Erwin pergi tanpa menunggu Levi menjawab perkataannya. Levi sendiri tak punya jawaban. Dia memilih untuk diam dan menghabiskan momen-momen terakhirnya dengan kawan-kawan seperjuangannya.
"Dieter!" Levi berteriak. "Air!"
Dieter pun datang membawa sebotol air dan memberikannya pada Levi. Levi menuangkan sedikit air ke wajah Petra dan membasuh wajahnya dengan perlahan.
Dieter memandangi Levi dengan cemas. "Le-Levi Heichou... Aku dan Jurgen akan menutup mereka dengan kain sek..."
"Nanti saja," jawab Levi. "Bersihkan wajah Oluo, Gunther, dan Eld dengan air. Setelah itu, kumpulkan prajurit yang tersisa di dekat Erwin."
"Ba-baik, Heichou," kata Dieter. Dia memberi isyarat pada Jurgen untuk membantunya membersihkan wajar Oluo, Gunther, dan Eld.
Dieter dan Jurgen telah selesai membersihkan wajah Oluo, Gunther, dan Eld. Keduanya bergegas pergi, meninggalkan Levi sendirian. Di saat yang sama, Levi masih membersihkan wajah Petra.
Levi mengeluarkan sapu tangannya. Dia mengelap wajah Petra dengan perlahan. Wajah Petra kini bebas dari bercak darah.
Levi melihat jasad ketiga temannya, memastikan mereka sudah bersih. Dia melihat ada potongan blade yang menancap di tangan kanan Oluo. Levi mencabut potongan tersebut dan menggenggamnya. Pandangannya kembali tertuju pada Petra. Dia mengambil tangan kanan Petra, memotong jari manisnya, membalut jari Petra denagan sapu tangannya, dan memasukkannya ke dalam saku jaketnya.
Kedua mata Levi kembali memandang Petra. Dia menunduk, mendekatkan wajahnya pada wajahnya Petra. Levi mencium mata kanan Petra, cukup lama.
"Terima kasih telah mendedikasikan dirimu untukku," bisiknya. "Untuk Erwin. Untuk kami."
Levi menarik tubuhnya ke belakang. Dia menatap jasad Oluo, Gunther, dan Eld secara bergantian.
Aku tidak tahu mana yang lebih baik. Aku tidak tahu mana yang benar dan yang mana yang salah. Aku tidak pernah tahu.
"Levi," Levi tahu pemilik suara itu. "Aku tahu tidak ada Titan di dekat sini. Tapi, kita harus berkemas."
Levi berdiri dan berbalik menatap Hange. "Eren sudah siuman?"
Hange menggeleng. "Belum. Levi, aku turut berduka."
Levi lagi-lagi tak menjawab. Dia hanya memperhatikan pemandangan di belakang Hange, yakni jajaran anggota Survey Corps lainnya yang tak bernyawa.
"Levi, kau terluka?" tanya Hange. "Dadamu penuh darah."
Levi masih bergeming. Pandangannya kosong. Dia tengah mengingat sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Attack on Titan: Voices
Fiksi PenggemarSisi lain dari cerita yang kamu enggak akan dapatkan dari serial Attack on Titan / Shingeki no Kyojin. Yes, Their side stories and Eren's dream.