Dreaming

276 34 2
                                    


Eren melepas bajunya dan menyeka dahinya yang penuh keringat. Dia keluar kamar mandi dan berjalan menuju ruang makan. Di sana, Mikasa sedang memasak makan malam.

"Mikasa, ada yang mau aku bantu?" tanya Eren sambil berjalan mendekati Mikasa.

"Ada. Pakai bajumu," kata Mikasa sambil menunduk.

"Panas sekali," Eren membenahi ikatan rambutnya. "Aku membersihkan kamar mandi selama satu jam."

"Ya, kau istirahat saja, lalu mandi," jawab Mikasa. "Aku sebentar lagi selesai."

Eren mendengus. "Aku di kamar. Kalau kau butuh aku, ke kamarku saja. Oh, kau pasti membutuhkanku."

"Sana!" kata Mikasa.

Eren cengengesan, mengusap-usap kepala Mikasa dan berjalan menuju tangga. Mikasa menoleh pelan ke arah Eren. Wajahnya merah padam.

"Apa-apaan, sih, dia..." Mikasa berbisik pada dirinya sendiri.

Eren menaiki tangga dengan baju di atas pundaknya. Dia berjalan menuju kamarnya dan menjatuhkan diri di atas tempat tidurnya.

Kedua matanya tertuju pada jendela yang terbuka di samping tempat tidurnya. Eren menatap langit. Cuaca sedikit panas meski langit berawan.

Tiba-tiba, dia ingat bahwa dia akan mati ketika usia Titannya sudah menginjak 13 tahun. Yang artinya, 6 tahun lagi. Dia mendengus keras da menepuk-nepuk dahinya, berusaha menghilangkan pikirannya terkait sisa umurnya.

Eren tahu semua hal dalam hidupnya. Eren tahu apa yang akan terjadi. Dia juga tahu apa yang akan membuat hal-hal yang telah terjadi menjadi nyata. Namun, ini semua terjadi karena untuk mencapai kebebasan, banyak hal yang harus dipertaruhkan, termasuk nyawa.

Eren kembali mendengus saat memikirkan kata 'nyawa'. Semudah itu menjadikan nyawa sebagai pertaruhan untuk kebebasan banyak orang. Semudah itu menjadikan nyawa sebagai jawaban atas orang-orang Eldia di dalam Wall.

"Untuk apa manusia diberi nyawa jika pada akhirnya, kita semua akan mati?" Eren berbisik pada dirinya. "Untuk apa aku diberi nyawa jika pada akhirnya, nyawaku diadu dengan nyawa ribuan orang lainnya hanya untuk bertahan hidup?"

Eren memejamkan kedua matanya. Dia berusaha mengosongkan pikirannya. Dia tidak mau berpikir terlalu banyak. Dia lelah dan harus istirahat.

Eren menguap dan masih menutup matanya. Dia mengatur napasnya, berusaha tenang, dan..................

Attack on Titan: VoicesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang