38. Lembaran Baru

1.1K 150 283
                                    

"Akan aku lakukan apapun itu demi membuatmu bahagia, karena jika aku pergi ketika kamu belum bahagia, aku tidak akan pernah memaafkan diriku sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Akan aku lakukan apapun itu demi membuatmu bahagia, karena jika aku pergi ketika kamu belum bahagia, aku tidak akan pernah memaafkan diriku sendiri." —GABRIELANG







Happy Reading








Elang menyibak kain bagian atas yang menutupi wajah sang papa. Tubuhnya bergetar hebat kala menyaksikan kondisi jasad papanya yang cukup mengenaskan. Air matanya tak kuasa ia bendung terlalu lama hingga akhirnya menerobos keluar.

Wajah tegas Doni kini telah menjadi pucat. Tubuhnya dingin. Tidak ada lagi kehidupan di dalamnya. Matanya yang selalu menatap tajam lurus kedepan kini telah terpejam damai.

"Papa...." Untuk pertama kalinya setelah sekian lama Elang mengucapkan kata papa. Begitu menyayat hati kala mendengar suara parau yang keluar dari bibir lelaki itu.

Elang meraih tangan kanan Doni lalu menciumnya cukup lama. Dadanya terasa amat sesak membayangkan ini semua. Ribuan bentakan yang dulu sering ia lontarkan kepada papanya kini seakan-akan tenggelam di dasar hatinya dan ingin keluar dengan kata permintaan maaf.

Tubuhnya bergetar menahan isak tangis. Sosok Doni yang hadir dalam hidupnya memang cukup buruk, tapi bagaimanapun juga Elang tidak bisa membencinya. Sosok pekerja keras dan pemimpin kini telah gugur.

"Papa bangun ya, jangan tidur lama-lama, Elang takut sendiri."

Seperti anak kecil yang merengek agar tidak ditinggal kerja oleh papanya, Elang memeluk tubuh Doni erat. "Papa bangun! Jangan tinggalin Elang."

Betapa sakitnya hati Elang saat ini, kini dia harus melihat satu-satunya orang tua yang dimilikinya kembali pada pangkuan sang maha pencipta.

Kecelakaan tadi menewaskan Doni serta bodyguard yang bekerja dengan Doni. Hanya Gabriella yang selamat. Gadis itu masih menjalankan operasi karena mengalami pendarahan di otak.

"Kata papa cowok gak boleh lemah, cowok harus kuat. Papa bangun! Papa!" Elang mengguncangkan tubuh Doni berharap dia bangun, namun tidak ada hasilnya sama sekali. Papanya kini telah pergi.

"Elang." Miranda menyentuh punggung Elang pelan. Dia juga sama seperti Elang, merasa sakit dan kehilangan.

"Enggak! Papa pasti bangun. Elang yakin." Elang beralih menatap Miranda. Matanya memerah akibat menangis. "Bilang sama gue, dia pasti bangun," ucap Elang  begitu pelan nyaris tak terdengar.

Miranda mengusap air matanya, jujur ia tidak bisa melihat Elang seperti ini. Elang kembali seperti semula, menjadi sosok yang cengeng.

GABRIELANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang