Infinity - 4

173 24 0
                                    


"Mi, menurut kamu, 1-10, ramennya seenak apa?"

"Hm... 7,5, kali ya. Kuahnya tuh kurang gurih."

"Tadi aku nyicipin, emang enggak seenak tadi siang, sih."

"Udah malem kali ya, kebanyakan pesenan? Tadi emang rame banget, sih. Buru-buru kali ya, bikinnya?"

"Mungkin."

"Makanya, lain kali kita makan siang di situ. Kamu bangunnya susah, sih."

"Ya udah, besok siang kita makan di situ."

"Ya, enggak besok juga kali."

Eren dan Mikasa sedang duduk di picnic table persis di depan 2000 Mart. Eren meminta Mikasa untuk duduk sebentar seraya menikmati cola.

"Mi," Eren menaruh kaleng cola-nya di atas meja sambil memandangi Mikasa yang sedang berkutat dengan hp-nya. "Sibuk amat, sih?"

"Kak Lev, nih," jawab Mikasa dengan kedua mata tertuju pada layar hp-nya. "Besok tuh ada kiriman teh 100 pack, terus aku disuruh ke Mönke buat terima. Sebelomnya tuh, aku enggak tau soal kiriman ini, Kak Lev enggak bilang apa-apa soalnya."

"Oh, ceritanya kamu baru tau?" kata Eren sambil membakar rokok.

"Iya. Jadi, Kak Lev itu besok pagi mau ke Trost dulu. Tehnya tuh dateng besok jam 1an, sedangkan Kak Lev baru bisa jalan dari Trost itu jam 1. Aku kan kalo terima barang gitu kan, musti aku cek satu-satu terus aku check list, ya. Nah, daftar check list-nya tuh di ilang."

"Loh, gimana?"

"Iya, ini Kak Lev lagi minta daftar barunya sama orang yang ngirim. Yang penting aku megang daftarnya dulu, baru aman."

"Besok mau aku temenin?"

"Ikut aja. Eh, emang harus ditemenin, sih. Kamu nanti bantu aku taro barang aja."

"Enggak, ah."

Mikasa mendongak dan menatap Eren. "Yah, Ren, bantuin..."

"Iya, iya, dibantuin. Tapi ada syaratnya."

"Apaan?"

"Dress yang kamu beli tadi kamu pake besok, ya."

"Enggak mau! Itu buat ke pantai rencananya!"

"Emang, kapan mau ke pantainya? Ah, masih lama. Besok pake aja dulu sekalian dicuci."

"Ya udah, deh."

Eren tersenyum lebar. Sambil memangku wajahnya dengan tangan kirinya, dia memandangi Mikasa tanpa bersuara. Dia terus memandangi Mikasa, namun senyumnya tak lagi merekah.

Mikasa kalo enggak ada gue, dia gimana, ya? Bisa enggak ya, dia ngapa-ngapain enggak ada gue? Eh, tapi... Gue sendiri, kalo enggak ada dia, gue bisa apa, ya? Apa, terbalik, ya?

Iya, kayaknya bener, deh, ini terbalik. Gue kalo enggak ada Mikasa, kayaknya gue bener-bener enggak bisa ngapa-ngapain, deh. Gue apa-apa tuh pasti dibantuin Mikasa. Bangun tidur aja susah, dan cuma Mikasa yang mau neleponin gue sampe puluhan kali ampe gue bangun.

Gue tuh kenapa ya, sama ini cewek? Attach banget kayaknya. Gue enggak bisa ngilang dari Mikasa. Mikasa juga enggak pernah ngilang dari gue. Kenapa, ya? Kenapa gue sama dia se-intens itu, ya?

Kok, gue tiba-tiba mikir kayak gini, ya?

Eren menarik napas panjang dan mengisap rokoknya. Eren sadar bahwa dia barusan melamun, dan pandangannya tetap tertuju pada Mikasa. Eren mengembuskan asap rokoknya dan kembali memangku kepalanya dengan tangan kirinya.

Attack on Titan: VoicesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang