapannya ini. Wanita yang terlihat cantik di mata Elang walaupun berpenampilan kumal. Elang meraih tangannya lalu menciumnya tanpa jijik.

"Ibu sudah makan?" tanya Elang dan langsung dihadiahi gelengan kepala oleh wanita tersebut.

"Ini Elang bawakan makanan untuk ibu." Elang mengeluarkan kotak nasi dari plastik yang ia bawa tadi.

"Ya ampun, kamu baik banget. Maaf selalu merepotkanmu serta teman-temanmu." Wanita itu membungkukkan tubuhnya ke Elang. Terlihat raut tak enak hati dari wanita tersebut.

Elang tersenyum, ia memegang kedua pundak wanita itu lalu membetulkan posisinya untuk tegak. "Gak repot sama sekali Bu. Saya dan teman-teman saya ikhlas membantu Bu Ita. Ibu sudah saya anggap seperti ibu saya sendiri."

Elang serta anggota VYLNOXI yang lain sering membagikan makanan ke para pengemis jalanan, termasuk Bu Ita. Bu Ita sudah Elang anggap seperti ibunya sendiri. Wanita berumur empat puluh tiga itu harus kehilangan salah satu kakinya akibat korban tabrak lari.

"Ibu makan, ya." Elang memberikan kotak nasi ke Bu Ita dan diterima dengan senang hati oleh Bu Ita.

"Terimakasih, Elang." Bu Ita membuka penutup kotak itu dan dilihatnya nasi putih lengkap dengan lauk pauknya.

"Semoga kamu serta teman-tamanmu selalu diberikan kesehatan oleh yang maha kuasa," ujar Bu Ita mengangkat tangannya untuk berdoa atas rasa syukurnya.

"Aamiin."

Elang mengedarkan pandangannya ke seberang jalan, dilihatnya anak-anak kecil sedang tertawa bersama Gavin dan anggota VYLNOXI yang lainnya.

"Bu, saya pergi kesana dulu, ya," ucap Elang sambil menunjuk anak-anak kecil itu.

"Iya Elang. Sekali lagi ibu sangat berterimakasih kepadamu."

"Sama-sama, Bu." Elang tersenyum lalu mulai berjalan mendekati Gavin.

"Nih gue punya tebak-tebakan. Monyet-monyet apa yang gak makan pisang?" tanya Tristan pada teman-temannya.

"Mana ada, semua monyet suka makan pisang," ucap Jay.

"Gak jelas lo Tan," kata Gavin yang merasa tebak-tebakan Tristan kurang masuk akal.

"Tebak dong," ujar Tristan gemas.

Semuanya saling pandang, tidak tahu jawaban dari pertanyaan yang dibuat oleh Tristan. Selalu saja seperti ini, Tristan akan mengeluarkan tebak-tebakan garingnya jika sedang berkumpul membuat teman-temannya merasa tertekan apalagi Jay.

GABRIELANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang