12. Alien dan Tuyul

1.8K 236 223
                                    

"Tidak selamanya orang tua selalu benar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tidak selamanya orang tua selalu benar."


Happy Reading



Brak!

Doni membuka pintu kamar Elang dengan kasar. Dia berjalan mendekati putranya itu yang sedang merokok di balkon kamar. Asap mengepul di udara. Bau rokok langsung memasuki indera penciumannya.

"Elang!"

Elang tak menghiraukan panggilan papanya, ia masih sibuk menghisap rokoknya lalu mengeluarkan asapnya melalui mulut. Jari tengah dan telunjuknya mengapit batang rokok tersebut.

Doni yang merasa diabaikan langsung memegang pundak Elang, membalikkan badannya secara paksa. "Kamu dengar papa bicara tidak?!"

"Hmm." Elang bergumam singkat. Rokok yang tadi ia pegang kini ia buang ke lantai lalu menginjaknya hingga padam, tak peduli kakinya yang kepanasan karena terkena api.

"Apa?" tanya Elang singkat.

"Apa benar tadi pagi kamu mengusir Anna?"

Elang tertawa mengejek, sudah ia duga jika Anna akan mengadu. Hanya masalah sepele seperti ini cewek itu mengadu, sungguh kekanak-kanakan. "Hm."

"Tidak bisakah kamu bersikap baik dengannya?!" Doni membentak Elang dengan kencang. Dia tidak habis pikir dengan sikap putranya yang selalu mengabaikan Anna. Sedangkan Elang yang dibentak seperti itu hanya tersenyum tipis. Papanya bahkan berani membentaknya hanya karena anak rekan bisnisnya yang akan dijodohkan dengannya.

"Tidak bisakah Anda mengerti saya?!" Elang membalikkan kalimat yang diucapkan Doni tadi kepadanya. "Saya sudah lelah menjadi robot yang selalu Anda perbudak!"

"Apa menurutmu papa menjadikanmu robot?"

Elang menatap Doni tak percaya. Apakah papanya selama ini tak menyadari akan sikapnya yang selalu mengatur hidupnya. "Dengan cara Anda menjodohkan saya dengan perempuan sialan itu, apa namanya jika bukan dijadikan robot?"

"Ini demi kebaikan kamu!"

"Kebaikan saya? Ini demi kebaikan Anda sendiri!"

Doni memijat pelipisnya. Berusaha mengontrol emosi yang hendak menguasai dirinya. "Jika kamu tidak ingin dijodohkan maka belajarlah dengan benar. Kamu penerus satu-satunya yang akan memimpin perusahaan kita nanti."

"Saya sudah bilang berapa kali jika saya tidak ingin memimpin perusahaan itu?" Elang berucap frustasi.

"Kenapa kamu selalu seperti ini, Elang?! Bagaimana jadinya masa depan kamu nanti?" 

"Saya sudah memikirkannya." Elang berjalan menjauh dan menempatkan dirinya di atas kasur. Tidur terlentang.

"Apakah kamu pernah menggunakan otakmu untuk berfikir? Kerjaan kamu saja hanya keluyuran tidak jelas."

GABRIELANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang