"Bukan masalahnya yang berat, tapi kamulah yang lemah menghadapinya." —Gabriella Maharani
Happy Reading
"Buruan buka pagarnya!" ujar Elang pada satpam sekolah dihadapannya. Hari ini dia telat datang ke sekolah.
"Maaf tidak bisa. Kamu telat dan tidak boleh masuk," balas Pak Yanto, satpam SMA Airlangga. Dia sebenernya merasa takut berbicara seperti itu pada Elang.
"Saya anak pemilik yayasan sekolah, kalau bapak lupa." Elang mengedikkan bahunya acuh, berharap dengan ucapannya yang seperti itu Pak Yanto mau membukakan pintu gerbang untuknya.
"Tetap tidak bisa. Pak Tono sudah memberi tahu saya jika kamu telat dan mengancam ingin masuk, saya tidak perlu takut, Pak Doni juga sudah menyerahkan dirimu ke pihak sekolah." Pak Yanto tetap kekeuh.
Elang menggertakkan giginya. Pak Tono si guru botak itu benar-benar memiliki dendam kepadanya. Papanya juga kenapa harus ikut-ikutan. Merepotkan. Jika saja kakeknya ada di Indonesia pasti papanya tidak akan seperti ini. Tapi sayangnya sekarang kakeknya sudah tidak ingin ikut campur dengan masalahnya.
"Pak bukain cepat, nanti saya beliin rokok," kata Elang berusaha berkompromi.
"DASAR ANAK NAKAL!!"
Tiba-tiba Bu Sukma datang dari arah koridor dan langsung menuju ke depan gerbang untuk menghampiri Elang. Tangannya dengan bebas menjewer telinga Elang melewati celah pagar.
"Bisa-bisanya kamu menyogok Pak Yanto!"
"Aduh Bu, ampun. Saya gak bermaksud. Sumpah!" Elang berusaha melepaskan tangan Bu Sukma yang ada di telinganya, tapi gagal, Bu Sukma malah semakin kencang menarik telinganya.
"Sekarang kamu ikut Ibu!"
"Eh, motor saya gimana?"
"Biarin aja disitu."
"Gak bisa dong Bu, nanti motor saya ilang."
"Tinggal beli lagi apa susahnya, jangan kayak orang miskin!"
Elang menganga mendengarnya. Mentang-mentang dirinya kaya Bu Sukma bisa seenaknya berbicara seperti itu.
Pintu gerbang terbuka dan Elang diizinkan masuk kedalam. Namun Elang tidak berjalan ke kelasnya, melainkan ke ruang guru dengan telinga yang masih ditarik oleh Bu Sukma. Sedikit kesusahan berjalan karena dia harus sedikit menunduk menyamakan tinggi badannya dengan Bu Sukma yang semakin kencang menarik telinganya.
"Cepat!!"
Elang berdecak. "Makanya Bu jangan pendek-pendek, jadi susah kan jewer telinga saya. Saya pegel, nih, kalah nunduk terus."
"Mulut kamu itu memang harus dijahit biar berbicara sopan kepada guru!"
"Kalau dijahit nanti saya gak bisa nyium pacar saya dong Bu."
KAMU SEDANG MEMBACA
GABRIELANG
Teen Fiction"ᴛᴇɴᴛᴀɴɢ ʙᴜᴍɪ ᴅᴀɴ ʟᴀɴɢɪᴛ ʏᴀɴɢ ᴛɪᴅᴀᴋ ʙɪsᴀ ʙᴇʀsᴀᴛᴜ, ᴛᴇᴛᴀᴘɪ sᴀʟɪɴɢ ᴍᴇʟᴇɴɢᴋᴀᴘɪ." Sebelumnya kehidupan Gabriella Maharani berjalan baik-baik saja sebelum ia bertemu dengan sosok lelaki tampan berwajah malaikat namun berhati iblis. Elang Ksatria Ganendra...