The First Smile

437 52 2
                                    


"Sampai kapan kita akan berada di sini? Membosankan sekali."

Connie dan Sasha sedang berada di sungai. Mereka terjebak dengan ide mereka sendiri, yaitu mencari ikan untuk makan malam.

"Berhenti mengeluh, Sasha. Kau sendiri yang menawarkan diri untuk mencari ikan," kata Connie sambil berdiri di tengah sungai. "Berdiri dan bantu aku sekarang."

Sasha mendengus keras. "Semalam, kau bilang ingin makan ikan dan itu ide bagus. Kita jarang sekali makan daging, dan kau membuat air liurku menetes hanya memikirkan ikan bakar."

Sasha berdiri dan menyusul Connie ke tengah sungai. "Kita harus mencari bagian yang agak dalam. Sungai ini dangkal seperti otakmu, Connie. Kita tak akan menemukan banyak ikan."

"Kenapa kau tidak bilang daritadi?!" Connie membentak Sasha. "Kita sudah tiga jam di sini dan hanya mendapatkan empat ekor ikan! Ukurannya juga tidak besar!"

"Aku sudah mengajakmu untuk pergi dari sini sejak satu jam yang lalu, Connie. Awalnya, aku minta kita menunggu karena akan lebih mudah menangkap ikan di bagian yang dangkal," jawab Sasha.

Connie berdecak. "Kita ikuti saja aliran sungai ini ke bawah sana. Ayo."

Keduanya berjalan ke arah kuda masing-masing sambil menenteng boots mereka. Tiba-tiba, Sasha berhenti bergerak.

"Ada yang datang," kata Sasha dengan suara yang pelan. "Dari arah belakang kita."

"Titan?" Connie buru-buru mengambil manuever gear yang ia taruh di atas pelana kudanya.

Sasha terdiam sebentar. "Bukan. Itu suara derap kaki kuda."

Connie dan Sasha memperhatikan keadaan sekitar. Connie mengikuti arah ke mana Sasha melihat. Samar-samar, dia mendengar suara seseorang memanggil nama mereka.

"Armin," kata Sasha.

Sosok Armin dan kudanya terlihat dari kejauhan. Tak lama, Armin tiba di depan mereka.

"Kenapa kau berteriak, Armin? Suaramu mengundang bahaya," ucap Connie.

"Aku tadi memeriksa daerah sekitar, tak ada penampakan Titan di sini," tutur Armin. "Aku baru saja tiba di markas. Kata Mikasa, kalian sedang berburu ikan untuk makan malam. Kelihatannya seru, makanya aku datang."

"Apa serunya? Kami hanya mendapatkan empat ekor ikan," kata Sasha. "Kami akan mengikuti aliran sungai ini sampai ke bawah sana, siapa tahu banyak ikan di sana."

Armin terdiam sebentar dan menunjuk ke belakangnya. "Tadi aku dari atas sana, dan ada kolam cukup besar yang tergabung dengan sungai ini. Bagaimana kalau kita mencarinya di sana?"

"Kalau kolam itu kosong, kita makan malam dengan apa? Sup ikan dengan wortel dan buncis?" Connie mendesah. "Lagi?"

"Kita coba dulu saja. Ayo!" ajak Armin.

***

"Entah apa jadinya kalau Armin tidak datang," wajah Connie terlihat semringah. "Kita tidak mungkin mendapatkan banyak ikan seperti ini!"

Connie, Sasha, dan Armin membawa pulang 16 ikan. Ukurannya cukup besar, dan masing-masing orang di markas bisa menyantap dua ekor ikan untuk makan malam. Saat ini, ketiganya sedang dalam perjalanan pulang dengan berjalan santai sambil duduk di atas kuda masing-masing.

"Dia memang pintar. Itu kenapa Hange-san sangat menyukai Armin," timpal Sasha.

"Armin bahkan menangkap paling banyak di antara kau dan aku, Sasha. Kau di posisi terakhir dan malah main air," ucap Connie.

"Oi, aku sudah lelah membungkuk terus-terusan selama tiga jam. Lagipula, menyenangkan, bukan, main air?" kata Sasha.

"Sudah lama, ya," Armin tiba-tiba bicara. "Kita tidak pernah bersenang-senang sejak bergabung dengan Survey Corps."

Mendadak suasana menjadi hening.

"Ya, Armin," wajah Connie salah tingkah. "Tidak tepat memang, bersenang-senang di saat seperti ini. Tapi..."

"Kita memang harus bersenang-senang, Connie," Armin memotong pembicaraan Armin. "Selagi masih ada waktu, tidak dosa, 'kan, untuk bersenang-senang?"

Armin tersenyum sambil mengelus kudanya. "Aku pikir, Levi Heicho juga tidak akan mempermasalahkannya."

Sasha tiba-tiba tersenyum lebar. "Hei, apakah pernah terbayang di pikiran kalian, wajah Levi Heicho saat dia tertawa?"

Armin dan Connie menatap Sasha. Wajah keduanya terlihat heran.

"Dia tidak pernah tertawa dan jarang sekali tersenyum," kata Sasha. "Dia selalu terlihat tidak tertarik dengan semua hal. Bahkan, menurutku, dia tidak tertarik dengan kehidupannya sendiri."

Connie dan Armin bertatapan. Tiba-tiba, mereka tertawa cekikan.

"Kau benar, Sasha," kata Armin. "Dia tidak pernah tertawa."

"Siapa, ya, yang bisa membuatnya tertawa?" tanya Connie.

"Hange-san?" Sasha terlihat berpikir keras. "Hange-san, meski dia sering terlihat lucu dan lugu di waktu yang sama, Levi Heicho juga tidak pernah tertawa."

"Aku pikir, kita harus memberi tahu Levi Heicho kalau Jean mirip dengan kuda. Mungkin, dia akan tertawa," kata Connie.

Tawa Armin dan Sasha meledak.

"Aku tak yakin, tapi itu bisa dicoba," ucap Armin sambil menahan tawa. "Mungkin, kita juga bisa beri tahu Levi Heicho kalau Connie mirip dengannya kalau rambutnya tumbuh."

Connie dan Sasha tertawa terbahak-bahak, begitu juga Armin. Sambil tertawa, Armin memandang kedua temannya secara bergantian dengan perasaan senang.

Attack on Titan: VoicesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang