Prolog

6.7K 551 244
                                    

"Ngapain, sih, lo?!" Gabriella menatap Elang yang kini mengunci pintu kelas yang kosong lalu kuncinya langsung dimasukkan kedalam kantong celana abu-abunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ngapain, sih, lo?!" Gabriella menatap Elang yang kini mengunci pintu kelas yang kosong lalu kuncinya langsung dimasukkan kedalam kantong celana abu-abunya.

"Kenapa lo dorong gue?" Elang menatap mata Gabriella tajam.

Gabriella memutar bola matanya malas. Bukankah dia sudah memberitahunya tadi?

Elang mendorong bahu Gabriella dan memojokkannya di dinding. "Semurah itu, kah, harga diri lo?"

Gabriella melotot mendengarnya. "Maksud lo apa?!"

Elang tersenyum remeh. "Lo sengajakan dorong gue biar lo bisa jatuh kedalam pelukan gue? Cara lo kampungan." Tatapan penuh kebencian terpancar jelas di kedua mata tajam Elang.

Plak!

Tamparan keras itu mendarat mulus di pipi kanan Elang hingga suaranya terdengar menggema di dalam kelas yang hanya diisi oleh keduanya.

"Gue udah bilang kalau ada pot yang jatuh. Lo lihat sendiri kan tadi?!"

"Lihat dan gue tau ada orang suruhan lo yang sengaja mau buat gue celaka," sarkas Elang membuat Gabriella berang.

"Kenapa lo bisa mikir kayak gitu?"

"Lo pikir gue gak liat kalau tadi pagi lo dateng bareng Raka?"

Sesampainya di sekolah saat Elang hendak memarkirkan motornya, dia melihat Gabriella dibonceng dengan seseorang yang sangat Elang kenal. Disitulah argumen bahwa Gabriella dan Raka bersekongkol semakin kuat. Ditambah ucapan Gabriella yang menyebutkan kata mati membuat Elang sangat yakin akan hal itu.

"Terus apa hubungannya? Gue sama dia temenan." Gabriella tak paham dengan jalan pikiran Elang.

"Temen yang bersatu untuk ngehancurin gue. Iya?"

"Cukup, ya, Lang! Gue bener-bener gak tau arah pembicaraan lo kemana." Gabriella berucap frustasi.

"Lo tau, kedatangan lo yang selalu ada setiap kali gue dalam keadaan bahaya ngebuat gue yakin kalau lo punya niat gak baik sama gue." Elang tak mau mendengarkan alasan apapun dari Gabriella.

"Lang. Gue disitu emang bener-bener murni nolongin lo karena hati gue. Gue gak ada niatan jahat sama lo."

"Gue gak yakin." Elang tetap kukuh pada pendiriannya.

Gabriella mengusap wajahnya, lelah berbicara dengan Elang yang mutar-mutar tidak jelas seperti ini. Gedoran pintu dari luar yang dibuat oleh teman-teman Elang pun tidak dihiraukan.

"Lang buka pintunya! Lo ngapain berduaan di dalem?" terdengar suara Jeha dari depan pintu kelas.

"Sumpah Bos jangan nyekep anak gadis di kelas. Kalau mau macem-macem jangan di sekolah Bos, di hotel aja." Jay ikut bersuara membuat Elang melempar kursi yang ada di dekatnya ke arah pintu hingga terdengarlah suara gaduh nan berisik membuat teman-temannya yang tadi memanggil-manggil namanya pun berhenti dalam waktu sekejap.

Elang kembali menatap Gabriella. Pandangannya menusuk tajam retina Gabriella hingga membuat gadis itu terkunci di dalamnya.

"Lo suka, kan, sama gue? Lo ngelakuin itu semua biar gue tertarik sama lo? Lo seolah-olah jadi pahlawan buat ngelindungi gue dengan cara lo yang licik itu." Lagi-lagi perkataan Elang berhasil membuat Gabriella merasa marah.

"Apa yang lo mau dari gue? Uang? Cium? Peluk? Pacar? Atau...." Elang menggantungkan kalimatnya, tersenyum sinis lalu tangannya bergerak lambat membelai pundak Gabriella yang kian lama semakin turun kebawah.

"Jaga tangan lo, ya!" Gabriella mendorong Elang jauh dari hadapannya. Bagai bom waktu yang baru saja meledak, Gabriella meninju keras rahang Elang hingga laki-laki itu ambruk ke bawah.

"Gue emang cewek miskin, tapi gue gak ada sedikit pun niatan jahat sama lo! Gue nolongin lo karena rasa kemanusiaan."

Gabriella menatap Elang, mata gadis itu memerah membuktikan bahwa dia benar-benar tidak menyukai semua perkataan Elang. Namun sedetik kemudian dia merubah raut wajahnya menjadi dingin.

"Lo tau Lang, fitnah lebih kejam daripada pembunuhan. Sebelum lo nuduh gue yang enggak-enggak, cari dulu buktinya."

Gabriella berjalan mendekati Elang lalu tangannya terulur ke depan. "Kunci. Gue mau keluar."

Prolog nya dulu ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Prolog nya dulu ya...
Aku harap kalian bertahan sampai ending

Kalau ada saran atau kritik, kalian bisa DM aku

Terimakasih karena sudah meluangkan waktu untuk membaca ceritaku






GABRIELANG
Written by anggunmarsamour

GABRIELANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang