05. Oldster

2.4K 322 132
                                    

"Orang tua yang baik ialah dia yang mampu memahami perasaan anaknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Orang tua yang baik ialah dia yang mampu memahami perasaan anaknya. Bersifat layaknya teman lebih baik daripada bersifat orang tua yang selalu mengekang. Protektif boleh saja, tetapi tidak berlebihan, karena itu mampu membuat anak jauh dari orangtuanya."



Happy Reading





"Nyebelin!!"

Bugh!

"Dasar cowok gila!"

Gabriella memukul samsak didepannya dengan kencang. Menyalurkan segala emosinya pada samsak tersebut. Memiliki kemampuan bela diri membuat Gabriella menjadi sosok perempuan yang tangguh. Tak jarang dia juga mengikuti kompetisi karate mewakili sekolahnya.

Gabriella membayangkan bahwa samsak didepannya ini adalah Elang. Gabriella bukan tipe pendendam, tapi pengecualian untuk Elang. Satu tinjuan lagi Gabriella melepas sarung tinjunya dan meletakkannya diatas meja belajar.

Gabriella mengelap keringatnya menggunakan handuk kecil yang terletak di meja belajarnya. Malam-malam berolahraga sangat melelahkan ternyata. Setelah itu Gabriella duduk di kursi dan mulai membuka laci meja, dilihatnya kotak kecil lalu ia mengambilnya. Kalung dengan ukuran kecil masih tersimpan dengan baik didalam kotak tersebut. Kalung pemberian Ayahnya saat Gabriella masih bayi.

"Apa gue jual kalung aja, ya? Tapi cuman ini kenang-kenangan dari ayah yang gue punya."

Gabriella menghela nafasnya. Dia bingung bagaimana caranya untuk membayar hutang pada Elang. Sebenarnya Gabriella mempunyai tabungan, tapi tabungan itu akan dia gunakan untuk kuliah nanti.

Suara ketukan pintu yang berasal dari luar membuat Gabriella dengan cepat meletakkan kotak kalung itu ke tempatnya semula.

Pintu terbuka lebar, muncullah sosok wanita cantik yang kini umurnya mungkin sudah tak muda lagi. "Gabriella."

Nisa berjalan menghampiri putrinya, dia tersenyum kecil melihat Gabriella. Nisa bisa menebak pasti dia baru saja selesai memukuli samsak.

"Ibu kenapa ke sini?" tanya Gabriella sambil mengelus tangan ibunya yang kini mulai keriput di bagian punggung tangannya.

"Tadi Ibu dengar suara berisik dari kamar kamu, dan ternyata benar dugaan Ibu." Nisa tersenyum. "Jangan terlalu lelah, nak, besok kamu harus sekolah."

Gabriella memandang Nisa dengan sendu. Menatap wajah ibunya yang kini sudah terlihat garis-garis kerutan di wajahnya. Kantung mata hitamnya menandakan bahwa dia kurang tidur. Gabriella berusaha menahan air matanya yang ingin jatuh kala mengingat bagaimana pengorbanan ibunya. Gabriella tidak bisa bilang jika dirinya terlibat hutang, bisa-bisa dirinya akan semakin merepotkan ibunya. Ibunya bekerja seorang diri sejak dirinya masih kecil, merawat dan membesarkannya dengan penuh kasih sayang.

GABRIELANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang